6: Lebih dekat

293 50 0
                                    

Akhir-akhir ini Herim dibuat bingung dengan cafe yang di bukanya beberapa minggu lalu. Bukan hal yang buruk sebenarnya, hanya saja bukankah aneh jika cafenya itu sepi minggu kemarin dan bahkan sudah hampir terisi setengah. Aneh bukan.

Tak mau memikirkan hal itu lagi Herim yang masih belum merekrut pewagai kembali melanjutkan kerjaannya. Toh mungkin saja ini memang hari keberuntungannya.

"Anyeonghaseyo.. Ada ya- eoh!? Sunwoo-yaa? Kau baru pulang sekolah?"

Lelaki yang baru saja masuk dan memesan itu Sunwoo, orang yang akhir-akhir ini selalu menyepatkan diri untuk mampir ke cafe milik Herim.

"Eoh! Aku haus aku ingin pesan minuman seperti biasa" Herim terkekeh melihat wajah yang tadinya lelah kembali bersemangat.

"Okei! Aku akan antar.. Tapi kali ini akan lama. Apa tidak apa?"

"Ehum gwencana, apa aku perlu membantu noona?"

"Ani.. Kau kan penunjung, aku akan mengantar minumanmu nanti. Kau duduk saja sana.

Krincing.. Krincing..

"-- Anyeonghaseyo.. Selamat datang" Teriak Herim ramah sebagai ucapan untuk pelanggannya tak lupa dengan senyuman juga membuat Sunwoo yang masih berdiri di sisi yang lain juga ikut tersenyum tanpa sadar.

Usahaku berhasil ternyata. Syukurlah Batinnya bahkan tak sadar jika Herim kembali menatapnya.

"Hei! Cepat duduk di tempat yang kosong. Kau mau berdisi saja disitu?" Sunwoo kembali dari lamunannya lalu berjalan mencari tempat duduk yang tak jauh dari kasir.

Tanpa lelah Sunwoo bahkan masih memperhatikan sosok Herim yang berkeliling sana sini untuk melayani pengunjungnya. Bahkan dia sendiri belum mendapatkan minumannya sampai tiga puluh menit dia memesan.

Tapi hal itu tak membuat Sunwoo ingin protes. Toh ini juga sebagai alasan agar dia bisa memandang lama gadis dengan alis mata tebalnya.

"Ini minumannya.. Maaf ya membuatmu menunggu Sunwoo-yaa"

Bahkan lelaki itu tak sadar jika sosok Herim sudah berdiri di depannya dengan segelas Frappuchino dan maccaron stroberi.

"Tidak masalah.. Ini kenapa ada maccaron? Aku-"

"--Ahh ini sebagai ucapan maafku karena terlambat membawa pesanan. Semua orang juga dapat"

"Ouh begitu.. Noona masih sibuk?"

"Tidak begitu, ada apa? Kau mau sesuatu?" Sunwoo tak menjawab malah justru memegang pergelangan tangan Herim dan menyeretnya duduk di hadapannya.

"Heii.. Jangan seenaknya dong!"

"Hehe.. Mian noona, apa nuna sudah makan siang?"

"Makan siang?" Herim menatap jam dinding yang sengaja di letakkan di tengah agar memudahkan orang melihat waktu. "-- Bahkan aku lupa jam makan siang ya?" Gumamnya lalu kembali menatap Sunwoo yang sudah membuka bungkus maccaron.

"Ini.. Setidaknya nuna harus makan sesuatu untuk melayani pelanggan kan? Setidaknya ganjal dengan ini"

"Loh! Ini kan aku berikan sebagai tanda minta maafku. Kenapa diberikan padaku lagi?"

"Aku tidak boleh makan manis"

Herim sedikit menyiritkan dahi bingung menatap maccaron dan Sunwoo secara bergantian lalu menerima uluran maccaron itu.

"Terimakasih" Sunwoo menyungging senyumnya setelah melihat Herim sedikit menggigit maccaron yang diberikannya.

Krincing.. Krincing..

Baru juga segigit maccaron yang dirasa Herim sudah buru-buru bangkit meninggalkan Sunwoo dan gigitan maccaron tadi.

"Ku rasa aku harus membantu" Gumam Sunwoo yang sudah mulai tidak tahan di acuhkan oleh sang pujaan hati.

--------------------------

Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang