Tangannya menarik pegangan koper. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan tinggi yang semampai tak henti-hentinya mengulas senyumnya.
"Pak, biar saya antar."
Raka menggeleng. "Saya pesan taksi saja."
Tasya mengangguk dan membiarkan Raka berjalan mendahuluinya. Kedua tangannya, dia rentangkan. Seolah telah melakukan banyak kegiatan."Ah, lelahnya."
Pagi ini, jalanan belum terasa begitu padat. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam, Raka sudah sampai di rumah.
Tidak ada yang berbeda, dia melihat Valenzi berbaring di kamar. Raka menghampirinya, memegang pipi kirinya, membuat sang empu mengerjap dan terbangun.
"Kamu ..., dateng kapan?"
Raka menengok ke belakang sejenak, lalu mengedikkan kedua bahunya. "Baru aja."
Valenzi beranjak duduk, dia menyibak selimut tebal yang tadi membungkusnya. "Biar aku siapin air hangat dulu."
Tangan Raka mencekal pergelangan tangan Valenzi. Namun, Valenzi melepaskannya perlahan. "Kamu capek, aku dari tadi gak ngapa-ngapain, tau."
Raka tersenyum, lalu mengangguk, membiarkan istrinya menyiapkan air hangat untuknya.
🍁
Raka memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Dia memutuskan untuk turun dan beristirahat di ruang tamu, sembari membaca koran pagi.
Dahinya mengernyit, pun dengan kedua matanya yang memicing. "Noda apa itu?"
Raka berjalan mendekat ke arah sofa. Memperhatikan noda merah di atasnya. "Raka, kamu mau makan apa?--"
Valenzi mengernyit melihat Raka. Dia mendekati suaminya. Tiba-tiba mulutnya terbuka, pun dengan kedua mata yang membuat sempurna. "O-oh, itu ..., itu ...."
Raka menoleh kepada Valenzi dengan tatapan tak mengerti. Dia terus menatap Valenzi hingga dia kembali membuka mulut untuk menjelaskan. "Anu ..., itu ..., kemarin sofanya kena ..., saos, ah iya, saos."
Valenzi meringis, dia masih menatap Raka, pun sama dengan Raka yang menatapnya dengan tatapan curiga. "Kalo saos, kenapa merah banget?" gumam Raka.
"Ah, itu saos tomat! Iya, saos tomat. Makanya keliatan merah, 'kan?"
Raka mengangguk-angguk meski masih kurang begitu percaya. Namun, beberapa detik kemudian, dia berjalan mendekat kr arah Valenzi. Mengacak rambutnya, dan meninggalkan istrinya di ruang tamu sendirian.
Helaan nafas lega terdengar dari Valenzi. Bagaimana jika Raka tahu itu adalah noda darah miliknya?
Valenzi menggelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha menetralkan degup jantungnya, dan berjalan ke dapur meninggalkan ruang tamu.
"Mau ayam rica-rica spesial?"
Raka mencibir, lalu setelahnya mengangguk menyetujui.
Sarapan mereka tak berlangsung lama, setelah mendapat telepon, dan menyelesaikan sarapannya, Raka beranjak dan pergi menuju ruang kerjanya, meninggalkan Valenzi di dapur sendirian.
Saat hendak melangkahkan kakinya untuk meniti anak tangga, matanya kembali mengarah pada sofa ruang tamu. "Noda ..., saos ...," gumamnya.
Kakinya justru berbelok, dan kembali melangkah ke arah sofa. "Katanya ada kerjaan penting?!"
Raka menoleh, dia mengangguk kepada Valenzi yang sudah mengingatkannya.
Setelah dirasa Raka masuk ke ruangannya, Valenzi yang tengah mengelap piring juga sendok yang baru saja dia cuci, segera pergi ke sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Life
RomanceValenzi seorang gadis sempurna mempunyai segalanya, paras dan tubuh yang sempurna, kekayaan yang berlimpah, dan kebebasan dari orang tuanya, tetapi, siapa sangka kebebasan dan kekayaannya di rengut paksa oleh kedua orang tuanya ketika perusahaan ora...