"Nuna aku mencintaimu. Bantu aku dan dukung aku, kau juga menjadi semangatku"
"Kau jahat.. Kau jahat.. "
"Nuna ayo jelaskan tentang hubungan kita. Ayo menjalin hubungan, tunggu sebentar lagi Nuna kumohon"
"Apa yang harus kulakukan?"
"Aku hanya minta tolong padamu jaga hatimu untukku. Tunggu aku, aku akan buktikan padamu jika impianku sebentar lagi akan tercapai aku akan datang padamu dan mengajakmu menjalin hubungan sampai ke jenjang serius"
"Jika kau tak datang apa yang akan aku dapatkan? Aku tidak ingin kau bodohi lagi.. Sudah cukup ini yang terakhir"
"Tidak! Tidak! Aku akan kembali" Sunwoo memberi sebuah kertas kecil yang ternyata terdapat nomor ponselnya. Lalu memberi sebuah liontin kecil berbentuk bunga.
"Walau aku tak yakin akan bisa memegang ponsel lebih lama nanti. Setidaknya hubungi aku. Kumohon datanglah jika kau ada waktu luang aku membutuhkan semangatmu.
Nuna aku mencintaimu"Herim memejamkan matanya. Ingatannya tentang pertemuan beberapa hari yang lalu dengan Sunwoo di ruang penyimpanan makanan membuatnya kembali meneteskan air matanya.
Entahlah. Ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Apa mungkin dia juga memiliki perasaan yang sama oleh sosok remaja mabuk sekaligus pelanggan pertamannya itu?
Herim menyadarkan punggungnya pada kursi kerja diruangan cafenya. Khusus miliknya bukan hanya sebagai kantor, ruangan itu juga bisa menjadi kamarnya akhir-akhir ini.
Ting.
Eric [3] 07.00
Nuna, ayo pergi makan si..(2)Sunwoo [5] 06.30
Ehm.. Baru selesai latih..(4)Appa [12] 13.00
Transfer uangmu bel..(11)Herim tengah menatap notifikasi ponselnya. Semenjak kejadian dimana Eric ketahuan membolos dan bekerja disini. Herim menyuruhnya untuk berhenti berkerja dengan baik-baik. Walau awalnya Eric menolak tapi si gadis tetap kekeh dan berhasil.
Dan soal hubungannya dengan Sunwoo. Seperti itulah kelihatannya dimana si lelaki yang berusaha meyakinkan bahwa semua ini benar. Bukannya Herim tak menghargai kerja keras Sunwoo tapi hal ini membuat Herim semakin takut akan hubungan mereka. Terlebih sosok Sunwoo yang sebentar lagi akan menjadi salah satu bintang Idol yang siapa saja bisa mengenalnya suatu saat nanti.
"Eonni kau melamun?" Herim menolehkan kepalanya. Menatap Siyeon yang entah sejak kapan sudah berdiri di meja kerjanya.
"Ehm.. Tidak? Ada apa yeon?" Gadis itu menggeleng lalu kemudian memberikan pesanan antar padanya.
"Untukku? Kenapa di kemas se--"
"Bukan Nuna. Ini pesanan dari ehm- apa ya tadi namanya aku lupa. Tunggu sebentar" Herim berdiri berjalan mendekat ke arah si gadis.
"--Nah ketemu.. Pesanan dari Cre.kre Entertaiment seperti tempat yang tidak asing kan Eonni""Ehmm.. Kenapa aku yang antar? Dimana Jisung dan Hena?"
"Belum datang.. Hena sedang ada ujian susulan hari ini" Herim menghela nafas lalu mengambil pesanan antar itu dari karyawan mudanya.
"Ya sudah kalau begitu.. Aku yang antar, jaga cafe ya mungkin aku akan pergi makan siang juga" Siyeon mengangguk.
"Iya. Hati-hati eonni"
Seharusnya Herim sadar dari awal jika pelanggan pesan antarnya merupakan salah satu perusahaan yang sangat di hindarinya dimana disana ada Sunwoo dan juga Eric. Herim hanya berdoa jika yang menerima minuman pesanannya nanti tidak lain orang lain.
Tapi ternyata keberuntungannya berkata lain. Orang yang dihindarinya malah sudah berdiri disana tengah memainkan ponselnya.
"Ini pesanan minumanmu" Sunwoo mendongak sebentar setelah mendengar suara tak asing itu. Lalu kemudian tersenyum cerah.
"Nuna? Kau sendiri yang mengantar!? Kupikir karyawa--hmptt"
"Jangan keras keras. Seseorang akan mendengar obrolan mu dan berbicara aneh-aneh mengenaimu nanti" Herim menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri memastikan sesuatu.
Beda hal dengan Sunwoo yang di bekap. Di balik bekapan tangan itu bibirnya sudah tertarik ke atas melihat gadis di depannya mulai mengkhawatirkannya.
"Aku tau dimana tempat yang aman"
Sunwoo menarik tangan Herim lebih dulu membuat si gadis tak bisa menolak bahkan memprotesnya.------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .