Manis Tapi Bukan Gula

389 38 2
                                        

Saat ini aku dan Jimin telah bergabung bersama kedua orang tua kami di dalam ruang makan.

Suasana saat ini sangat riuh karena canda yang selalu diberikan oleh Jimin kepada ayahku. Sejujurnya aku baru pernah melihat ketawa yang saat ini ayahku lakukan, ayahku merupakan tipe orang yang irit saat berbicara dan juga tegas. Tetapi tidak untuk Jimin, sepertinya mereka berdua sudah sangat dekat.

"apakah Rose merepotkanmu selama di Korea?" tanya ibuku kepada Jimin.
"emem tidak tante, Rose adalah anak yang cukup mandiri" ucapnya sambil tersenyum menatapku. Dan seketika aku menundukkan pandanganku karena di tatap oleh Jimin mampu membuat pipiku memerah dalam sekejap waktu.
"bagaimana aku bisa merepotkannya, jika yang aku tau Jimin adalah Jimin bukan Cimy" aku memberanikan diri untuk membalas tatapannya.
"memang ya sebegitu berubahnya aku hingga membuat kamu melupakanku huh" ucapnya dengan makanan yang sangat penuh di dalam mulutnya.
"makn dulu makananmu baik-baik" ucapku.
Dan disambut oleh tawa dari kedua keluarga ini.

Sejujurnya aku yang terlalu sibuk dengan duniaku, begitupun Jimin dengan pekerjaan kita yang sama tetapi memiliki kadar kesibukan yang berbeda-beda, aku tau Jimin sangat sibuk, tetapi dia bisa menyempatkan waktu malam ini untuk bisa berkumpul di sini.

"tante nanti balik biarkan Rose bersamaku yah" ucap Jimin sambil menatap ibuku.
"apa masih kurang kalian berbincang di atap hotel ini tadi??" ucap ayah Jimin.
Dan seketika pipiku kembali memerah atas ucapan ayahnya ini.
"ayah sudah melewatkan masa-masa ini, tetapi kenapa kau belum juga mengerti" ucapnya dengan pandangan yang memohon.
"baiklah, tetapi kalu bisa jangan sampai terlalu larut yah" ucap ibu, dan di balas anggukan dan juga senyuman dari Jimin.

Setelah kami menyelesaikan makan malam kami sambil membicarakan kirinduan antara ibuku dan juga ibu Jimin begitupun ayahku dan ayah Jimin hingga kami lupa bahawa ada seseorang yang sedari tadi menjadi pendengar setia. Yah tentu saja adiknya Jimin yang hampir saja tertidur di tengah acara makan malam kami, mungkin dia terlalu bosan dengan pembicaraan kami.

"kita akan kemana?" tanyaku sambil menutup pintu mobil.
Tak ada jawaban dari Jimin, tetapi pria ini memajukan wajahnya mendekatiku. Seketika jntungku yang sedari tadi aman saja kembali berdegub kencang bahkan suara degupannya mampu di dengar oleh Jimin yang jarak wajahnya dan wajahku sangat dekat.
"kau harus memasang sabuk pengamanmu sebelum aku mengemudi" ucapnya sambil memasang tali sabuk pengaman dan menatapku.
Yah ciuman singkat mendarat di alis kiriku dalam hitungan detik wajahku memerah begitu saja.
"emm" ucapku sambil mengangguk paham.

Setelah berapa lama kami berada di jalan akhirnya Jimin menghentikan mobilnya di salahsatu tempat yang tidak asing untukku.
Tempat yang dari dulu aku dan Cimy selalu menghabiskan waktu disini.
"ayo tuan putri" ucap Jimin yang sudah membuka pintu mobilku dan mengarahkan tangan kanannya kearahku memberi arahan untuk menyambut tangannya ini.
Ku genggam tangannya lembut dan keluar dari mobilnya.

"kau tau, ini yang ke 4 kalinya aku mendatangi tempat ini" ucap Jimin sambil duduk di salahsatu kursi yang berada di sini.
"benarkah, 4 kali?? Wah sesering itukah kamu ke tempat ini" ucapku sambil menatapnya yang berada di sebelah kananku.
"jika aku merindukanmu aku sering mendatangi tempat ini" ucapnya sambil menatap ke depan tanpa menatapku yang sedang menatapnya.
"tetapi ketika kau telah berhasil dan debut menjadi idol Gerl Grub aku tak perlu datang ke sini lagi, karena bisa melihatmu setiap kali konser." ucapnya sambil tersenyum masih dengan posisi tatapan yang sama.
"tetapi kenapa Lisa lebih dulu menyadari aku adalah Cimy?" dan seketika tatapannya berubah menatapku yang sedari tadi menatapnya.
"benarkah? Bagaimana bisa?" tanyaku bingung dengan apa yang diucapkan olehnya.
"dia menyadarinya ketika dia dan V datang berkunjung di apartemenku, dia melihat fotoku dan fotomu di atas meja pada saat itu"
"benarkah?? Wah kenapa Lisa tak memberitauku" ucapku bingung
"aku yang menyuruhnya untuk tak memberitaumu"
"kau sangat licik Park Jimin" ucapku
"licik dan tampan tentunya" ucapnya dengan penuh percaya diri.
"iaia kau tampan hingga mampu membuatku bimbang dengan hatiku sendiri, kau telah berhasil membuatku bingung selama ini" ucapku dengan wajah cuek.
"benarkah? Maafkan aku baby" ucapnya sambil mengelus lembut kepalaku.

Destiny?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang