"Hai sayang!" Sapa Arza dan erza kompak ketika aleca dan Aletha turun. Namun kalian tahu sendiri, mereka berdua menyapa orang yang berbeda.
"Hai kak!" Sapa Aletha dan aleca yang juga kompak. Namun bedanya Aletha mencium pipi Arza. Arza pun tersenyum bahagia.
"Thanks!" Ucap Arza, Aletha menyerngit.
"Untuk?"
"Morning kiss nya!"
Tukkk
Kania mengetuk dahi Arza yang bobrok nya kelewatan."HEH! Aletha Hanya mencium pipimu! Jangan berlebihan, mama hanya takut kau jadi incest!" Ucap kania sambil membawa menu makanan.
"Tak apa bukan? Lagi pula para media tak tahu kalau Aletha adik ku, jadi tak akan ada masalah!" Celetuk Erza.
"Kakak, adikmu sangat bodoh" ucap Aletha sambil terkekeh.
"Dia bukan adikku, sepertinya dia anak pungut!" Varo pun melototi Arza yang asal bicara.
"Jangan menghina adikmu Arza! Walaupun begitu erza juga hasil kerja keras papa dan mama!"
Srakk..
Kania baru saja melempar pisau dapur bermotif polkadot pada varo yang tak ada bedanya dengan Arza, asal jeplak. Namun varo yang peka langsung menangkapnya."Sudah lah, ayo makan sebelum dingin!" Ajak Aletha, akhirnya semua pun menurut.
"Kalian berdua mengapa tak memakai seragam?" Tanya erza.
"Kami akan pergi berlibur sebentar" ucap Aletha diangguki aleca.
"APA!-hmmfft!" Sebelum cerocosan erza merembet, arza terlebih dahulu menutup mulut itu menggunakan mentimun.
"Diamlah! Telingaku panas!" Aletha mengulum senyumannya. Ia berjalan ke arah erza lalu ia membuka bekapan tangan arza dan mentimunnya.
"Aku mau menjalankan misi kakak!" Ucap Aletha tersenyum manis membuat erza mati rasa.
*pelabuhan
"Kalian nona Aleca dan Aletha?" Tanya pria rambut gondrong yang mendatangi Aletha dan aleca. Aleca melihat penampilan orang yang ada di depannya dari atas sampai bawah. Sedangkan Aletha sibuk mencari kejanggalan yang ada pada orang didepannya.
'Green House' itulah yang tertera di baju sang pemilik. Berwarna hijau tua, ya memang tak heran karena dari nama pun sudah terlihat. Aletha menyerngit, ia tak pernah tahu kalau ada acara TV seperti itu, ya walaupun Aletha jarang menonton TV, tapi ia juga lumayan tahu menahu mengenai tv. Tapi Aletha tak mau menerawang begitu jauh, ia akan mengikuti alurnya seperti apa, itu akan jauh lebih menantang menurutnya.
Tak lama, aleca mulai mengangguk dan membuka suara. Sedangkan Aletha hanya diam sambil bersedekap dada dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ia memperhatikan sekitar dan tak ada yang aneh. Ia juga memperhatikan orang yang sedang bercengkerama dengan sang kakak, terlihat sangat enjoy tanpa setingan, mungkin saja ini memang benar-benar acara televisi. Hanya saja itu jika diambil dari kemungkinan terkecil, ada banyak hal kemungkinan yang akan terjadi.
Lalu lelaki gondrong itu menuntun mereka bertiga ke sebuah kapal mewah bertingkat 7. Bahkan terlalu besar dan mewah untuk dibawa ke daerah terpencil, aleca mulai berfikir kalau berapa banyak orang yang akan ditampung ke dalam kapal itu.
"Hmm maaf, berapa banyak orang yang akan pergi? Mengapa kapal ini sangat besar?" Tanya aleca polos. Lalu lelaki gondrong itu tertawa.
