Setelah kejadian Herim masuk rumah sakit. Sunwoo secara terbuka mengirim makan maupun minum sesuai jadwal. Walau tak di berikannya secara langsung karena kondisi saat ini tapi Herim tetap bersyukur.
"Eonni? Kau yakin tak memberi tau yang lain soal cafe?"
Herim dan Siyeon saat ini sedang duduk di meja cafe. Menatap jalanan seoul. Tidak ada lagi pelanggan yang melirik cafenya setelah kejadian itu.
"Yang lain siapa maksudmu?"
"Sunwoo oppa atau oppa yang lain yang dekat dengan Sunwoo oppa. Apa kau tidak mengatakannya?"
Herim menatap gadis didepannya lama. Lalu kemudian menggeleng dengan tegas.
"Tidak. Ini masalahku mereka tak ada sangkut pautnya dengan ini, kau juga harus berjanji padaku jika sesuatu terjadi nanti jangan katakan apapun pada mereka. Kau mengerti?"
Siyeon mematap Herim lama. Lalu menghela nafas panjang dan kemudian mengangguk.
Krincing.. Krincing..
"Anyeonghaseyoo!!" Siyeon lebih dulu bangkit menyapa pelanggan. "--ingin mem-"
"Ini aku" Lelaki yang baru saja memesan itu membuka penutup maskernya lalu tersenyum lebar.
"Eoh? Sunwoo oppa? Kau datang? Kenapa tidak langsung duduk disana?" Sunwoo menatap arah yang ditunjukkan oleh Siyeon dimana ada sang kekasih yang tengah menikmati kopinya.
"Tidak papa.. Hanya ingin melihatnya dari jauh. Buatkan pesanan biasaku ya? Aku akan menghampiri gulaliku" Siyeon memutar bola matanya malas. Benar apa kata Eric beberapa waktu lalu Sunwoo itu jika sayang akan sangat terlihat berlebihan.
"Bucin" Gumamanya dan mulai menyiapkan minuman yang di pesan si pelanggan pertama mereka hari ini.
"Seseorang pernah mengatakan padaku jika hidupnya sudah pahit jadi tak perlu kopi pahit lagi" Herim menoleh menemukan sosok Sunwoo yang kini bersendakap tersenyum ke arahnya.
"Kau kemari! Kenapa tidak menghampiriku?" Sunwoo duduk di samping si gadis lalu merengkuh pinggang Herim.
"Hanya ingin melihat punggungmu dari meja kasir sebentar lalu kemari, sedang apa? Kenapa minum kopi hitam sepagi ini?"
"Hanya ingin duduk disini dan aku juga tidak sering minum kopi hitam jadi sekali kali aku ingin mencobanya"
"Jadi begitu? Jika ada masalah katakan padaku. Aku sekarang kan kekasihmu" Herim terkekeh mendengar si lelaki yang seolah jauh lebih dewasa dari tapi tetap ia angguki.
"Heum baiklah.. Ada apa kemari? Apa kau tidak sibuk?"
Sunwoo melepas rengkuhan di pinggang si gadis lalu kemudian berjalan duduk di hadapan Herim dengan ekspresi yang tak bisa di gambarkan lagi.
"Aku punya kabar gembira! Tiga hari lagi Nuna! Tiga hari lagi aku akan debut!" Herim membulatkan matanya, terkejut sekaligus bahagia mendengar impian sang kekasih yang sebentar lagi akan terwujud.
"Wahh! Aku ikut bahagia untukmu! Akhirnya kerja keras kalian akan terbayar sebentar lagi" Sunwoo mengangguk lalu tangannya mengelus punggung tangan Herim yang ada di atas meja.
"Heum! Maka dari itu kau harus datang di konser debut kami! Aku akan minta manager-nim membawamu kesana"
"Heum aku akan datang untuk mendukung kalian. Menyoraki lelaki ku yang paling keras nanti"
Sunwoo terkekeh mendengar pujian yang Herim lontarkan sambil menikmati elusan di pipi dari tangan si gadis.
"Kenapa cafe tidak seperti terakhir kali aku kemari? Kenapa belum ada pelanggan?"
Herim yang tadinya tersenyum lebar kini sedikit mengurangi ekspresi wajahnya setelah mendengar ucapan sang kekasih.
"--apa semuanya baik-baik saja?"
"Heum tentu saja. Memangnya ada apa? Mungkin mereka hanya bosan datang kemari. Oiya kau sudah minta Siyeon menyiapkan minummu?"
"Begitukah? Jadi hanya perasaanku saja ya?.. Sudah kau tenang saja. Aku kesini kan untuk kau bukan untuk minuman"
Herim menggeleng lalu kembali tersenyum di kala Sunwoo sudah berpindah duduk di sampingnya. Memeluknya dari samping.
"Maafkan aku belum bisa mengajakmu pergi berkencan seperti orang lain" Herim yang menikmati pelukan keduanya dengan memejam kini perlahan terbuka menatap si lelaki yang frontal berbicara bahkan dengan mata terpejam.
"Apa maksudmu maaf? Jangan pikirkan itu.. Kau hanya harus fokus pada impian mu dan aku juga, dan soal berkencan bukankah semua orang punya caranya masing-masing. Orang lain ya orang lain kita ya kita. Aku tidak suka jika kau menyamakan kita dengan orang lain"
Sunwoo semakin menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Herim dengan tersenyum lebar. Dia tau jika Herim Nunanya akan berkata seperti itu. Itulah kenapa dia mencintai gadis itu dan tak ingin melihatnya pergi.
"Berjanjilah padaku Nuna.. Jangan pernah pergi jikapun nantinya aku banyak yang mengenal ingatkan aku untuk pulang kau adalah rumahku sampai kapanpun itu."
Herim mengelus punggung si lelaki lalu ikut memeluk dan kemudian mengangguk.
"Heum.. Aku akan selalu di sampingmu" Semoga saja Herim memejamkan matanya dia sengaja melanjutkan kalimatnya dalam hati. Berharap jika semua ini tak hanya lewat. Sebentar lagi sebentar lagi dia akan melihat impian kekasihnya itu menjadi kenyataan.
--------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .