16 - Azka buaya darat

20 6 0
                                    

Dari dulu Azka bukan seorang yang memiliki kepedulian tinggi. Ia hanya akan membantu seseorang yang ia sayang, jika ia membantu orang yang bukan siapa-siapanya itu hanya terpaksa.

Namun, entah kenapa. Entah sejak kapan. Gadis bernetra hitam, dengan rambut yang sering dikuncir, yang kerap kali menunduk saat berada di lingkungan sekolah itu membuat Azka tiba-tiba saja memberhentikan mobilnya, menggendongnya dan memasukannya ke dalam mobilnya.

Azka bahkan heran dengan dirinya sendiri.

Apakah ia mulai tertarik dengan ... Ayna?

Azka sontak menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Walau tak dimungkiri, gadis itu cukup menarik.

“Bang!” suara Ayes menggema ke seluruh kamar bernuansa abu-abu tersebut, kontan Azka yang sedari tadi berdiri di balkon kontan menghampiri adiknya.

“Kenapa?”

Ayes tak menjawab, ia memperhatikan gerak-gerik Azka, membuat Azka tak tahan untuk tak memberikan jitakan ke pada Ayes.

"ISH!” bibir Ayes mengerucut kesal.

“Ada apa sih?” Azka bertanya lagi.

Ayes lalu duduk di pinggiran kasur Azka, pandangannya tertuju kepada sosok Azka yang tengah berdiri di depannya dengan tangan yang terlipat di dada.

“Bang, lo suka, ya, sama Kak Ayna?!”

Azka tersedak ludahnya sendiri.

Cowok yang saat ini mengenakan kaus oblong itu menggelengkan kepalanya heran, lalu berucap.

“Ngaco!”

“Ngaku deh! Gerak-gerik lo, tatapan mata lo itu gak bisa bohong! Lagian, ya, kalo lo gak suka, mana mungkin lo repot-repot bawa anak orang ke rumah, ha?“

“Dia temen gue, dia pingsan di jalan. Sebagai makhluk yang punya hati, jelas gue bantuin dong.” Azka membela diri.

Ayes berdecih keras-keras.

“Punya hati lo?”

Azka diam tak menyahut, ia biarkan saja Ayes menyinyiri-nya, nanti juga capek sendiri.

***

Freya sedari tadi tampak gelisah, ia cuman mengaduk-aduk jus buah naganya yang kini sisa setengah.

Azka.

Entah kenapa perasaan Freya sejak tadi tak enak, ia ingin sekali menghubungi Azka, bertanya apakah dirinya baik-baik saja? Atau kalimat lainnya. Namun tak bisa. Dia tidak bisa menghubunginya lagi, ia harus ingat bahwa Azka yang sekarang mantannya, bukan kekasihnya lagi.

“Kak?” Gita—Mama Freya menegur. Wanita yang menginjak kepala 4 itu masih sangat cantik meskipun umurnya sudah tak lagi muda. Maklum saja, semasa muda memang Gita berprofesi sebagai model di majalah fashion.

“Kok minumannya diaduk-aduk aja?” sambungnya.

Melihat reaksi putrinya yang hanya diam saja membuat Gita melangkah mendekat, dilihatnya layar ponsel anaknya itu yang menyala. Menampilkan kontak Azka.

“Kangen ya? Di-chat dong! Kok diliatin mulu?”

Freya mendengus jengkel.

“Apasih, Ma?” Freya lalu bangkit berdiri, dia sudah tidak ada mood untuk menghabiskan jus favoritnya itu.

“Lho, Kak? Ini jusnya gak dihabisin?” tanya Gita setengah berteriak karena Freya sudah menaiki tangga menuju kamarnya.

“Enggak mood aku, Ma.”

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang