32{OPERASI}

588 83 10
                                    

Happy reading

                                      *****
Resha menunggu di luar ruang operasi. Tara harus di Operasi karena luka tusuk nya yang lumayan dalam.

Berdoa agar Tara di mudah kan dalam operasi. Resha sudah menelpon  anggota pepeti dari handphone nya Tara.

Keringet dingin membasahi wajah Resha. "Yallah tolong selamatin kolor ijo"

Tiba tiba air mata jatuh dari pelupuk mata Resha dengan begitu deras.

Kenapa ini bisa terjadi?. Seandainya Resha lewat jalan itu dengan cepat pasti Tara tidak akan seperti sekarang ini, seandainya Resha segera menelpon polisi agar mereka tertangkap. Tapi sayang itu hanya seandainya beda sama realita.

Resha merasa bersalah pada diri nya sendiri, kenapa dia tidak bisa datang tepat waktu?. Air mata makin deras jatuh dari pelupuk mata.

Terduduk di lantai dan terisak hebat. Resha membenamkan kepala diri nya di atas lutut yang bersimpuh.

Anggota pepeti sudah sampai di rumah sakit yang Resha tunjukan. Mereka melihat Resha yang sedang terduduk serta kepala yang di tundukan.

Melangkah menghampiri Resha dengan tergesa gesa.

"Res gimana keadaan Tara?" Tanya Tono lembut.

Mendongakkan kepala nya Resha segera memeluk Tono dan terisak lebih dalam. Begitulah Resha kalau sedang sedih pasti butuh pelukan.

"Hiks, Tono, kolor ijo di operasi hiks" ujar Resha dengan terisak.

Mereka terdiam baru sadar bahwa mereka sedang di depan ruangan operasi. Apa luka Tara sangat parah sampai dia di operasi.

Tono mengelus pundak Resha dengan lembut. "Coba Resha ceritain kronologis nya gimana"

Mengalirlah cerita Resha dari dia berjalan melewati orang ramai sampai diri nya menjejakan kaki di tempat Tara yang sedang mau di bunuh itu.

Anggota Pepeti menyimak ucapan yang keluar dari bibir Resha. Mereka sangat geram mendengar cerita itu. Bisa bisa nya mereka mengeroyok Tara di saat dirinya sedang sendiri.

"Lo tau yang ngeroyok Tara siapa?" Tanya Arya.

Resha mengelap ingus nya dengan tisu yang di berikan Tono. "Resha ga tau, tapi tadi ada yang bilang gas gas gitu. Oh nama nya gas Elpiji mungkin"

"Bagas" desis nendra yang mereka dengar.

"Kita harus ngeba---"

"Nendra gimana keadaan Tara?" Sela Juwita yang entah kapan muncul nya yang pasti mereka tidak menyadari kehadiran sang ibu ketua mereka.

"Lagi di operasi Bun," jawab nendra.

Juwita menganggukkan kepala, tidak ada adegan menangis dan histeris. Juwita sudah biasa mendapatkan kabar seperti ini.

Dan diri nya sangat yakin. Pasti anak semata wayang nya ini akan sanggup menjalani nya dan sembuh seperti sediakala lagi.

Jadi tak heran anggota pepeti pun tidak sehisteris yang kalian pikirkan. Toh Tara itu anak yang kuat.

Mereka menyalami orang tua Tara dengan begitu hormat, kini giliran Resha yang akan menyalimi Juwita.

"Eh ada cewe," lugas Juwita di selingi cicitan. 

"Resha cowo Tan," pungkas Resha bercanda di hadiahi cekikian Juwita. Resha sudah berhenti dari acara nangisnya sejak menjelaskan kronologi kejadian.

"Resha toh nama nya. Masa si ada cowo secantik kamu" jawab Juwita.

"Nama nya juga bibit unggul tan, ya hasil nya pasti bibit ungul," ujar Resha sedikit narsis. Tidak ada kecanggungan dalam diri Resha. Itulah sebabnya Resha mudah berbaur. Hanya saja Resha orang nya sangat selektif.

"Bunda aja jangan Tante" sela Juwita.

"Iya Bun"

"Boleh lah jadi mantu bunda"

Anggota pepeti tersedak liur nya, gak biasa nya bunda si ketu welcome dengan teman perempuan Tara.

"Bunda kaya tujuh tanjakan delapan turunan gak? Kalo bunda kaya Resha mau dah sama anak nya bunda "jawaban Resha membuat anggota pepeti membelalakan mata. Bocah satu ini sangat matre sekali.

Juwita terkekeh kencang. "Oh tentu jelas sayang, kalo bunda ini turunan sultan. Kamu minta apa aja bunda Kabulin."

"Wah boleh tuh Bun," jawab Resha.

"Matre Lo res," celetuk Dito terkekeh.

"Resha bukan nya matre Dito, Resha hanya berpikir realistis! Kalo suami Resha orang miskin mau di kasih makan apa nanti Resha. Cinta? Mau sampai kiamat pun gak bakalan kenyang" jawab Resha.

Juwita terkagum dengan anak satu ini, sangat blak blakan Juwita sudah jatuh hati pada Resha pas pertama melihat anak ini.

Dia beda dari temen cewe nya Tara yang kalau bertemu diri nya sikap nya sangat fake. Entah itu pura pura bersikap lembut, manis ini lah itu lah. Yang jelas Juwita sudah sangat hapal dengan mimik wajah mereka ini.

Anggota pepeti membenarkan ucapan Resha. Memang bener hidup di jaman sekarang harus realistis jangan cinta saja yang di nomor satukan. Harta pun harus.

Ada uang mereka di hargai. Tidak ada uang pasti di tindas.
Uang segala gala nya di jaman sekarang ini.

Pintu operasi terbuka munculan dokter dengan pakaian khas operasi.
Mereka berbondong-bondong menghampiri dokter itu untuk bertanya.

"Gimana dok, keadaan anak saya?"  Tanya Juwita santai.

"Alhamdulilah operasi nya berjalan dengan lancar, anak ibu belum siuman karna masih dalam pengaruh obat bius," jawab dokter itu dengan senyuman.

Mereka mengucapkan puji syukur atas apa yang telah Allah berikan ke Tara sekarang ini.

"Yaudah Bu saya permisi untuk memindahkan anak ibu,"

"Pindahin kemana dok?"

"Ruang mayat, ya ke ruang rawat lah bu"

"Ye si dokter bisa ngelawak"

Anggota pepeti berserta Resha terkekeh mendengarkan interaksi 2 orang berbeda gender itu.

Dokter sudah masuk kedalam ruangan nya kembali, mereka duduk di tepian tembok tak peduli nanti ada yang menegur nya.

"Bun gimana keadaan Tara?" Tanya Jendra yang baru datang dengan ngos-ngosan.

"Alhamdulillah kaga mati yah," jawab Juwita membuat Resha terbelalak heran bunda Tara ini sangat santai sekali melihat anak nya yang baru Habi di operasi ini. Sedangkan anggota pepeti sudah tak heran lagi.

"Syukurlah Alhamdulillah untung nya penerus satu satu nya ayah gak mati, bisa bingung kita bund kalo Tara mati, mau di kemanain harta kita nanti".

.
.

TBC.

OMG KOLOR IJO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang