Pertemuan singkat di dalam aksi demo akan kah membuat mereka terikat akan hubungan yang serius?
"Kolor ijo mata lo somplak! gua gamake kolor bodoh" sarkas mahasiswa beralmet hijau yang belum ia ketahui nama nya
Lautan mahasiswa tidak begitu memperh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading
*****
"Udah dong Tar! Jangan banting tas gue Mulu! Harus nya harga yang di banting bukan tas gue!" Ujar Arya jengah.
Siapa yang tidak kesal melihat tas branded milik nya di banting berkali kali dengan tidak berprikebendaan di hadapan sang pemilik tas itu.
Pengen marah tapi gak bisa. Datang datang bukan nya ngucapin salam malah ngebanting tas milik nya dengan seenak jidat. Entah lah Arya bingung dengan Tara saat ini.
"Mending lu yang gua banting!" Sinis Tara menatap Arya bengis.
Bergidik ngeri Arya buru buru memepetkan badan nya dengan Tono. "Ngeri anjir Ton! Si Tara lagi cosplay jadi buto ijo"
Mendorong Arya dengan kasar. Tono segera mengibaskan lengan seragam nya yang terkena sentuhan Arya lalu menatap Arya dengan pandangan meremehkan.
"Lo! Bisa gak, gausah mepet mepet ke gue!"
Arya menggerutu kesal. "Ngapa pada marah marah Mulu si! Heran gue. Cepet mati tau rasa Lo pada!"
"Mati mati! Lo aja Sono yang mati duluan, gue si ogah! Masih banyak urusan gue di dunia ini yang belom kelar!" Cerca Tono. Bisa jadi hantu gentayangan pasti kalau diri nya mati sekarang.
"Lu berdua bisa diem! Mao gua banting beneran?" Geram Tara.
Tono dan Arya langsung bungkam seketika. Tidak ada lagi kata kata yang keluar dari mulut rapat mereka. Muka Tara saat ini sangat muram sekali. Sangat tidak sedap di pandang.
Bagai mana tidak suram wajah Tara saat ini kalau melihat sang pujaan hati nya tengah memadu kasih dengan suami nya.
Saat diri nya hendak melewati kelas sang pujaan hati Tara menyempatkan diri untuk melongok ke dalam kelas guna melihat keberadaan sang pujaan hati nya untuk mengobati rasa rindu yang menjalar. Padahal 2 hari yang lalu diri nya sudah menghabiskan waktu untuk kulineran dengan sang pujaan. Nama nya juga rindu, pasti datang nya tiba tiba. Kalau sudah di jadwalin bukan rindu nama nya.
Bukan nya mengobati rindu diri nya malah di suguhkan pemandangan yang membuat mata nya ngeblur serta hati yang tiba tiba perih.
Bagai mana tak perih. Diri nya melihat sang pujaan hati tengah memeluk pria lain ah ralat 'suami pujaan nya. Hancur sudah hati ini.
"Tar?" Panggil Nendra yang sedari tadi diam.
"Apa Mao gua banting juga?!!" Cerca Tara menatap Nendra nyalang.
"Diem aja lah" lirih Nendra.
*****
"Hum.. baju Yuda wangi banget!"
Dengan memeluk tubuh Yuda Resha mengendus ngendus baju Yuda dengan saksama. Tadi kata Yuda diri nya mendapatkan oleh oleh dari sang Nenek berupa minyak wangi. Sedangkan Resha gaun serta supenir berbentuk susu kotak Milo.
Masih mengendus tubuh Yuda dan mengeratkan pelukan nya Resha malah memejamkan mata menikmati sensasi wangi yang menusuk hidung bangir nya. Menyenderkan kepala ke dada bidang Yuda Resha makin tenggelam dengan pejaman dua mata milik nya.
Yuda membiarkan saja sepupu nya ini bersandar di dada bidang Yuda. Mengelus rambut Resha dengan teratur dan tentu saja perbuatan Yuda malah membuat Resha mengantuk.
Perlahan lahan kesadaran nya mulai hilang dan diri nya segera memasuki alam mimpi yang di mana ekspetasi tak seindah realita.
Pak Opik sudah memasuki kelas lebih awal yang membuat mereka seisi kelas kebingungan. Tumben tumbenan ni guru udah Dateng. Biasa nya nunggu bel dulu baru dateng.
Seperti biasa diri nya memperhatikan seisi kelas dari mulai pojok hingga tatapan nya teralihkan kepada dua Pasang siswa berbeda jenis kelamin yang tentu nya dia tidak asing lagi dengan pemandangan yang di suguhkan oleh siswi perempuan sableng nya ini.
"Naresha Indira abimana?!" Panggil nya.
Yuda menepuk nepuk pipi Resha beberapa kali agar sang empu terbangun. Dan untung nya Resha segera mengerjabkan mata memandang sekitar. Merasa ada yang janggal Resha menghadap ke arah depan lalu tersenyum.
"Eh ada bapak! Kok udah Dateng pak?" Tanya Resha dengan senyuman serta lambaian tangan ke arah pak Opik yang tengah memandang Resha dengan raut menahan kesal.
"Kamu setiap pelajaran bapak selalu saja tertidur di saat jam pelajaran belum di mulai! Kamu kekurangan tidur apa gimana si!?"
Resha terkekeh sebentar lalu nyengir. "Mata Resha nya caper minta di meremin pak!"
Menghela nafas gusar pak Opik membiarkan saja murid sableng nya ini. Diri nya sudah lelah menghadapi siswi macam Resha yang spesies nya hampir punah di makan zaman.
"Bapak datang lebih awal karena hari ini bapak akan ngadain ulangan harian!"
Bagai di timpa meteor mereka membelalakkan mata terkejut. Oh jelas tidak bisa seenak nya guru satu ini main mengadakan ulangan dadakan. Mereka belum belajar sama sekali. Bagaimana bisa mengerjakan soal dengan otak gamblang kalau belum di isi sama sekali.
"Gak bisa gitu dong pak!" Protes Renata tak terima atas ulangan mendadak yang pak Opik berikan.
"Kenapa tidak bisa?! Selama di bawah kendali bapak semua nya serba bisa!" Jawab pak Opik seenak nya.
"Hayo lah pak berprikemuridan sedikit coba! Besok aja ulangan nya!" Baim mencoba bernegosiasi dengan pak Opik. Semoga saja guru satu ini memberikan mereka keringanan.
"Tidak bisa!"
Resha mendengus kesal. "Kenapa ulangan nya dadakan kaya tahu bulet si pak? Mana bisa kita ngerjain ulangan dengan benar tanpa belajar terlebih dahulu. Emang bapak kira kita semua titisan eistein yang pinter nya sampe ke ubun ubun? Kita manusia berotak biasa yang masih mengandalkan belajar pak. Tidak segampang itu mengisi ulangan tanpa belajar. Dan semua persiapan itu harus di siapkan dengan matang. Bukan secara mentah!."
Ucapan Resha membuat mereka terpanah di tempat. Bagaimana bisa si ibu suku susu kotak Milo mengatakan kata itu dengan sangat lugas dan berwibawa. Mereka kira Resha hanya bisa berkata yang menyulut jiwa ketoxican mereka keluar eh tak tau nya bisa berwibawa juga dia.
Pak Opik pun sempat terpanah sebentar. "Kamu.. kenapa bisa berpendapat seperti itu?"
"Oh tadi Resha dapet bisikan dari penunggu kelas yaudah Resha suarakan"
