Sunwoo dan Herim keluar dari ruang penyimpan makanan. Berjalan beriringan menuju tempat dimana Eric sedang menunggu keduanya. Disalah satu tempat duduk sudut cafe menjadi pilihan remaja lelaki itu.
Setelah berhasil berdiri di depannya. Eric menatap aneh kedua pasang manusi di depannya itu. Pasalnya penampilan yang sudah tak serapih tadi membuat Eric merasa ada sesuatu yang janggal.
"Kau mau tau soal yang mana? Jangan sok berfikir jika kau itu bodoh" Tapi Sunwoo sudah lebih dulu menggetuk dahi si remaja lelaki agar tak memikirkannya lebih jauh.
"Hyung sakit!!" Pekiknya namun diacuhkan oleh Sunwoo yang kini memilih duduk di depannya dengan Herim juga di sampingnya.
"Apa dahimu tidak papa?"
Beda hal dengan Sunwoo, Herim justru khawatir. Walau tangannya di tarik Sunwoo agar duduk di sampingnya tatapan gadis itu tak lepas dari Eric yang tengah mengusap dahinya dengan cemberut.
"Itu bukan apa-apa, dia hanya berlebihan"
"Aku tidak berlebihan enak saja!" Bentaknya pada Sunwoo "--- Tenang saja Nuna aku tidak papa. Kau tidak perlu khawatir" Lanjutnya.
Namun setelah menjawab hal itu keadaan diantara mereka bertiga tiba-tiba hening. Seperti isi cafe yang begitu ramai pelanggan tak berpengaruh apapun akan keheningan ketiganya.
"Jadi?" Karena penasaran tingginya itu Eric dengan berani bertanya.
"Apa? Seharusnya yang butuh penjelasan disini aku bukan kau" Ujar Sunwoo tenang.
"Soal itu nanti saja Hyung tau.. Sekarang aku ingin tau kenapa Hyung bisa kenal Herim Nuna? Apa kalian teman dekat? Kenapa aku tidak tau?"
"Hmm.. Sebenarnya-"
"Sebaiknya kalian selesaikan masalah ini berdua. Aku harus menbantu Siyeon dulu di dapur"
Saking seriusnya bahkan kedua lelaki itu melupakan jika masih ada Herim diantara mereka. Mengingat perkataan Sunwoo tadi di ruangan persediaan makanan, Membuatnya berfikir jika dia tidak seharusnya ada diantara kedua lelaki ini.
"Kau tidak menjelaskan juga padaku Nuna? Aku tidak mau percaya pada Sunwoo Hyung"
"Bukan begitu. Sepertinya yang lebih pentas menjelaskan disini Sunwoo bukan aku. Aku pergi ya, selamat menikmati kopi kalian"
Kedua lelaki itu masik menatap pungging si gadis yang entah sejak kapan berhasil mengisi kekosongan hati keduanya. Menatap lama..
"Apa Hyung juga menyukai Herim Nuna?" Suara Eric yang tiba-tiba itu membuat Sunwoo terdiam. "--aku benarkan? Ka-"
"Kau tau apa!? Jangan ikut campur urusan orang dewasa"
"Kau dan aku hanya beda setahun. Apa maksudmu dengan orang dewasa?"
"Eric aku tidak ingin berdebat"
"Aku juga. Sudahlah sana pergi, aku disini bekerja bukan untuk menikmati kopi"
"Tunggu dulu! Kau belum menjelaskan padaku kenapa kau bekerja disini? Dan menipu semua hyungmu jika kau tak ke sekolah? Apa eommamu tau tentang ini?"
Eric diam. Menatap sepatunya lalu kemudian menggeleng dan segera membalikkan badannya.
"Hyung ada yang harus kulakukan. Untuk itu aku harus bekerja, ku mohon jangan katakan pada siapapun jika aku bekerja. Apalagi pada Jacob Hyung kumohon jika mereka tau mereka akan memarahiku karena masuk sekolah hanya setengah hari"
"Aku tidak menjamin untuk itu. Yang jelas kau sudah melewati batasmu, hal sepenting apa sebenarnya yang kau lakukan sampai harus bekerja disini? Apa kau gila meninggalkan sekolahmu hanya untuk kerja?"
"Hyung kumohon. Bantu aku kali ini saja aku tau kau tak akan setega itu padaku"
Sunwoo berfikir lama lalu kemudian pergi begitu saja dari sana. Dengan Eric yang masih terdiam menatap punggung Sunwoo yang mulai menjauh.
Menatap lesu, mungkin nanti saat dirinya pulang dari dorm dia harus siap di sidang oleh kakak-kakaknya yang lain.
Puk.
"Kau bukan hanya mengecewakan dia kau juga mengecewakanku" Eric menoleh melihat siapa yang menepuk pundaknya.
"Herim Nuna?" Gumamnya. Namun kemudian Herim mengusap bekas air mata si remaja lelaki itu. Eric bahkan sudah meneteskan air matanya setelah melihat Sunwoo pergi tanpa berkata apapun lagi.
"--kenapa kau melakukan ini? Kau bisa datang setelah sekolah bukan? seperti Siyeon, bahkan kau juga bisa libur jika disekolah kau begitu sibuk tapi kenapa kau malah bolos setengah hari untuk kerja? Apa karena kau ingin di beri gaji besar di banding Siyeon?"
Lelaki remaja itu menggeleng cepat lalu kemudian menarik tangan si gadis mengusap keduanya.
"Bukan seperti itu. Hanya saja itu-- aku ingin memiliki waktu lebih banyak dengan Nuna. Jika aku berangkat sekolah dan selesai langsung kemari waktuku hanya sekitar satu jam saja. Aku tidak mau"
Herim tersenyum tipis lalu kemudian mengusap pipi si lelaki remaja itu.
"Jangan seperti ini aku tidak suka memiliki karyawan yang bersikap tidak bertanggung jawab. Kau harus fokus belajar, sebentar lagi kau juga akan sukses menjadi Idol bukan? Kau harus buktikan padaku kau bisa. Janji?"
Eric menatap jari kelingking Herim yang dijulurkan kedepan bergantian dengan wajah si gadis yang menampilkan segala ekspresi yang orang lain tak miliki. Lalu kemudian Eric mengaitkan jari kelingkingnya juga.
"Ehm.. Janji? Nuna aku ingin mengatakan sekali lagi. Ehm aku mencintaimu"
Gadis itu yang tadinya tersenyum lebar kini semakin lebar. Tak menjawab tapi membawa dirinya mendekat dan memeluk si lelaki remaja menempuk punggungnya.
Aku akan mendukung kalian. Aku juga bahagia mengenal kalian. Batinnya dengan memejamkan mata disaat Eric membalas pelukan Herim.
--------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .