"Jadi kau tidak bisa memberikan uangnya sekarang?"
Gadis itu hanya bisa menunduk takut. Membuat wanita yang berdiri di depannya menghela nafas.
"---baiklah.. Akhir pekan! akan kuberi kau waktu sampai akhir pekan ini. Jika kau belum bisa membayar uang sewa untuk bulan ini aku tidak bisa menyewakan tempat ini untukmu"
Setelah mengucapkan keputusan finalnya wanita yang tak lain adalah pemilik gedung tempat Herim membuka cafe itu pergi begitu saja menyisahkan Herim dan Siyeon yang menatap cemas atasannya yang terhuyung ke belakang.
"Eonni kau baik-baik saja!?" Herim menatap Siyeon lalu kemudian tersenyum.
Pucat. Sudah seminggu ini Herim benar-benar memforsir tubuhnya untuk terus bekerja. Membuat Siyeon yang menatap kekeras kepalaan Herim menjadi gemas sekaligus khawatir.
"Aku tidak papa.. Terimakasih" Herim bangkit perlahan. Walau sedikit pusing tapi dia harus kembali bekerja.
Walau pelanggan tak sebanyak beberapa bulan lalu. Herim memiliki semangat untuk membuat cafenya di kenal banyak orang lagi. Dia harus buktikan bahwa dia bisa melakukannya sendiri..
Bruk..
"EONNI!!"
Gelap. Herim hanya bisa mendengar suara teriakan Siyeon sebelum semuannya gelap.
"Hyung! Ponselmu berdering nih! Eoh? Herim Nuna? Aku ang--"
"Jangan lancang.. Sudah sana lanjutkan latihannya!" Sunwoo mendorong Eric agar kembali ke barisan dan dirinya sedikit menjauh untuk menerima panggilan dari sang kekasih yang lama sekali tak ia dengar suaranya itu.
"Hallo sa--
"Ah maafkan aku.. Ini genting! Herim Eonni sedang tak sadar kan diri di cafe dan aku sedang sendiri. Apa kau bisa kemari!"
"Mwo! Aku akan segera kesana. Aku akan telfon ambulan dan menyusul di belakang mobilnya"
"Baiklah.. Terimakasih banyak"
Tut.. Tut..
Tak butuh waktu lama. Sunwoo berlari ke dalam tak memperdulikan para hyung yang sedang bertanya-tanya namun ia acuhkan. Hingga membuat New kesal dan mencengkram lengannya.
"YAK! KAU MENGACUHKAN KAMI!! KAU MAU KEMANA? K-"
"HERIM NUNA MASUK RUMAH SAKIT! AKU HARUS KESANA! KUMOHON"
Semua pasang mata membulat, bukan karena teriakan Sunwoo saja mereka terkejut juga karena pernyataan Sunwoo.
"Apa! Kenapa bisa? Ayo kita kesana bersama" Usul Sangyeon dan semua pun mengiyakan. Beda hal dengan Sunwoo yang entah sejak kapan sudah pergi lebih dulu.
"Kau pergi susul Sunwoo. Aku takut dia akane mengemudi mobil seperti orang kesetanan nanti" Hakyeon mengangguki ucapan Sangyeon lalu berlari mengejar Sunwoo yang sudah terlalu jauh.
"Semoga bukan hal yang serius"
"Semoga saja.."
Disisi lain. Siyeon tengah cemas menanti kondisi Herim yang sedang di periksa oleh dokter didalam.
Clek.
"Bagaimana kondisinya?" Dokter yang baru saja keluar sedikit berkesiap. Lalu kemudian tersenyum mendapati gadis dengan raut cemas.
"Dia dehidrasi. Apa akhir-akhir ini dia melewati jadwal makannya?" Siyeon menunduk lalu mengangguk pelan.
"Iya.. Bahkan aku sudah coba segala hal agar dia makan dulu baru kerja, apa tidak ada yang serius?"
"Tidak perlu khawatir. Dia hanya terlalu lelah dan kurang mineral dan karbohidrat saja. Pastikan dia makan teratur ya setelah ini" Siyeon mengangguk. Namun belum sempat di jawab..
"Aku akan pastikan itu dok.. Terimakasih sudah merawatnya" Sunwoo sudah lebih dulu meralatnya.
"Iya.. Kalau begitu saya permisi" Sunwoo dan Siyeon mengangguk sebagai tanda terimakasih mereka.
"Kau kapan sampai? Kenapa tiba-tiba menyelat ucapan dokter?"
"Dimana Herim Nuna?" Bukannya menjawab Sunwoo justru memberi pertanyaan membuat Siyeon mendengus tapi kemudian menunjukan kamar Herim.
Pintu terbuka. Menampilkan ruangan serba putih dengan sosok si gadis cantik yang sudah sebulan ini tak ia jumpai. Bahkan lewat ponsel pun sulit.
"Apa kau baik-baik saja heum? Aku merindukan mu Nuna? Apa kau tertidur?" Sunwoo mengelus punggung tangan Herim yang terbebas dari infus.
Memperhatikan nafas teratur si gadis, membutnya menjadi kesal karena telah membuat si gadis menjadi seperti ini. Jika saja ia tak sibuk mungkin Herim tak akan terbaring lemah seperti ini.
"A-ir.. A.. Ir" Suara serak Herim mengalihkan lamunan Sunwoo lalu buru-buru memberi botol yang sudah berisi sedotan pada sang kekasih.
"Pelan-pelan.. Apa tenggorokanmu sehaus itu? Heum?" Mata Herim terbuka sedetik kemudian tersenyum setelah melihat Sunwoo berdiri disana.
"K-au kemari? A-pa aku merepotkanmu?" Sunwoo buru-buru menggeleng mengambil tangan si gadis dan dikecup.
"Tidak! Kau itu berharga tidak pernah merepotkanku Nuna. Aku kemari bersama yang lain jadi kau tak perlu berfikir yang lain ya?" Herim tersenyum lebar lalu mengangguk.
Dan beberapa menit kemudian merentangkan kedua tangannya. Membuat Sunwoo menatapnya bingung.
"Aku kangen mau peluk" Sunwoo terkekeh lalu kemudian menarik pelan si gadis dan membawanya kepelukannya.
"Kiyowo" dengan bergumam dan memejamkan mata. Kenyamanan yang sudah sebulan ini tak ia rasakan sebenarnya.
-----------
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Noona -Kim Sunwoo- [End]
Fanfiction"Frappucino pesanan anda. selamat menik- Heii! Yak! kau mabuk?" . . . . .