18: Badai

154 26 0
                                    

Sesuatu yang tenang adalah hal yang begitu ditakuti Herim. Belajar dari sebuah ombak di laut yang bisa saja menelan korban.

Herim tau jika suatu saat perjalanannya tidak akan semulus yang ia bayangkan. Pasti akan ada suatu lubangan yang bahkan Herim sendiri tak bisa prediksi besar kecilnya.

Prang!

Semenjak kejadian dimana cafenya menjadi trending di salah satu akun berita, yang sialnya merugikan itu kini cafe menjadi berantakan.

Bukan karena tak pernah di bersihkan tapi karena kaca yang biasa digunakan melihat pemandangan sebagian kota seoul itu sudah pecah menjadi beberapa bagian.

"Eonni!" Herim menoleh menemukan Siyeon yang baru saja masuk dengan wajah cemas. "--apa yang terjadi? Kenapa kacanya pecah?"

"Seseorang melemparnya. Apa yang kau lakukan disini? Aku kan sudah menyuruhmu untuk tidak bekerja dulu sebelum kondisi membaik?"

Siyeon yang tadinya sibuk menatap kaca kini menoleh ke arah si gadis yang lebih tua.

"Tidak eonni. Kita harus melaporkan ini ke polisi! Tuduhan berita itu tidak benar, kau tidak memanfaatkan idol-idol itu sebelum debut, mereka itu tidak benar!!"

Ya itulah alasannya kenapa Herim akhir-akhir ini mendapatkan teror baik di cafe maupun di apartement tempat dirinya tinggal. Namun lagi-lagi herim tak ingin melaporkannya ke kantor polisi. Entalah ia tak ingin memperpanjang hal ini.

Sebenarnya ia tak ingin melakukan ini karena ia takut jika nama-nama mereka tidak lain adalah Sunwoo dan para anggota grup akan ikut terseret maka dari itu inilah jalan satu-satunya yang bisa ia lakukan.

"Tidak yeon. Ini terlalu beresiko jika aku melapor ke polisi, mereka juga akan bertanya nama mereka dan aku tidak bisa dan tidak mungkin untuk mengatakannya sedangkan mereka tengah berjuang untuk nama mereka"

Siyeon hanya bisa menghela nafas. Sekali lagi usulannya ditolak dan ia sangat percaya jika sebentar lagi gadis di depannya itu akan memecatnya sebagai alasan jika ia bisa memulai cafenya sendiri.

"Setidaknya Eonni harus melapor soal kerusakan yang terus datang ke cafe bukan? Jika terus seperti ini Eonni akan rugi"

Herim menimbang masukan Siyeon kali ini melirik batu yang tadi di lempar entah oleh siapa lalu menatap si gadis kemudian.

"Aku tidak yakin. Yeon setelah ini mungkin aku harus memberhentikan kalian, kurasa aku akan pindah ke gedung yang lebih kecil dan mengumpulkan uang lagi"

"Apa yang kau katakan Eonni! Tidak! Aku sud-"

"Kau tidak perlu cemas soal gajimu dan yang lain, sudah ku siapkan kau ten--"

"EONNI~" Herim menghentikan kalimatnya karena teriakan kesal Siyeon yang perkataannya sempat ia langkahi.

Lalu kemudian si gadis lebih muda itu menggengam kedua tangannya. Siyeon bahkan kini sudah berderai air mata. Membuat Herim hanya menghela nafas.

"Tidak! Tidak Eonni! Jangan lakukan ini! Kau bis memecat yang lain tapi jangan aku. Aku akan menemanimu bekerja apapun itu asal denganmu, kau banyak memotivasiku. Kumohon jangan menyerah seperti ini"

Herim diam. Lalu akhirnya menghela nafas panjang menghapus air mata Siyeon.

"Kau tidak mengerti yeon.. Kau tidak mengerti. Jangan menangis heum?"

"Apa hiks yang tidak hiks aku mengerti hiks.. Katakan hiks padaku agar aku mengerti hiks"

Herim menggeleng lalu memeluk tubuh bergetar gadis beberapa tahun lebih muda itu.

Bagaimana aku bisa mengatakan padamu? Aku bahkan tak ingin orang lain tau. Bahkan jika itu Sunwoo sekali pun. Maafkan aku.. Maafkan aku..

------------

Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang