Herim menatap ragu pintu kayu di depannya. Dibalik pintu sana ia yakin jika sang ayah tengah sibuk berkutat dengan tumpukan berkas. Niat hati ingin mengurungkan namun kembali lagi hanya inilah jalan satu-satunya yang ia miliki.
Clek..
Jaehyun menghentikan penanya setelah melirik sedikit pintu yang terbuka lalu kemudian benar-benar menghentikan kerjaanya setelah melihat putrinya yang mengantar kopinya.
"A-ppa.. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan?"
Jaehyun menyiritkan dahi bingung. Lalu duduk bersandar dengan kedua tangan yang sudah dilipat di dada. Menunggu lanjutan si gadis yang sibuk memainkan bajunya sendiri.
"--ini soal itu.. Aku akan ganti rugi soal perjodohan itu" Mendengar reretan kalimat itu Jaehyun berdecih lagi walau pelan Herim masih mendengar.
"Dengan apa? Bahkan cafemu sekarang sepi bukan? Ku kira kau kemari ingin memintaku untuk membantu ekonomi cafemu" Jaehyun menyeruput kopinya dengan santai.
Beda hal dengan Herim yang kini semakin tertunduk. Ia tak terkejut jika sang ayah akan mengetahui semua ini dengan sendiri. Dirinya hidup dengan sang ayah tak terhitung mingguan itulah sebabnya ia sangat hafal tingkah sang ayah. Bahkan walau sang ayah beberapa bulan terakhir sempat membentak dan memusuhinya hingga kini karena perjodohan yang berimbas krisis perusahaan itu ia tetap mengirim seseorang untuk mengawasi nya.
"Maafkan aku appa.. Jika selama ini aku tak mau mendengar ucapanmu, kumohon maafkan aku"
"Apa dengan maafmu sahamku bisa setinggi sekarang? Hah! Mustahil.. Kenapa juga saat itu aku menyetujui ibumu untuk menyelamatkan mu bukan ibumu"
Cerita dimana dirinya lahir dengan mempertaruhkan ibunya itu memang benar. Dimana sang ibu yang meninggal setelah melahirkannya juga selalu menjadi serangan yang menyakitkan dari sang ayah.
"--aku tidak menuntut apapun padamu. Aku juga tidak punya tawaran apapun sekarang, semuanya sudah hancur saat itu. Pergilah appa sedang banyak pekerjaan"
Jaehyun menutup kalimatnya dan kembali mengambil penanya. Menggoreskan sesuatu diatas kertas. Menyisahkan Herim yang masih terdiam di tempatnya dan kini sudah mulai meneteskan air matanya.
"Apa aku sehina itu untuk appa? Aku bahkan berusaha sebisa ku agar appa bisa menaikkan saham perusahaan saat itu.. Apa aku ini hama untuk appa? Apa saat ini kau menyesal telah memilih ku untuk diselamatkan bukannya ibu begitu?"
Reretan kalimat kelu itu keluar dari bibir Herim yang bergetar membuat Jaehyun menghentikan penanya. Lalu menatap putrinya yang kini sudah berderai air mata ingin rasanya ia tarik kedalam pelukannya. Namun egonya tak ingin melakukan itu dan pada akhirnya membuat Herim pergi untuk kesekian kalinya dengan air mata yang di sebabkan karenanya. Lagi.
Maafkan aku sayang.. Aku tidak bisa menjaga putri kita. Aku membuatnya menangis lagi! Aku bodoh! Terlambat. Lagi. Jaehyun menjabak rambutnya frustasi setelah dibalik pintu sana ia tak sengaja melihat istri keduanya menggeleng dengan air mata juga.
--------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .