42{BERDUKA}

520 75 17
                                    

Happy reading

                                      *****
Kini kediaman Hardiyanta di penuhi lautan manusia yang sedang berduka begitupun para anggota pepeti yang ikut memenuhi acara duka ini.

Terdengar lantunan surah yasin mengalun bebas di telinga mereka. Keluarga yang di tinggalkan merasa sangat terpukul.

"Yang sabar ya Ton!" Ujar Arya menyemangati Tono yang sedang berduka.

"Lu harus kuat Ton demi ibu lu sama Ratu!" Imbuh Tara menguatkan sang sohib. Tara mengerti perasaan Tono saat ini.

Keluarga Tono tengah di landa musibah. Sang kepala keluarga di kabarkan menjadi korban kecelakaan beruntun yang meninggal di tempat.

Rumah mewah bak istana kediaman Tono makin ramai yang mengunjungi untuk berbela sungkawa.

Tono hanya menunduk mengeluarkan air mata. Tak ada isakan tangis yang keluar dari bibir Tono.

Menghampiri sang ibunda yang sedang terisak hebat di samping mayat sang ayah. Tono segera merengkuh sang ibunda dengan perasaan sakit.

"Ton... Hiks.... Suami ibu Ton, ayah kamu hiks.. sudah meninggal" tangisan inas di pelukan sang anak.

Tono mengelus punggung sang ibu dengan halus untuk memberi ketengan. "Iya Bu.. ibu harus ikhlasin ayah! Jangan kaya gini bu. Kasian ayah!"

Tangis inas malah bertambah mendengar ucapan sang anak. " Kamu gak ngerti hiks, apa yang ibu rasain!"

"Ikhlasin ayah tenang di sana Bu. Ibu masih ada Tono dan Ratu!"

"Hiks, kamu gak ngerti ton! Kamu gangerti kalau jadi ibu hiks. Ibu harus apa dengan harta yang ayah mu tinggalkan dengan begitu banyak nya? Mau apa ibu? Hiks. Ibu pusing mikirin harta yang ayah mu tinggalkan!"

"Ibu udah ikhlasin ayah mu Ton dari pas kita di kabarin sama Polisi. Ibu nangis karna bingung Ton. Gimana caranya ngabisin harta yang di tinggalin sama ayah kamu biar ga melimpah? Ibu Gatau harus gimana ngabisin nya!!" Lirih pilu inas memikirkan bagaimana cara nya dia menghabiskan harta yang di tinggalkan oleh mendiang suami nya. Walaupun mustahil harta itu bisa habis. Bukan apa apa. Keluarga Tono memang Turunan sultan dari embrio.

Tono tercengang mendengar ucapan sang ibunda. Ia pikir sang ibu menangis karna kehilangan sosok pigur kepala rumah tangga. Dan tau nya sang ibu menangis karena tidak tahu harus di apakan harta sang ayah.

"Kakak? Itu ayah kenapa di bungkus kaya lemper? Emang nya ayah mau di kirim ke restoran mana kak?" Tanya Ratu bocah kelas 3 SD kepada sang kakak. Ratu bingung melihat sekujur ayah nya yang di bungkus kain putih.

Mengelus dada sabar. Tono ga habis pikir dengan jalan pikir sang ibu dan sang adik. ingin ngakngak mendengar ucapan polos sang adik tapi Tono Takut sang ayah malah mengutuk diri nya dari alam yang berbeda.

Menghampiri sang adik dan memeluk nya. "Dek! Ayah bukan nya jadi lemper. Ayah di bungkus gitu karena sudah meninggal dek" ujar Tono menerangkan.

Mata Ratu berkaca kaca setelah Tono selesai bicara. Ratu cukup mengerti apa itu meninggal mau tak mau Ratu terisak pedih.

"Hiks.. hiks.. ayah kenapa ayah meninggal. Hiksss ayah Ratu gamau ayah meninggal" Isak tangis Ratu membuat Tono menenangkan sang adik.

Tara, Nendra dan Arya yang melihat Tono tengah menenangkan Ratu yang terisak hebat berinisiatif untuk menghampiri dan membantu nya.

"Ratu gaboleh nangis ya. Nanti ayah kamu ikutan sedih juga di sana" ujar Tara menenangkan Ratu dengan tangan yang menepuk nepuk rambut lurus milik Ratu.

Bukan nya tenang justru Ratu malah makin histeris. Inas yang melihat anak bungsu nya histeris segera menghampiri nya dan merengkuh Ratu kedekapan hangat milik inas.

"Don't cry baby! Ibu tau apa yang kamu rasakan. Ibu juga merasakan apa yang kamu rasakan!" Pungkas inas.

"Hiks... Berarti Ratu bakal jadi anak yatim dong Bu? Kata temen Ratu kalau ngga punya ayah berati dia anak yatim.. hiksss" ujar Ratu di selingi Isak tangis.

"Iya dek. Berati kamu anak yatim" jawab Arya.

"Huaaa.. Ratu gamau!! Ratu gamau jadi anak yatim.. nanti banyak yang ngasih uang ke Ratu karena Ratu anak yatim! Ratu gamau! Hikss.. hiks.. harta ayah nanti makin banyak kalau Ratu di kasih uang. Hiks kasian Ratu nya kebanyakan uang. Ratu gamau jadi milyarder di usia muda Bu hikss!" Tangis Ratu yang sempet melihat teman nya si Ibnu yang kebetulan anak yatim. Diri nya sering kali di kasih uang sama para guru. Itu lah mengapa Ratu mengucapkan kalimat tersebut.

"Ibu tau apa yang kamu rasakan sayang. Ibu juga bingung mau di apakan harta ayah kamu. Lagian si ayah meninggal malah ninggalin harta banyak banget. Dikira gak pusing cara ngabisin nya gimana!" Kesal inas.

Tara, Nendra dan Arya melongo di tempat. Apa apaan ibu dan anak ini bukan nya berduka karena kehilangan pigur seorang ayah dan suami malah berduka karena sang suami meninggalkan harta yang sangat banyak.

Sedangkan Tono hanya menatap sang ibu dan Ade dengan pandangan tak percaya. Ini kah yang di namakan buah tak jatuh jauh dari pohon nya.

"Ton. Turut berduka ya atas kehilangan nya kewarasan ibu lo dan Ade Lo!" Ujar Arya merasa prihatin dengan Tono sekarang ini.

"Itu beneran Ade sama ibu lu kan ton?" Tanya Tara tidak percaya dengan semua ini.

"Mau ngelak tapi banyak bukti kalau dia emang ibu dan Ade gue!" Jawab Tono.

"Gue-- gangerti" cerca Nendra tak habis pikir.

"Permisi Bu, kuburan nya sudah siap untuk almarhum" tukas penggali kubur berdiri di hadapan mereka.

Inas menatap sang penggali kubur dengan saksama. "Oke.. soal harga kalo bisa di mahalin ya bang! Biar harta yang di tinggalin suami saya sedikit berkurang!"

"Bukan ibu gue sumpah"

.
.
.

Cerita ini hanya Fikti belaka!

TBC.

OMG KOLOR IJO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang