04

649 154 594
                                    

Kalau nemu typo kasih tahu ya, jangan diem-diem aja kaya impostor ngelewatin dead body ga mau report.
Don't forget to vote, comment and share~
.
~Happy reading~

~Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nancy

"Pagi Jeno-ssi." Sapa Nancy, seorang perawat yang sudah 2 tahun bekerja di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit tempat ayah Jeno bekerja.

"Pagi." Jeno berdiri di depan meja counter itu.

"Tugas sampai malam lagi ya?" Tanya Jeno. Jeno memang bisa dikatakan cukup dekat dengan Nancy dibandingkan dengan perawat lainnya. Mungkin karena umur mereka sepantaran, jadi mereka lebih nyambung saat mengobrol.

"Iya... terlihat dari wajahku ya?" Nancy menutupi kedua pipinya dengan tangannya.

"Iya, terlihat lelah. Pakailah pelembap agar wajahmu tidak terlalu kering."

"Ya~"

"Oh iya, ngomong-ngomong... orang yang kemarin kubawa ke sini kemarin, gimana keadaannya?" Tanya Jeno.

"Hmm?" Nancy mencoba mengingat orang yang dimaksud oleh Jeno.

"Itu, yang kubawa ke sini saat dia pingsan."

"Ah! Dia. Dia siuman tak lama setelah kau pergi. Aku memberikan kertas yang kau titipkan padaku agar dia bisa berterima kasih padamu. Apa dia tidak menghubungimu?"

"Tidak..."

"Hmm? Kenapa ya? Atau dia lupa?"

"Mungkin saja. Yang penting dia baik-baik saja."

"Iya, dia baik-baik saja. Mau ketemu dengan Dokter Aiden kan?"

"Iya nih. Padahal aku sengaja datang pagi-pagi agar tidak perlu menunggu untuk bertemu dengannya. Tapi ternyata aku tetap harus menunggu."

"Haha. Iya tentu saja. Ayahmu itu sangat terkenal dan berkompeten. Jadwalnya padat setiap harinya."

Setelah Nancy berkata demikian, seorang pasien keluar dari ruangan Aiden. Nancy kemudian memberitahu Aiden bahwa Jeno ingin bertemunya dan sudah menunggu di luar.

Jeno masuk ke dalam ruang praktek ayahnya itu. Walaupun mereka tinggal di rumah yang sama, entah mengapa mereka justru sangat sulit untuk bertemu di rumah. Oleh karena itu Jeno lebih sering memilih untuk datang ke rumah sakit jika ada yang ingin ia bicarakan dengan ayahnya.

"Duduklah." Kata ayahnya.

Jeno pun duduk di depan ayahnya. "Ayah terkenal sekali ya... Banyak sekali antriannya."

"Kalau sudah tahu begitu, jangan bertele-tele. Ada apa?"

"Ah, aku mau kasih lihat rancangan rumah sakit yang ingin kubangun. Ini layout sementaranya." Jeno menunjukkan blueprint yang dibawanya kepada ayahnya.

Lucid Dream✔ • Heejin JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang