43{TONO STRONG}

563 77 1
                                    

Happy reading

*****

"Ton! Bengong Bae lu, di bawa kolong Wewe tau rasa lu!" Sarkas Tara yang sedari tadi melihat Tono hanya bengong saja.

Tara tau kalau Tono masih belum bisa menerima kepergian mendiang sang ayah. Masih sangat membekas kenangan indah bersama sang ayah.

Tono sangat merasakan kehilangan sosok pigur seorang ayah. Siapa si yang gak sedih di tinggal sama orang yang berarti di hidup kita.

"Ikhlasin dengan lapang dada Ton! Kasian ayah Lo malah tersiksa di sana ngeliat Lo begini!" Pungkas Arya.

"Merelakan emang susah Ton. Tapi ada baik nya Lo berusaha untuk merelakan ayah lo biar beliau tenang di alam Sono. Cukup doakan dari sini kalo lo kangen sama beliau!" Nasihat Nendra agar Tono tidak berlarut larut dengan kesedihan.

Membuang nafas kasar Tono meneguk air di hadapan nya. "Gue udah ngerelain ayah dengan ikhlas. Tapi gue gatega liat ibu kalo malem suka nangis sambil megang figura foto beliau"

"Bukan nya ibu lo udah ngerelain ya? Dia nangis karena almahrum ayah lo ninggalin harta se gunung kan?" Tanya Arya bingung mendengar ucapan Tono kalo sang ibunda suka menangis di tengah malam sambil memandangi figura foto sang ayah.

"Ibu cuma nutupin kesedihan nya dengan gurauan semata. Lo tau kan sejati nya orang tua selalu menguatkan anak nya kapan pun dan dalam situasi apapun. Begitu lah yang ibu gue lakuin. Dia gamau gue dan ratu berlarut larut dalam kesedihan maka nya dia pas ayah meninggal malah bergurau seperti itu. Asal Lo tau sesudah tukang penggali kubur pergi ibu gue langsung ke dapur dan nangis di sana tanpa mau di lihat oleh anak nya." Jelas Tono panjang lebar.

Memang sehabis tukan gali kubur pergi inas langsung pergi ke dapur dengan berdalih ingin menyegarkan tenggorokan dengan es jeruk.

Tono mengikuti sang ibu dengan mengendap ngendap bak maling. Di sana lah diri nya melihat sang ibu jatuh terduduk di pojokan dapur dengan air mata yang bercucuran serta tatapan mata kosong.

Rasa sesak mendominasi hati Tono ketika melihat sang ibu se rapuh ini. Diri nya tau kalau tadi hanyalah fake semata untuk menutupi real yang sesungguhnya.

Sungguh ibu nya ini sangat apik dalam memainkan peran. Tono sampai di buat terkesima oleh nya. Saking tidak ingin membuat sang anak terlarut dalam kesedihan sang ibu sampai rela menahan tangis di depan nya.

Maka dari itu dirinya tidak akan berlarut dalam kesediha. Diri nya harus bangkit. Masih ada ibu dan adik nya yang harus ia bahagiakan.

"Ibu Lo hebat!" Puji Nendra yang di angguki mereka.

"Mau nyekar ke makan ayah lu? Sekalian kita doian beliau!" Ajak Tara memberi usul kepada mereka bertiga yang sekarang ini berada di Warung mbok Jul.

Tono mengangguk. "Ayo!"

*****
TPU disini lah mereka berada. Melangkahkan kaki menuju kuburan yang masih basah pertanda baru.

Tono mendudukan diri di samping makan sang ayah. Begitupun ketiga teman nya yang ikut menduduki lahan samping kuburan sang ayah.

"Assalamualaikum ayah. Tono Dateng lagi. Tono harap ayah gak bosen ya liat Tono Dateng ke sini lagi. Hehehe, ayah! Maafin Tono yang belum bisa bahagian ayah! Tono berdoa semoga ayah di tempatkan di tempat yang layak ayah!"

Menarik nafas nya dalam Tono segera menghembuskan nafas. "Ayah Tono kangen di marahi ayah kalau Tono tauran dapet lebam di muka. Tono kangen pelukan ayah di saat Tono membutuhkan nya. Ayah kenapa ayah pergi secepat ini? Tono belum siap kehilangan sosok ayah yang selalu menjadi pahlawan nya Tono dalam situasi apa pun. Maafin Tono Yang belum bisa mengiklaskan ayah sampai saat ini. Tono akan belajar mengikhlaskan ayah."

"Ayah inget? Di saat Tono membuat Anak orang babak belur dan Mereka nuntut Tono. Ayah langsung pasang badan untuk Tono tanpa memikirkan kalau itu adalah salah Tono. Ayah selalu siap pasang badan untuk Tono kapan saja. Ayah selalu nasehatin kalau Tono membuat kesalahan. Selalu membuat Tono merasakan apa itu kasih sayang yang sesungguhnya. Yahh Tono harap ini mimpi dan tolong bangunkan Tono dari mimpi buruk ini!" Isak tangis Tono menyayat hati mereka. Membiarkan saja Tono terisak di depan makan sang ayah. Mereka tidak mengusik ataupun menyuruh Tono untuk mengikhlaskan. Tanpa di minta pasti Tono akan mengikhlaskan beliau.

Mereka tak kuasa menahan tangis yang sedari tadi mereka bendung. Mereka merasakan apa yang Tono rasakan saat ini. Sangat berat memang untuk mengikhlaskan seorang.

Tono mengelap air mata yang jatuh dari pelupuk mata nya. Dia memejamkan mata sejenak dan membuka nya lagi.

"Gue ga tega liat Tono seterpuruk ini" ujar Arya lirih.

"Gua juga. Biasa nya dia yang selalu bikin kita ketawa. Dan sekarang jangankan ketawa senyum juga gak muncul sedari kemaren" jawab Tara.

"Gue gabisa berenti nangis. Gimana ini?" Sarkas Nendra masih sesegukan. Dia memang sangat sensitive dengan kesedihan alhasil jadi seperti ini.

"Plis nen, Lo jangan bikin gue ngakak di situasi kaya gini" pungkas Arya melihat Nendra yang susah payah mengentikan laju air mata milik nya.

"Gue gabisa hikss. Berhentiin nya, hikss.. hiks... Gimana ini oi hikss"

Demi apapun Rasa nya Arya dan Tara ingin ngakak sekarang juga kalau tidak melihat ekspresi terpukul nya Tono.

"Yah. Tono akan bangkit demi ibu dan Ade. Ayah yang tenang ya di Sanah! Kelak kita akan berkumpul kembali di tempat yang kekal abadi" Tono menyudahi nya dengan berdoa meminta kepada Allah.

Tara, Nendra dan Arya segera berdoa juga seperti Tono.

"Pulang" ucap Tono dengan melangkah meninggalkan TPU ini.

Mereka mengikuti langkah Tono dengan lebar.

Roh tanpa wujud itu tersenyum dari kejauhan. "Ayah percaya sama kamu Ton. Buktiin ucapan kamu, ayah sayang sama kalian! Setidak nya dengan begini ayah bisa pergi dengan tenang"

Tidak berselang lama kemudian cahaya putih muncul di tengah tengah. Ron itu pun segera memasuki cahaya tersebut dengan senyuman yang tersungging di bibir nya.

"Selamat tinggal dunia"

.
.
.

TBC.

OMG KOLOR IJO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang