14

343 101 285
                                    

What is real and what is fake?

Heejin menyeret kakinya menuju tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heejin menyeret kakinya menuju tempat tidurnya. Dia baru saja kembali dari kantor polisi, ini bukan pertama kalinya dia diantar pulang dengan mobil polisi. Dulu, saat dia berusia 13 tahun, saat kecelakaan itu terjadi. Seorang polisi juga mengantarkannya kembali ke rumahnya.

Heejin melihat ke bunga pemberian Mark saat perayaan hari jadi mereka yang ke seratus hari yang dia letakkan di atas meja rias di depan tempat tidurnya. Walau bunga itu sudah sangat layu, kelopaknya berjatuhan, Heejin tetap menyimpan bunga itu di dalam kamarnya. Air matanya kembali jatuh.

Sikap hangat Mark, perhatiannya, semua pemberiannya, ucapan sayang darinya, bahkan ciuman itu. Semuanya tidak ada yang tulus. Semuanya dilakukan agar dia bisa menjualku...

Kenapa...

Jika memang dia sangat memerlukan uang, aku bisa memberikan milikku... tapi dengan menjualku, itu artinya aku memang tidak berarti baginya...

Heejin melihat ke bayangannya yang ada di cermin.

Kenapa... apa yang salah dengan diriku...?

Kenapa...

"KENAPA?!!" Heejin berteriak dengan kencang dan kembali menangis.

Baru saja Heejin merasakan hidup normal seperti orang lainnya. Merasa disayangi oleh orang lain dan menyayangi orang lain di dunia ini. Baru sebentar dia tidak merasa sendiri, baru sebentar dia punya seseorang yang bisa dia andalkan.

Heejin menangis begitu lama, kepalanya terasa sakit sekali dan akhirnya dia tertidur karena kehabisan energi.

Hitam, hanya hitam. Hitam... hening... sendirian di tengah kegelapan yang pekat ini... hampa.

Setitik kecil cahaya mulai terlihat. Walau sangat kecil, cahaya itu berhasil memudarkan warna hitam yang sangat pekat itu. Lama kelamaan, cahaya itu terlihat semakin jelas. Semakin terang menyilaukan. Semakin menyebar mengusir kegelapan itu.

"Heejin-ah..."

"Heejin-ah!"

Heejin membuka matanya dan melihat plafon kamar yang berwarna pastel itu. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kepalanya masih terasa sakit, ia memijit-mijit pepilisnya. Di atas kasurnya yang empuk itu, Heejin duduk dan kembali merenungkan kejadian kemarin.

Lagi, air mata kembali meluncur membasahi pipinya.

Apa yang nyata...? Apa yang tidak...?

Heejin mengusap air matanya dan memutuskan untuk mandi, Heejin bersiap-siap untuk pergi ke toserba. Dia ke sana untuk memberitahukan pada manager toserba bahwa dia ingin berhenti.

"Berhenti?"

"Iya. Maaf karena mendadak." Heejin membungkukkan badannya.

"Baiklah, tetapi hari ini tolong tetap bekerja ya... karena kau kan baru memberitahunya sekarang, aku belum sempat seseorang untuk menjaganya menggantikanmu."

Lucid Dream✔ • Heejin JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang