51{TARUHAN?}

478 71 1
                                    

Mengerjabkan mata berkali kali Resha memandang Tara aneh. Bisa bisa nya Tara mencetuskan kalimat itu dengan gamblang.

Mengulurkan tangan kehadapan Tara dan menempelkan di kening. "Gak panas kok,"

Tara kikuk sendiri, entah kenapa tiba tiba tadi mulut nya mengucapkan Kalimat seperti itu dengan lancar. Ini kah yang di namakan reflek?

"Gua gak sakit,"

Menjulingkan mata sekilas Resha berdehem singkat. Entah kenapa diri nya memanas seketika. Apa ini faktor cuaca? Atau jangan jangan, penghuni neraka lagi berimigrasi ke sekolahan ini? Amit amit. Jangan sampe, Resha masih ingin Hidup tentram di perwira sakti untuk beberapa tahun kedepan.

"Itu tadi barusan, Kolor ijo. Nembak Resha? Apa gimana?" Tanya Resha sedikit ragu, pasal nya muka Tara tidak meyakinkan sama sekali untuk mengajak diri nya berkomitmen.

Mengangguk antusias Tara memandang Resha berbinar. "Iya. Mao gak?"

Resha bingung harus jawab apa. Sebenarnya Tara ini serius atau tidak si? Masa nembak dia tidak ada kesan manis manis nya. Malah terkesan cringe begini.

"Tara serius ngajak Resha pacaran? Gak main main?" Tanya Resha dengan nada serius yang jarang di keluarkan.

"Gua serius, ngapain gua main main soal perasaan." Jawab Tara tegas dengan Tatapan hangat memandang Resha. "Lagian gu--gua udah lama. Ah udah lah inti nya lu terima gua ga?"

Hampir saja Tara keceplosan mengatakan bahwa dia sudah jatuh hati kepada Resha sejak lama.

Menggaruk ujung hidung Pelan Resha berdehem singkat. Entah kenapa tiba tiba dirinya kikuk seperti ini. Hayolah kenapa dengan diri nya ini?

"Kolor ijo cinta sama Resha?" Tanya Resha menyakinkan.

Lagi lagi Tara mengangguk dengan antusias. "Iya gua cinta sama lu."

"Kok bisa si Tara cinta sama Resha?" Imbuh Resha tidak dengan title kolor ijo lagi.

"Gak tau gua juga," ujar Tara menggaruk Tengku nya.

Resha memandang Tara kesal, apa apaan si Tara ini sungguh tidak meyakinkan sekali ungkapan hati nya. Resha gak boleh percaya gitu aja sama ni bocah. Apa jangan jangan Resha di buat jadi bahan taruhan? Wah gak bisa di biarin ini.

"Di kasih uang berapa buat menangin taruhan?" Tanya Resha remeh.

Tara diam menatap Resha aneh, tadi apa kata nya? 'Di kasih uang berapa buat menangin taruhan. Heh, sejak kapan Tara jatuh miskin? Harta orang tua nya aja masih berlimpah, yakali Tara kekurangan uang sampai ngejadiin Resha taruhan.

"Taruhan ndas mu," sarkas Tara menyentil Bibir Resha pelan.

Resha menggaduh dengan tangan yang sibuk mengusap bibir seski nya. "Tadi kata nya cinta sama Resha, masa Resha nya di kasarin si!"

"Mana yang sakit. Bibir? Mau gua cium biar ngga sakit lagi?" Goda Tara menaikturunkan alis.

Pipi Resha memanas setelah itu. Diri nya masih cewe Tulen, alhasil seperti ini respon tubuh Resha terhadap ucapan Tara.

Tara yang melihat pipi Resha merah terkekeh pelan, tambah lucu pikir Tara. "Gimana mau gak?"

Menendang tulang kering Tara, Resha segera berlari dengan tangan yang sibuk memegangi kedua pipi yang berubah warna itu.

Tara berteriak, demi apapun tendangan Resha sungguh sangat kencang sekali. Rasa nya tulang kering Tara ingin patah dari tempat nya. "Heh boncel! Salting lu serem amat si,"

Resha yang mendengar teriakan Tara segera melajukan Lari, ada apa dengan jantung nya ini. Masa dag dig dug kan seperti ini. Apa diri nya terserang penyakit aneh?

"Jantung diem diem kenapa si, jangan caper." Sarkas Resha kesal dengan mengelus ngelus dada.

Setelah detuman jantung aga mereda Resha segera mencari angkutan umum untuk membawa diri nya pulang ke rumah.

Resha ketat ketir melihat jalan Raya yang sepi, tidak ada angkutan umum yang lewat sama sekali. Trus dia harus gimana? Mau mesen ojol tapi gawai nya habis batre.

Apes sekali Resha saat ini. Harus apa Resha sekarang. Kenapa tadi dia tidak meminta Tebengan saja kepada Vina dan Renata. Ah bodoh sekali kamu Resha. Gerutu dalam hati yang amat dalam.

"Neng sendiri aja, sini Abang temenin."

Mendengus kesal Resha berjalan menjauh dari orang tersebut. Bisa bisa nya dia muncul di hadapan Resha setelah apa yang ia perbuat kepada dirinya ini. Sungguh magadir.

"Neng, mau kemana atuh. Sini Abang anterin sampai tujuan."

Berhenti melankahkan kaki Resha membalikan badan menghadap orang itu dan menatap Garang. "Apa si. Sono pergi, hus hus hus." Usir Resha dengan menggerakkan tangan seperti mengusir kucing.

"Ayo naek, Abang anterin sampai tujuan. Dijamin selamat tanpa lecet sedikit pun. Apa mau di di taekin ke atas motor hm?"

"KOLOR IJO!" teriak Resha Menggebu gebu. "Sono pulang! Resha Gedeg liat muka Kolor ijo!"

Tara mengelus dada Sabar, "iya gua tau kok gua ganteng. Naek buru umpung gua lagi Bae ni."

Kalo saja kejadian tadi tidak terjadi, sudah dapat di pastikan bahwa Resha akan segera siggrah setelah di tawarkan tumpangan gratis. Tetapi Resha tidak mau membuat jantung nya berdetum seperti tadi. Berdekatan dengan Tara membuat Resha cepat mati. Jadi Lebih baik Resha menghindar.

"Udah Sono pulang! Resha mau pulang sendiri aja gak mau di anterin."

"Lu gak liat jalanan udah sepi begitu? Mau pulang naek apaan lu? Upo terbang?"

"Bajai melayang," sela Resha.

"Mana bisa bajai melayang sukinem" telah Tara, merasa aneh dengan bajai melayang.

"Bisa lah, tinggal pakein baling baling bambu Doraemon." Jawab Resha.

"Doraemon nya mana? Gaada kan?" Lugas Tara.

"Udah ah Resha mao balik, gak usah ikutin Resha" seru Resha Berjalan meninggalkan Tara.

Berjalan depan pandangan lurus serta langkah tegas Resha mendengar suara musik Yang menjadi ciri kas sesuatu yang Resha takuti. Dan benar saja di ujung jalan sana terdapat 2 ondel ondel yang sedang berjoget.

Selain rumah Tansum, ondel ondel juga lah yang selalu Resha hindarin didunia ini. Badan Resha bergetar tak karuan pelipis di penuhi keringet. Kenapa mahkluk satu itu harus Muncul di saat saat seperti ini?

Resha sudah tidak ada pilihan sama sekali.

"KOLOR IJO! RESHA NEBENG!"

.
.
.

TBC.

OMG KOLOR IJO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang