LTL || part 3

574 34 2
                                    

Sepulangnya Raka dari rumah Valenzi. Di saat kedua orang tuanya mulai sibuk menyiapkan dekor,  catering, dan undangan, Valenzi justru termenung di ruang tamu. Kali ini dia berusaha menerima takdirnya. Takdir yang dia kira menyimpang dari jalur hidupnya. Valenzi sibuk bergelut di dalam pikirannya. Antara percaya atau tidak, lusa dia akan menjadi tanggung jawab orang lain. Bukan lagi kedua orang tuanya yang selama ini selalu disampingnya, memberi kasih sayang, dan mendukung semua yang Valenzi lakukan. Dan lusa, dia akan memiliki orang baru yang akan menggantikan mereka berdua, yang memberinya kasih sayang, dan dukungan, sebagai seorang ... suami.

“Sayang ....”

Valenzi menoleh ke belakang, mendapati seseorang yang tersenyum untuknya, senyum yang selalu mengiringi hari-harinya. Senyum yang selalu dia persembahkan untuk Valenzi.

“Ada apa, Ma?” tanya Valenzi.

“Kamu gak istirahat, Nak?” Valenzi menggeleng. Entah sejak kapan setelah perdebatan di meja makan, Valenzi kembali akur dan berbicara seperti tidak pernah terjadi apa-apa kepada orang tuanya. Valenzi marah, tapi tidak bisa terus larut dalam kemarahannya kepada kedua orang yang amat sayang kepadanya.

“Kamu mikirin sesuatu?” tanya Diana memastikan. Dia mendekat ke arah putrinya dan duduk di sebelahnya.

Valenzi menunduk dan tersenyum sekilas. “Mikirin nasib Zizi kedepannya, Ma.”

Demi apapun, hati Diana langsung tertohok. Ada rasa perih yang menjalar di seluruh tubuhnya. Diana seolah ikut merasakan apa yang Valenzi rasakan. Kecemasan akan hari besok, adalah hal yang sama dan selalu Diana pikirkan. Bagaimana putrinya jika tanpanya juga Reno? Apa semuanya akan baik-baik saja? Apakah keputusan suaminya benar? Menyerahkan putri tunggalnya kepada orang lain, yang tak lain dan tak bukan adalah calon menantunya.


“Zi ..., maafin Mama,” ucap Diana.

Valenzi menggeleng. “Ini bukan salah Mama ataupun Papa, dan ..., keluarga om Reno. Kalian semua tidak ada yang salah, kalian hanya berusaha yang terbaik untuk anak kalian. Zizi udah nerima ini semua, Ma.”

Valenzi memegang pundak Diana, menatap mata Diana yang menyendu. Dan berakhir dengan pelukan hangat Diana dan Valenzi.


🍁



“Halo.”

“Halo, Zi. Lo dirumah?”

Hening. Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Valenzi.

“Zi? Lo masih di sana, ‘kan?”

“Hm.”

“Gue sama anak-anak ke rumah lo, ya?”

“Eh. Anu, gue lagi liburan, jadi gue gak di rumah.”

“Yah ... Zi, seriusan?”

“Iya.”

“Lo pulang kapan?”

“Gak tau, kayaknya si bakalan lama, hehe.”

“Ah, gak asik lo. Yaudah nanti gue sampein ke anak-anak.  Have fun Zi!”

“Hm.  Thanks.”

Valenzi menajauhkan ponselnya, menatap nanar layar ponsel yang masih menyala.

“Maafin gue, Kar,” gumamnya.

Valenzi tidak ingin jika ketiga sahabatnya mengetahui perjodohan dirinya dan Raka. Dia akan menyembunyikan hal ini, meski dirinya tidak tahu sampai kapan.

Love To LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang