Perempuan yang tidak pernah memiliki beban apapun di hidupnya, selalu bebas menyeimbangi irama semesta. Gelak tawa dan senyumannya yang ceria selalu terpahat sempurna di wajahnya.
Gadis pemilik nama Valenzi itu membuka matanya, dan melihat cahaya yang perlahan berpendar melalui jendela kamarnya. Sang mentari pagi sudah menyapa, waktunya ia bersiap untuk menyapa semesta.
"Zizi! Bangun!" Gadis yang enggan menyibak selimut tebalnya hanya mengerang kecil, sebagai tanda bahwa ia sudah bangun.
"Hari ini, pengumuman kelulusan kamu, 'kan?" tanya wanita paruh baya yang sudah terlebih dahulu memasuki kamar putrinya, dan menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh manusia di dalamnya.
"Zizi udah bangun, Ma," keluhnya.
"Cepat mandi!" perintah Diana-mama Valenzi.
Valenzi, gadis pemilik paras dan tubuh sempurna, kehidupan yang sempurna, dan kebebasan yang sempurna. Semua terasa sempurna bagi gadis ini. Tidak ada penghalang apapun di hidupnya. Hidup dalam kebebasan, itulah sosok Valenzi. Orang tuanya dengan senang hati memberikan kebebasan itu. Apapun mereka berikan kepada putri semata wayang mereka. Valenzi adalah hidup mereka.
"Hai, hai!" sapanya dari ambang pintu kelasnya.
Sapaan itu sontak membuat tiga gadis yang duduk bergerombol menoleh serempak ke arah pintu kelas. Tersenyum menyambut kedatangan Valenzi.
"Berasa ratu ya, Zi," kata salah satu temannya-Karina.
"Ck. Telat dikit, elah," elaknya.
Kedua temannya yang lain hanya menggeleng melihat Valenzi dan Karina yang tengah adu mulut-Putri dan Nadia.
Karina, Putri, dan Nadia, adalah sahabat Valenzi. Tiga gadis yang sama cantiknya seperti Valenzi sudah berada di samping valenzi sejak kelas 10. Keempat gadis yang selalu bersama sejak mereka bertemu. Saling bertukar cerita, suka dan duka bersama.
"Cabut mading sekarang, skuy!" ajak Valenzi. Ketiga sahabatnya mengangguk.
Hari ini pengumuman kelulusan bagi kelas 12. Hari menegangkan yang ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi kelas 12.
"Zi! Tungguin napa. Mentang-mentang sendirinya tinggi," kesal Nadia.
"Makannya cepet tinggi," jawab Valenzi yang sedikit menyeruak, dan mendongak melihat mading. Sedikit memicingkan matanya, mencari namanya dengan teliti.
Putri, Karina, dan Nadia turut menyeruak ke samping Zizi. Ikut mencari namanya di mading.
"Yup! Kita lulus!!" Seru Nadia.
Mereka berempat saling memandang, sepersekian detik selanjutnya mereka tertawa.Di sepanjang koridor mereka berbicara tanpa henti, dan mulai membahas apa yang akan mereka lakukan setelah ini.
"Eh, eh! Kalian mau kuliah di mana?" tanya Putri.
"Ah, Karina pasti di UI deh. Dia kan, pengen banget masuk situ, nilainya juga cukup," timpal Valenzi. Yang ditanggapi anggukan mantap oleh Karina.
"Kalau, lo?"
Nadia meringis. "Gue kayaknya lanjut di LA, deh."
"HAH?!" seru mereka bertiga kompak.
🍁
"Lo harus jelasin! Kok lo mau kuliah jauh enggak ngasih tau kita jauh-jauh hari, sih?" kesal Putri.
Selaku teman satu bangkunya selama 3 tahun bertutut-turut. Nadia tidak pernah bercerita, ataupun bilang jika dia akan melanjutkan sekolahnya di luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Life
RomanceValenzi seorang gadis sempurna mempunyai segalanya, paras dan tubuh yang sempurna, kekayaan yang berlimpah, dan kebebasan dari orang tuanya, tetapi, siapa sangka kebebasan dan kekayaannya di rengut paksa oleh kedua orang tuanya ketika perusahaan ora...