Setelah kejadian dimana Herim mengatakan isi hatinya pada Sunwoo hari itu. Kini hubungan keduanya semakin dekat tidak hanya itu bahkan jika ada waktu luang sang gadis akan sering berkunjung ke tempat latihan untuk sekedar mengantar makanan maupun minuman seperti sekarang.
"Kau tidak makan?" Herim menoleh menemukan sosok Changmin yang sudah berdiri di sampingnya.
"Kalian duluan saja aku tadi pagi sudah sempat makan"
"Sekarangkan sudah siang. Jika Sunwoo tau dia akan memaki dirinya sendiri. Dasar bucin" Herim terkekeh.
Memang benar. Semenjak perasaannya dibalas Sunwoo mulai berprilaku sesuka hatinya walau terkadang merugikannya Herim dapat memaklumi jika Sunwoo melakukan itu juga untuk kebaikannya sendiri.
Seperti makan tepat waktu agar tidak sakit jika dia terlambat Sunwoo akan benar-benar marah pada dirinya sendiri.
"Bukannya kau juga begitu? Bucin" Suara familiar membuat Changmin dan Herim menoleh dan menemukan sosok New yang sudah berdiri dengan sepotong pizza.
"Aku tidak seperti itu, aku jauh lebih wajar daripada Sunwoo"
"Aku tidak percaya" Herim hanya menghela nafas. Bahkan sekarang karena terlalu biasa mengantar makanan dan minuman, dia bahkan sudah terbiasa akan pertengkaran kedua upin ipin di samping kanan dan kirinya ini.
"Kau disini? Kenapa tidak bergabung dengan yang lain duduk disana?"
Herim tersenyum lebar menatap Sunwoo yang berhasil menyelamatkan kedua telinganya dari pertengkaran ini.
"--Kenapa heum?" Melihat Herim tersenyum lebar menghampirinya membuat Sunwoo penasaran. Lalu si gadis menujuk dengan dagu kedua lelaki yang tadi sempat mengobrol dengannya yang kini sudah mulai saling menaikkan nada obrolan.
"Astaga.. Mereka~ Hyung! Kedua istrimu sedang bertengkar nih?! Menganggu ketenangan pacarku saja!"
"YAK! KIM SUNWOO"
"KAU INGIN MATI"
Herim hanya menggeleng mendengar umpatan kedua upin ipin tadi yang sempat melemparkan perdebatan kini malah berbaik arah karena suara teriakan Sunwoo.
"Ada apa?" Bahkan si empu yang di panggil Sunwoo juga berhasil sampai. Membuat New dan Kyu urung untuk menjuhat Sunwoo di depan Herim.
"Tidak ada apa-apa. Urusan mati dan hidup. Sana pergi" Usir Kyu membuat Younghoon menyiritkan dahinya lalu kemudian mengarahkan pandangannya pada Sunwoo.
"Mereka bertengkar di depan makanan. Istri-istrimu ini memang tidak punya akhlak"
"Heh! Siapa yang kau bilang tidak ada akhlak! Sudah sana. Jangan ikut campur urusan orang dewasa" Kini giliran New ikut bicara dan mendorong Sunwoo pergi.
Tak mau memperpanjang masalah. Sunwoo menggidik bahu dan pergi berlalu bersama Herim yang sempat melemparkan senyum pada ketigannya.
Tinggalkan Younghoon dan kedua istrinya yang kata Sunwoo. Kini Sunwoo dan Herim tengah duduk bersantai di dekat lobby agency. Dengan tangan Herim yang berada di genggaman Sunwoo di mainkan acak oleh di lelaki muda itu.
"Bagaimana harimu?"
"Baik. Apa kau tidak lelah? Kenapa langsung menemuiku?"
"Tidak papa hanya ingin, kau sudah menolakku dua kali kemarin"
"Aku menolak bertemu juga demi kau. Agar istirahat setelah mengambil latihan mandiri. Jangan terlalu memforsir dirimu aku takut kau akan drop saat debut nanti" Herim mengelus rambut Sunwoo yang panjang pada poninya membuat si lelaki merasa nyaman dan terpenjam.
"Aku baik-baik saja asal kau ada disampingku terus" Sunwoo membuka matanya, maniknya menatap dalam manik si gadis lalu kemudian tersenyum bersama. "Berjanjilah padaku kau akan datang ke debutku, beberapa bulan lagi"
Herim tersenyum lalu mengelus punggung tangan Sunwoo.
"Tentu saja. Aku akan menunggumu tampil di panggung besar itu" Sunwoo tersenyum semakin lebar lalu membawa tubuh Herim ke dekapannya.
"Terimakasih" Herim hanya berdeham menikmati pelukan nyaman Sunwoo.
"Apa hubungan New,Kyu dan Younghoon Oppa benar suami istri?"
Sunwoo yang memejamkan mata perlahan terbuka setelah mendengar pertanyaan Herim lalu melepaskan pelukannya.
"Apa kau percaya?" Sunwoo mencubit hidung Herim dengan pelan, membuat si gadis salah tingkah.
"Yaa iya.. Yakan kau tadi berteriak Hyung istrimu dan nggak lama Younghoon oppa datang kan?"
Semenjak hubungan Sunwoo dan Herim ditetapkan. Herim mulai belajar menghormati sesuatu yang dekat dengan sosok si lelaki.
"Iya salah satu sih sebenarnya. Lebih tepatnya berkencan, jangan katakan pada siapapun jika mereka memiliki hubungan. Kau tau kan pasangan gay sangat jarang di temui dikorea maka dari itu Changmin Hyung masih menggantung perasaan Younghoon Hyung" Herim sedang mencerna ucapan Sunwoo. Membuat si lelaki menatapnya gemas.
"---kau tak paham ya? Jangan berfikir.. Kau akan cepat tua nanti"
"Jika aku tua kau akan meninggalkan ku begitu maksudmu?"
"Memangnya sejak kapan aku bilang aku tidak suka jika kau tua?" Herim berfikir lalu kemudian berkata dalam hatinya 'iya benar juga'.
"Ishh sudahlah. Aku kesal padamu, aku akan pergi ke cafe lagi" Belum benar-benar bangkit tanganya lebih dulu di tahan oleh Sunwoo.
"Harus sekarang ya? Jam istirahatku masih lama. Apa tidak ada waktu beberapa untuk menemani ku disini?" Herim menggeleng tak berfikir panjang. Dia tak ingin di baduti Sunwoo terus-terusan.
"Tidak bisa. Kau harus fokus dengan jadwal dan ambil istirahat cukup. Aku pergi ya, jangan lupa makan siang yang tepat ya" Herim mengusuk kepala Sunwoo yang kini sedang memajukan bibirnya seperti anak kecil yang merajuk.
Cup.
Membuatnya tak kehabisan akal. Mencuri ciuman bibir tebal itu lalu pergi dengan kekehan kecil melihat wajah Sunwoo yang langsung melongo.
"NUNA MENCIUMKU!" Teriaknya yang masih di dengar oleh Herim sebelum dia benar-benar? Menghilang dari balik lift.
-------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .