Sunwoo masih menatap tak percaya bangunan yang ada di depannya. Apa-apaan ini! Itulah yang ada di pikirannya.
Selesai jadwal panggung pertama mereka Sunwoo menepati janjinya untuk datang bersama yang lain ke cafe Herim namun apa yang mereka dapatkan membuat semuanya terkejut.
"Apa-apaan ini!? Kenapa gelap? Dan kenapa ada tulisan ini disita!" Sunwoo merobek kertas yang tertempel pada pintu dimana cafe milik Herim kini tak lagi beroperasi.
"Apa yang terjadi? Kenapa bisa jadi seperti ini?" New menempelkan wajahnya guna mengintip bagian dalam. Kosong benar-benar rapi dan tak ada siapapun di dalam.
"Apa Herim mengatakan sesuatu padamu? Apa yang terjadi sebenarnya?"
Sunwoo menggeleng lalu mengacak rambutnya frustasi. Firasatnya berkata benar jika Herim tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Dia tidak berkata apapun padaku. Ah!! Sekarang bagaimana! Ponselnya mati! Akhh!!" Changmin menghentikan tangan Sunwoo yang mulai menjambakki rambutnya sendiri.
"Kita harus kembali ke dorm. Kita bahas ini di rumah saja, aku takut orang lain akan dengar dan menimbulkan masalah baru"
Semuannya mengangguk menyetujui ucapan Jacob. Changmin menuntun Sunwoo yang mulai lemas dan seketika menjadi sosok yang lemah. Mungkin karena mereka juga baru selesai manggung membuat Sunwoo yang sudah lelah menjadi semakin lelah dan lemas karena mendapati cafe Herim yang sudah kosong.
Disisi lain. Seorang pria dewasa tengah berkacak pinggang. Di hadapannya berdiri sosok pria dewasa lain dengan menunduk takut.
"Sudah ku katakan berkali-kali padamu! Awasi dia! Jangan sampai kehilangan jejaknya! Dan apa ini! Kau digaji bukan untuk jalan-jalan!"
Taeyong memejamkan matanya. Berita yang dibawa asisten butiknya kemarin membuatnya ingin memaki sang suami. Kemarin asistennya itu mengatakan jika cafe ujung stasiun yang tidak lain adalah milik putrinya itu di tutup secara paksa dan mengiat pertengkaran sang suami dan juga sang putri membuat dirinya hanya bisa menahan nafas tercekat. Bahkan sekarang ia benar-benar kehilangan putri tirinya itu.
"--aku tidak mau tau! Sampai kau tidak menemukan dia sampau besok pagi! Aku akan mengulitimu! Sana pergi!"
"B-aik Tuan. Saya pergi"
Brak.
Jaehyun mendudukkan dirinya secara kasar. Memijit pangkal hidungnya. Ini semua gara-gara dia, jika saja waktu itu ia tak melontarkan kalimat yang menyakiti hati putrinya. Mungkin semua tak akan serumit ini.
Taeyong bangkit dari duduknya menyampirkan tas selempangnya. Membuat sang suami terpengarah.
"Kau mau kemana sayang?"
"Pulang. Aku tidak memiliki suami sebodoh kau! Sudah berapa kali ku ingatkan jaga egomu untuk berhadapan dengan putrimu dan apa akibatnya sekarang? Kau bahkan kehilangan putrimu. Sudah cukup Jaehyun! Aku juga perempuan. Aku tau bagaimana rasanya dibuang oleh ayah kandung sendiri. Dan itu sangat menyakitkan!"
Brak.
Pintu di banting begitu saja oleh Taeyong. Jaehyun? Ia hanya bisa menghela nafas. Iya, ia mengakui sikapnya hari itu sudah keterlaluan ia tak mau menyangkal kemarahan istrinya kali ini.
Hening. Suasana di drom menjadi lebih diam dari sebelumnya. Setelah tak menemukan Herim di cafe dan yang mengejutkannya lagi cafe itu tak lagi beroperasi membuat Sunwoo hanya bisa terdiam.
Hidupnya baru saja terbang. Bertemu Herim mendukungnya sampai berada di titik ini. Bahkan sama-sama berjanji agar tak saling meninggalkan. Membuat Sunwoo nyeri mengingatnya.
"Istirahatlah besok masih ada jadwal promosi di beberapa stasiun televisi dan radio" New menepuk kepala Sunwoo yang kini menelungkupkan kepalanya pada bantal sofa.
Dari Jacob yang tertua bahkan hingga Eric anggota termuda sudah membujuk Sunwoo agar beristirahat lebih nyaman di kamar.
"Lepas pakaianmu bersihkan dirimu dan makanlah sesuatu. Jika Herim tau kau jadi seperti ini dia akan marah Sunwoo-yaa"
"Jangan seperti an--"
"Aku memang masih kecil! Sudahlah tinggalkan aku sendiri! Aku akan makan jika ingin. Aku akan mandi jika mau. Kalian pergilah" Gumam Sunwoo yang kini mengarahkan wajahnya ke arah sofa. New tau jika si lelaki remaja itu sedang menangis.
"Baiklah terserahmu! Tapi jika manager-nim memarahimu besok setelah melihat mata bengkakmu jangan salahkan kami"
"Aku akan menanggungnya sendiri! Pergilah" Sebelum benar-benar pergi New dan Sangyeon menghela nafas pelan lalu berlalu pergi meninggalkan Sunwoo yang masih berbaring di sofa.
Memejamkan matanya. Berdoa jika yang ia alami hanyalah mimpi dan Herim sedang duduk di sampingnya atau bahkan selalu ada bersamannya.
Kau sudah berjanji.. Kau sudah berjanji Bahkan dengan mulut bergumam tanpa henti.
Dilain tempat seseorang juga tengah menangis sepertinya. Yang membedakan adalah dimana si gadis tengah berdiri menatap langit gelap yang masih bersinar karena taburan bintang.
"Apa kau sudah menyadarinya? Maafkan aku Sunwoo-yaa. Maafkan aku hiks.. Aku hiks akan hiks melihat semuanya dari sini hiks"
--------end--------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .