LTL || Part 8

485 27 0
                                    

'Acara garden party client. Jam 8.'

Pesan singkat yang sangat berefek pada dirinya.

Valenzi membaca secara berulang-ulang kalimat yang ditulis suaminya. Membayangkan jika suaminya yang berbicara langsung kepadanya. Hanya membayangkan saja sudah membuat Valenzi merona, apalagi jika hal itu terjadi sungguhan?

Valenzi melirik jam dinding. Dua jam lagi, suaminya akan pulang dari kantor. Untuk hari-hari penting seperti ini, Raka tidak akan memutuskan untuk bekerja hingga larut, dia akan pulang sesuai jamnya, jam 18.30 malam. Itu pun jika tidak terjebak macet.

Valenzi mencoba dress dari Raka. Sepuluh menit Valenzi tersenyum di depan cermin besar. Berulang kali berputar untuk mematutkan dirinya sendiri. Apalagi saat dia berpikir jika Raka sengaja memilihkan dress ini untuknya, dress selutut berwarna blue sky, dan heels yang senada.

Valenzi terus menebarkan senyumannya, hingga dia selesai menyajikan makan malam.

Hari ini, Raka pulang tepat waktu. Valenzi dengan segera menghampiri Raka yang sudah menenteng jas juga tasnya saat masuk ke dalam rumah.

Raka mengikutinya ke dalam kamar.

Valenzi yang sadar kehadiran Raka, menoleh. "Kamu, mau makan dulu?" tanyanya.

Raka hanya mengangguk singkat, dan melepaskan dasinya.

"Aku udah siapin di meja makan. Aku mau siapin pakaian kamu dulu," kata Valenzi.

Raka mengangguk singkat, dan berjalan turun menuju meja makan.

Valenzi masih sibuk di lemari, dia sibuk menyiapkan baju untuk suaminya. Dan setelah selesai, dia pergi dari kamar dan menyusul suaminya yang sudah selesai makan malam.

Valenzi dan Raka berpapasan di anak tangga. Valenzi hendak membuka mulut, namun Raka berjalan begitu saja melewatinya, seperti tak melewati apapun.

Valenzi yang menyadari hal itu hanya mengalihkan pandangannya, dan tersenyum kecut. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Dia harus selalu menguatkan hatinya, agar tidak selalu merasa sakit dengan hal-hal kecil seperti itu.

Valenzi mengenyahkan rasa sakit yang mulai menjalar di hatinya. Dia melanjutkan langkahnya, dan membereskan meja makan, juga mencuci piring Raka.

Dirinya tertahan cukup lama di dalam dapur. Pikirannya sibuk ke sana ke mari mencari kesalahan dirinya. Mencari sesuatu yang mungkin dia lewatkan, hingga membuat Raka seolah membenci dirinya.

Tatapan Valenzi kosong menatap ke depan lepas. Kali ini tidak ada air mata yang mengiringi. Dia hanya menatap kosong dengan mata yang menyendu.



Lamunannya buyar, saat mendengar suara langkah kaki yang berjalan pada anak tangga.

Valenzi mendongak, melihat Raka yang mengenakan kaos polos hitam, dan juga celana selutut berwarna hitam.

Raka menoleh ke arah Valenzi sesaat, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang santai.

Raka menyempatkan dirinya untuk menonton televisi. Terlepas dari tugasnya yang berat, dan pekerjaan yang menumpuk, Raka juga ingin merasa santai, dan melakukan kegiatan sesuka dirinya.

Terlintas di hati Valenzi untuk menghampiri Raka, namun, dia menahan diri dan menuruti egonya.

Valenzi justru pergi ke kamarnya. Meraih ponsel di atas meja nakas, dan mengetuknya sebanyak 2 kali.

Sudah pukul 19.00, Valenzi segera bersiap. Memakai dress dan heels pemberian Raka, mengubah style rambutnya agar senada dengan dress yang dia pakai, dan tidak lupa dengan polesan make up tipis di wajahnya.

Love To LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang