Apalagi yang dia inginkan? Tidak ada. Berada dalam pelukan suaminya adalah satu hal yang selama ini dia inginkan. Ditambah dengan kehadiran calon buah hati mereka. Tidak ada lagi yang Valenzi inginkan, kecuali seperti ini selamanya.
Valenzi melepas pelukan Raka. Menatapnya dengan penuh rasa kasih. Tangannya terulur untuk mengusap jejak air mata yang mengering di kedua pipi Raka.
Mata Raka memerah. Tangannya masih menggenggam benda kecil bergaris 2 yang membuatnya menangis.
Raka menarik Valenzi agar mendekat ke arahnya, dan ..., cup.
Satu kecupan hangat mendarat sempurna di dahi Valenzi.
Valenzi mengulas senyum. Sepersekian detik selanjutnya, matanya menoleh setelah Raka menjauhkan bibirnya.
Valenzi tersenyum, melihat orang-orang yang menyayanginya turut merasakan apa yang Valenzi rasakan.
"Eh, Zi, lo maunya anak cewe apa cowo, atau kembar?" tanya Putri.
Valenzi dan ketiga sahabatnya tengah asik berbincang di living room.
Valenzi sebenarnya tak enak hati melihat Riri dan Diana sibuk di dapur, sedangkan Bagas, Reno, dan Raka sibuk entah sedang apa.
"Kamu di sini aja. Biar Putri, Nadia, sama Karina jagain kamu."
Valenzi cemberut, sembari menahan senyum di bibirnya.
"Kenapa?"
"Geli tau!"
Raka mengernyit. "Geli gimana?"
"Kamu ..., panggilnya aku-kamu."
Raka terkekeh. "Emang salah, ya?" Valenzi dengan cepat menggeleng.
"Kamu di sini aja, ya? Biar Mama-mama yang siapin makanan."
Valenzi mau tak mau mengangguk. Setelah puncak kepalanya diusap oleh Raka.
"Ampun ...! AC udah nyala tapi kenapa panas, sih?" gerutu Nadia.
Raka dan Valenzi kompak menoleh, dan tersenyum.
"Titip Zizi, ya?" pinta Raka. Putri, Nadia, dan Karina mengangguk serempak.
"Gila! Gue uwu phobia tapi jadi uwu sindrom gara-gara Zizi!"
"Ada sesuatu di hati gue," ucap Karina, disertai raut wajah yang dibuat-buat.
"Apa?" tanya Putri.
"Rasa iri dan dengki."
Valenzi tertawa melihat ketiganya yang seperti kehabisan oksigen ini. Meskipun masih sedikit merasa mual dan pusing. Semuanya dengan cepat menghilang karena tawanya bersama tiga sahabatnya.
"Lo mau kasih nama anak lo siapa?" tanya Putri menggebu.
"Boleh gue namain, gak?" lanjut Putri.
"Eh, lo kira ..., lo siapa?" Nadia kali ini membuka mulutnya.
"Tantenya, lah," jawabnya singkat.
"Belum sampe situ kali," kekeh Valenzi.
Otak Valenzi melalang kejadian siang tadi.
"Saya dokter Aruna, dokter pribadi keluarga Raka." Dengan tenaga yang belum pilih seutuhnya, Valenzi mencoba mengamati wanita yang berdiri di samping brankarnya.
"Kamu pasti istrnya Raka, 'kan? Hebat ya, kamu. Bisa buat Raka kembali memiliki perasaan."
"M-maksud, dokter?" tanya Valenzi. Hampir terdengar seperti gumaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Life
RomansaValenzi seorang gadis sempurna mempunyai segalanya, paras dan tubuh yang sempurna, kekayaan yang berlimpah, dan kebebasan dari orang tuanya, tetapi, siapa sangka kebebasan dan kekayaannya di rengut paksa oleh kedua orang tuanya ketika perusahaan ora...