Valenzi menggeliat pelan, setelah dirinya hampir tak bisa tidur hingga pagi hari.
Dia meraba ponselnya yang tergeletak di atas meja nakas. Mengetuk layarnya sebanyak dua kali.
Valenzi segera bangun, dan berjalan perlahan menuju kamar mandi, sembari mengumpulkan kesadarannya.
Valenzi berjalan santai meniti anak tangga, dan bersiap memasak di dapur.
Melihat mba Marni yang sudah sibuk di dapur, membuatnya sadar, jika kemarin malam Raka tidak pulang ke rumah.
Valenzi mengurungkan niatnya untuk menghampiri mba Marni. Dia berjalan cepat menuju pintu dengan warna coklat yang mengkilat.
Tanpa mengetuk, Valenzi langsung masuk begitu saja. Pandangannya beredar ke seluruh penjuru ruangan.
Tanpa sengaja ekor matanya menangkap sesuatu di atas sofa.
Dia mendekat. Begitu dia tahu, seulas senyum terukir di wajahnya. Bukan, suaminya kemarin malam pulang ke rumah. Dia rasa, Raka tidak semarah itu kepadanya.
Valenzi berbalik, dan memutuskan untuk pergi ke dapur menyusul mba Marni.
"Jangan pergi ...."
Valenzi menghentikan langkahnya. Tubuhnya masih membelakangi suaminya yang tadi masih terlihat tidur dengan sangat nyenyak.
Jantungnya berpacu dua kali lipat. Dengan susah payah juga, Valenzi meneguk ludahnya.
"Jangan pergi, aku mohon ...."
Degup jantungnya semakin tidak karuan.
"A-aku tidak akan pergi ...," jawabnya.
"Tidak ..., tidak ..., jangan!!!"
Valenzi dengan cepat menoleh ke arah suaminya.
Matanya membelak, dan segera bergerak mengambil segelas air di atas meja kerja suaminya.
"Ini," ucapnya.
Keringat membanjiri tubuh Raka. Deru napasnya pun sampai terdengar tidak beraturan. Matanya menatap awas sekitarnya.
Valenzi yang turut panik, tidak tahu harus berbuat apa.
"A-apa kamu baik-baik saja?" tanya Valenzi.
Raka menatapnya sekilas, lalu mengangguk singkat.
Dengan susah payah Raka mengendalikan napasnya yang masih terasa memburu, juga degup jantungnya yang masih berpacu sangat cepat.
Valenzi menatap suaminya nanar. Ingin sekali dia memeluknya, agar suaminya merasa lebih tenang. Namun, dengan cepat ia menepis keinginan itu. Dia masih mengingat kejadian kemarin malam. Saat dia tak sengaja memeluk Raka.
Daripada hatinya semakin sakit, Valenzi beranjak dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
"Jika kamu sudah membaik, a-aku akan ke dapur," ucap Valenzi.
Tanpa menunggu tanggapan dari Raka, Valenzi sudah berbalik dan pergi ke dapur. Kakinya berjalan meniti anak tangga, namun otaknya entah pergi kemana. Sejak keluar dari ruang kerja Raka, Valenzi lebih sering melamun.
Sebenarnya apa yang terjadi pada suaminya? Apa setiap malam dia juga mengigau seperti itu? Dan dia tidak tahu. Selama ini, semalam pun tidak pernah Raka tidur bersama Valenzi. Hanya dalam satu ruangan, namun tempat yang berbeda. Valenzi di kasur, dan Raka di sofa. Atau jika tidak, Raka akan tidur di ruangan kerjanya. Sungguh kehidupan rumah tangga yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Life
RomanceValenzi seorang gadis sempurna mempunyai segalanya, paras dan tubuh yang sempurna, kekayaan yang berlimpah, dan kebebasan dari orang tuanya, tetapi, siapa sangka kebebasan dan kekayaannya di rengut paksa oleh kedua orang tuanya ketika perusahaan ora...