11: Eric

231 41 1
                                    

Herim saat ini sibuk dengan cafe. Sebenarnya ini hanya alasan agar dirinya tak berlarut memikirkan perkataan Hyunjae kemarin. Dan juga Siyeon karyawannya itu juga izin datang terlambat karena ada kerja kelompok.

Krincing.. Krincing..

"Anyonghaseyo~ ada-- eoh? Kau Yeon? Sudah selesai kerja kelompoknya?"

Sapaan yang tadinya untuk pengunjung ternyata menjadi sapaan Herim pada Siyeon yang baru masuk bersama beberapa teman berseragam yang sama.

"Eoh!? Eonni aku tidak jadi kerja kelompok di salah satu rumah mereka. Aku berfikir lebih baik mengajaknya kemari sambil aku bekerja" Ujarnya membuat Herim menggeleng lalu menatap teman-teman Siyeon yang sudah mulai duduk di kursinya.

"Kau ini ada-ada saja. Seharusnya kau fokus saja mengerjakan tugas kenapa malah mikirkan pekerjaan juga?"

"Aku kasihan jika meninggalkan Eonni bekerja sendiri di cafe"

Herim terkekeh pelan lalu kemudian mengelus pucuk kepala yang lebih muda.

"Kau duduk saja kerjakan tugasmu bersama yang lain. Lagian cafe akhir-akhir ini juga tak begitu ramai, sudah sana" Herim mendorong Siyeon agar pergi duduk bersama teman-temannya yang lain.

Lalu matanya tak sengaja bersitatap dengan salah satu temen gadis muda itu. Tapi buru-buru ia alihkan.

Disisi lain. Lelaki dengan kening yang sudah penuh dengan peluh itu masih terus menggerakkan kakinya kesana kemari dengan lincah di tengah ruangan yang cukup besar.

Dengan bantuan kaca yang ada di sekelilingnya dia bisa menangkap sosok lelaki yang berdiri di sudut ruangan tengah memperhatikannya namun dia acuhkan.

"Chogio.. Ehm dimana kamar mandinya?" Herim yang tengah mencatat beberapa stok bahan di belakang sedikit tersentak mendengar suara lelaki yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Eoh? Disana.. Sebelah kanan untuk laki-laki" remaja lelaki yang bertanya pada Herim itu mengangguk lalu buru-buru pergi tanpa mengucapkan apapun. Sebanyak apa dia minum air? Apa sepingin itu pipisnya pikir Herim setelah melihat tingkah lelaki yang ternyata teman Siyeon dilihat dari baju seragam yang sama.

Kembali mengerjakan kerjaannya. Herim dikejutkan dengan lelaki yang tadi ke kamar mandi sudah berdiri di rak sampingnya dengan senyuman lebar.

"Hehe.. Terimakasih nuna~ ehm boleh kenalan nggak?" Herim sedikit menyirit bingung tapi kemudian membersihkan tangannya takut ada debu lalu menbalas jabatan tangan lelaki remaja itu.

"Boleh.. Namaku Herim pemilik cafe ini. Senang berkenalan denganmu"

"Namaku Eric. Nuna kau cantik, tadi saat tak sengaja menatapmu jantung seperti akan lepas" Herim terkekeh mendengar perkataan tak masuk akal lelaki di depannya. Ada-ada aja.

"Kau ini pandai menggoda ya?"

"Aku tidak menggodamu nuna percayalah ini sebuah kebenaran" Ujarnya lagi.

"Terserah mu saja deh. Oiya? Apa itu saja yang ingin kau sampaikan? Aku masih banyak pekerjaan"

Eric berfikir lalu kemudian mengeluarkan ponselnya dengan cepat mengetik sesuatu disana.

"Ini.. Nuna ketik nomer nuna agar aku bisa menghubungi nuna kapanpun nuna butuh aku?"

"Tiba-tiba?"

"Tidak tiba-tiba kita kan tadi sudah sempat berkenalan. Ayo berbagi nomor biar aku bisa mengajakmu jalan di lain waktu juga"

Herim menatap heran lelaki remaja yang terlanjur aktif itu. Namun akhirnya dia mengalah dan mengetikkan nomer miliknya pada ponsel pipih yang di berikan si remaja pemaksa didepannya.

"Wah.. Terimakasih nuna kau terbaik. Aku akan sering berkunjung kemarin untuk membeli semua maccaronmu, semua maccaron buatanmu enak"

Cup.

Setelah berhasil mencium pipi Herim Eric berlari membuat gadis yang diciumnya itu terdiam sejenak memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya.

--------------------

Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang