prolog

6.3K 220 7
                                    

Rintik hujan masih terlihat setia turun membasahi dedaunan. Kini jarum jam sudah menunjukkan angka lima. Itu artinya sudah satu jam yang lalu jam pulang kantor tiba. Satu-persatu karyawan kini pun mulai menghilang dan memilih menorobos hujan. Ah, bagaimana ini, tidak mungkin jika aku menunggu hujan ini reda. Baiklah mungkin kuharus menerobos hujan lagi. Ya walaupun mantel plastik melapisi tubuhku, tapi ini tak cukup melindungi, melihat hujan yang begitu deras hari ini.

Sesampainya di rumah ku bergegas membersihkan diri, kata ummi, "jika lepas kehujanan lekaslah mandi, agar tidak sakit" itulah yang ummi ucapkan sejak aku kecil. Namun, sepertinya tidak berlaku untuk saat ini. Ah, tubuhku terasa menggigil. Mungkin ini gegara aku kehujanan beberapa hari. Setelah salat isya' ku memutuskan untuk tidur, mungkin badanku akan terasa lebih baik setelah bangun besok pagi.

Tok... Tok... "Zafir.. Bangun nak, sudah subuh" terdengar suara ummi dari luar. Perlahan ku mencoba membuka mata yang masih terasa sangat berat.

Kreeekk... "Ummi kira kau masi belum bangun, ayo cepat duduk, awas subuhnya kelewatan loh" peringat ummi.

Seketika ku menarik tangan ummi yang hendak keluar dari kamarku.

"U..um.ii" rengekku, merasakan kepala yang sangat berat.

Ummi segera berhenti melangkahkan kakinya, "Ya Allah Zafir kamu demam nak" kaget ummi, setelah mengecek dahiku.

"Mari ummi bantu kekamar mandi untuk wudhu" ku hanya menganggukkan kepala.

Dengan telaten ummi membantuku hingga usai melaksanakan shalat.

"Sudah, sekarang kamu istirahat lagi. Untuk hari ini jangan kerja dulu. Mungkin ini efek kamu kehujanan beberapa hari" ucap ummi.

"Tapi sepertinya Za tetap masuk kerja mi, pekerjaan Za ga bisa ditinggal mi" sangga ku.

"Tidak masuk hari ini saja atau selamanya?" ancam ummi.

Aku pun hanya mengangguk pasrah. Memang sejak awal abi dan ummi melarang ku menjadi wanita karir seperti saat ini. Hanya saja, karena Pak Zainal pimpinan kantorku yang sangat menyukai kinerjaku saat aku magang waktu kuliah dulu, beliau langsung mengangkat ku menjadi karyawan tetap setelah lulus. Awalnya, keluargaku sangat menolaknya, namun dengan beberapa syarat, akhirnya mereka mengizinkan.

Aku pun memutuskan untuk beristirahat setelah mengirimkan pesan pada Pak Zainal dan Rani, rekan kerjaku untuk memberi tahu bahwa hari ini aku sakit.

Addawaul Qalbi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang