23 - Basket

18 5 0
                                    

۰۪۫H۪۫۰۰۪۫a۪۫۰۰۪۫p۪۫۰۰۪۫p۪۫۰۰۪۫y۪۫۰ ۰۪۫R۪۫۰۰۪۫e۪۫۰۰۪۫a۪۫۰۰۪۫d۪۫۰۰۪۫i۪۫۰۰۪۫n۪۫۰۰۪۫g۪۫۰

Hari sudah pagi lagi.

Maksudnya sudah sedikit siang.

Kini kelas XI IPA IV tengah melakukan pelajaran olahraga di lapangan sekolah.

Lapangan olahraga kali ini sangat sibuk. Lapangan utama yang digunakan Ayna dkk untuk berolahraga, di sebelahnya ada anak basket yang tengah melakukan latihan untuk menghadapi turnamen bulan depan, juga ada cheerleader.

“Tu, wa, ga, pat, ma, nam, ju, pan,” ujar Pak Nando mengomando. Dirinya berada di paling depan sambil mencotohkan gerakan pendinginan yang diikuti seluruh murid 11 IPA V.

“Ayo anak-anak, semangat!”

Setelah beberapa menit melakukan pendinginan, mereka akhirnya sudah diperbolehkan untuk beristirahat, namun para anak cowok memilih untuk bermain bola.

“Terimakasih untuk hari ini, silakan yang mau istirahat. Yang mau main juga boleh.”

“Iya, Pak!” jawab murid-murid serentak.

Ayna lantas meminggir bersama Pritha. Memilih untuk berteduh di bawah pohon sambil menonton para anak cowok bermain bola, karena mereka semua malas bila langsung berganti seragam.

“Panas banget dah, buset,” keluh Pritha sambil mengelap peluh yang sebesar biji jagung.

Ayna cuman diam, walaupun sebenarnya cuaca hari ini sangat terik ketimbang biasanya.

Ayna meringis merasakan kepalanya yang tiba-tiba pusing, mungkin efek kecapekan habis praktik basket. Ia memilih abai dan menegak air dari botolnya.

Persis ketika Ayna baru saja menutup tutup botolnya, tiba-tiba saja ada bola yang melayang di atas Ayna.

“AWASSSS!” jerit mereka keras-keras.

Dugh

Terlambat.

Bola oranye itu menghantam tepat di kepalanya.

Ayna pingsan.

***

Freya mengerjapkan mata saat netranya menangkap Azka tengah berlari cepat ke arah Ayna lalu menggendongnya, jangan lupakan sirat khawatir yang tertangkap jelas.

Freya tiba-tiba saja merasa takut.

Dia tak pernah melihat Azka peduli jika itu bukan orang terdekatnya, dan kenapa tiba-tiba Azka begitu khawatir saat Ayna pingsan? Padahal bukan Azka yang melempar bolanya.

Dia terlalu larut dalam pikirannya sendiri.

“Kak? Latihannya gimana?” tiba-tiba adik kelas menghampiri Freya.

“Bentar, gue nanya dulu ke anak basket.”

Kebetulan ada Keano yang tengah memberi sepata-dua kata kepada anak basket.

“Ke? Basketnya lanjut apa udahan?”

“Gue selesein aja, Fey. Kacau gini. Tapi kalo cheer masih mau latihan ya silakan.”

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang