"Kesepian abadi adalah saat kau bisa bersama raganya tapi tidak dengan hatinya." -Bubblegum
Kasih tahu aku kalau ada typo ya~ Happy reading~
"Jeon Heejin-ssi."
Heejin berdiri dari kursinya dan masuk ke dalam ruangan yang ditunjukan oleh perawat itu.
"Halo, selamat sore. Silahkan duduk." Ucap Aiden.
"Sepertinya ini adalah pertama kalinya kita bertemu di ruang praktekku. Apa ada yang bisa kubantu?" Tambahnya.
"Emmm..."
Aiden menunggu cerita Heejin. Heejin yang tidak tahu harus memulainya darimana, hanya menunduk di kursinya.
"Tidak apa-apa, santai saja."
Aiden berdiri dan membuat segelas teh. Dia meletakkan minuman itu ke meja yang ada di depan sofa.
Ruangan praktek Aiden cukup luas. Selain ada meja dan kursi seperti pada ruangan-ruangan praktek dokter lainnya, ruangan ini juga dilengkapi dengan sofa dan meja kecil. Selain itu juga ada tempat untuk berbaring. Semuanya bertujuan agar pasien bisa merasa lebih rileks.
"Kemarilah, mari berbincang di sini."
Heejin berpindah tempat duduk ke sofa itu.
"Minumlah tehnya."
Heejin meneguk teh hangat itu dan meletakkan kembali gelasnya ke atas meja secara perlahan. Aiden membaca data diri Heejin yang diberikan oleh perawat kepadanya.
"Hmmm... Jadi, bagaimana pekerjaanmu?" Aiden ingat kalau Heejin adala pekerja paruh waktu di toserba yang tak jauh dari rumah sakit ini.
"Baik-baik saja."
"Tidak ada masalah? Kau kan kerja di shift malam?"
"Tidak masalah. Beberapa kali memang ada pembeli yang mabuk tetapi mereka masih terkendali."
"Oh begitu. Tapi kenapa kamu memilih untuk mengambil shift malam?"
Heejin tidak menjawab.
"Soalnya kamu kan juga masih muda, sangat jarang ada yang ingin mengambil shift malam kecuali kalau benar-benar terpaksa."
"Benar..."
"Apa kau punya pekerjaan lain di siang hari?"
"Tidak."
"Kuliah?"
"Tidak..."
"Lalu, apa yang kau lakukan di siang hari?"
"Di rumah saja."
Heejin kembali menyeruput tehnya.
"Oh begitu... apa kau tidak pergi menemui teman-temanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream✔ • Heejin Jeno
FanfictionJeon Heejin, seorang gadis belia yang ditinggalkan sebatang kara oleh keluarganya. Ia menjalani hari-harinya tanpa menikmati indahnya kehidupan. Meskipun begitu, Heejin tetap berjuang untuk hidup karena sebuah alasan yang menjadi rahasia kecil Heeji...