"Emang lo pikir kita bego?"
"Enggak. Tapi bego banget," jawab Valenzi.
Putri dan Karina mencibir. "Kita tau dari Nadia."
Valenzi terdiam sejenak. "Kok, bisa tau?"
Putri mengangguk. Sedangkan Karina tengah sibuk dengan camilan yang masih dia pilih dari dalam lemari pendingin milik Valenzi.
"Katanya sih, bokap Nadia rekan bisnis mertua lo. Ya ..., udah kaya temen deket gitu."
Valenzi kembali mengingat dimana dia mengenakan gaun putih, dan Raka mengenakan setelan jas berwarna hitam.
Valenzi larut dengan pikirannya, sehingga dia terlihat melamun cukup lama.
"Dor!"
Valenzi mengerjap, menoleh ke arah Putri.
"Ngalamunin apaan, sih?" tanya Putri. Valenzi hanya menggeleng sebagai respon.
Setelah Karina datang dengan membawa banyak camilan, ketiganya larut dalam pembicaraan hangat. Saat-saat yang sudah lama Valenzi rindukan, dia bisa tertawa dengan lepas bersama ketiga sahabatnya, bertukar cerita bersama mereka.
Dengan kebohongan yang sudah Valenzi ciptakan, hubungan keempatnya tidak bercelah sedikitpun, justru terlihat semakin erat.
"Zi ..., kita pamit, ya."
Valenzi mengangguk. Dia mengantar kedua sahabatnya ke depan pintu rumah.
"Ah, padahal mau liat suami Zizi kaya apa. Kalo ganteng kan-"
"Mau lo embat, gitu?" sergah Karina, sambil menoyor kepala Putri yang mengaduh kesakitan.
"Temen lo nih, melihara laba-laba kok di otak," kata Karina mengadu.
Valenzi terkekeh. "Suami gue pulangnya malem, mau nunggu?"
"Gak ah. Nunggu kok suami orang. Kita balik, Zi. Dadah," kata Karina, yang berjalan lebih dahulu menghampiri Santa Fe berwarna purple wine miliknya.
Valenzi melambaikan tangannya ketika melihat Karina dan Putri menyembul dari balik kaca mobil.
Valenzi kembali ke dalam rumah, juga menutup pintunya.
Valenzi kembali ke kamarnya, membereskan kekacauan yang kedua sahabatnya tinggalkan.
Valenzi cukup berkeringat, padahal dia hanya membereskan kamarnya saja. Membuang sampah-sampah plastik, menata kursi dan bean bag jumbo ke tempat yang semestinya. Menata kasurnya agar enak dilihat, dan menyapu kamarnya.
Valenzi memutuskan untuk membersihkan dirinya. Kemudian turun ke dapur, menyiapkan makan malam untuk dirinya juga suaminya.
Hari ini mba Marni tidak dia suruh datang, meski dia tahu Raka akan pulang larut malam ini. Dia hanya ingin menjadi istri yang baik, dan melayani suami sepenuhnya.
Valenzi masih menunggu suaminya di meja makan, sambil terus melirik ke arah jam dinding.
Malam sudah semakin larut, sudah berulang kali pula Valenzi menguap. Dia menopang kedua pipinya menggunakan tangannya. Matanya terasa amat berat.
Valenzi tertidur di meja makan, saat pintu rumah terbuka.
Raka melihat istrinya yang tertidur di meja makan, dia pun segera menghampirinya. Namun, kakinya tak sengaja menendang vas besar di sudut ruangan saat ia meletakkan sepatunya. Sontak hal itu membuat Valenzi terbangun.
Valenzi terlihat mengerjapkan matanya berulang kali, menatap Raka yang mendekat dengan mata yang memicing.
Setelah memastikan jika itu suaminya, dengan sigap Valenzi menghampiri Raka dan mengambil alih tas juga jasnya. "Kamu tunggu di meja makan, nanti biar aku siapin makan malamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Life
RomanceValenzi seorang gadis sempurna mempunyai segalanya, paras dan tubuh yang sempurna, kekayaan yang berlimpah, dan kebebasan dari orang tuanya, tetapi, siapa sangka kebebasan dan kekayaannya di rengut paksa oleh kedua orang tuanya ketika perusahaan ora...