"Hahaaa, maaf nona, tapi bukan ini kapalnya, kapal kita ada di sebelah sana!" Ucap lelaki gondrong menunjuk ke arah timur.
_Lah elu ngapain bawa gue kesini bambang! Batin Aleca menyeruak."Sebelum nya nama saya, Revo!"
Revo membawa kedua saudara kembar itu ke depan sebuah kapal sederhana yang tak begitu besar. Lalu mereka semua masuk ke dalam kapal itu, dan sudah ada 2 orang di dalamnya.
"Apa hanya segini?" Tanya Aletha. Revo mengangguk.
"Saya hanya ditugaskan membawa mereka nona, mungkin sisanya di kapal lain atau sudah sampai"
"Disana ada penginapan?" Tanya aleca.
"Iya nona, sebuah penginapan tua, tapi cukup untuk menampung kalian para detektif" Aleca mengangguk. Lalu Aletha berjalan duluan ke arah sepasang orang yang sedang berbincang.
"Biar ku tebak! Kau pasti Aleca perwakilan dari timur!" Ucap salah satu pria bertubuh besar, tapi Aletha yakini ia masih seumuran. Aletha menggeleng.
"Saya Aletha tuan"
"Ahahaa, jangan formal seperti itu! Perkenalkan aku Devano dari Utara!"
"Aletha, dari Timur!"
"Hai, aku Quincy, dari barat!" Ucap gadis berambut sebahu. Aletha juga mengangguk. Ia merasa ada sesuatu yang aneh pada gadis itu, hanya saja ia belum bisa memastikannya.
***
"Aletha, jadi kita harus tidur bersama di kamar yang kecil seperti ini?" Tanya aleca saat memasuki kamar dalam kapal itu.
"Mengapa? Kau tak nyaman?" Aleca mengangguk pelan.
"Cih, Aleca tetap lah aleca yang manja." Cibir Aletha pedas.
"Tapi aku-"
"Kau tak bisa mengelak aleca, akui saja. Disini tak ada Erza yang selalu membelamu!"
"YA! Aku memang gadis manja seperti yang kau katakan! Tapi bisakah kau tak mengejek ku seperti itu?! Jangan mentang-mentang kau dicintai seluruh keluarga, kau bisa semena-mena padaku! Bagaimana pun, aku adalah KAKAKMU! KAKAKMUUU!" Ucap aleca dengan nada yang meninggi, ia juga akan melepaskan tamparannya pada Aletha, tapi bukan Aletha namanya jika tidak memasang wajah datar.
"Aku tak merasa dicintai banyak orang, hanya saja aku merasa diriku sedikit lebih baik darimu. Kau memang kakakku, tapi ingat lah satu hal, kita hanya berbeda beberapa menit, bukan bertahun-tahun tak heran jika aku tak menghormatimu. Lagi pula mau setua apapun dirimu, kalau sifat mu seperti ini tak akan ada yang mau menghormatimu. Ketahuilah satu fakta bahwa bukan umur yang menentukan kedewasaan seseorang, tetapi sifatnya yang menentukan" ucap Aletha mencengkeram tangan aleca, sebenarnya hanya menahan.
"AKU SANGAT BENCI PADAMU ALETHA! BENCII!
"Aku tak peduli, kau tahu? Kau cepat sekali terbawa emosi. Buanglah sifat negatif mu itu aleca. Kau tahu aku tak akan bisa menahan diriku jika sudah marah. Kau tahu? Satu kali sentuhan maka seribu tusukan yang ingin melukai ku, tapi kau? Kubiarkan bebas"
"BUNUH SAJA AKU!"
"Aku ingin sejak dahulu, karena apa? Karenamu, setiap acara makan jadi terganggu, karena kau? Aku juga merasa terbebani, dan karena kau juga aku selalu merasa terkekang. Aku tak segan segan membunuhmu, tapi aku tak ingin menghabiskan waktuku hanya untuk membunuhmu. Aku tak takut akan dihukum seperti apa, karena tak ada yang bisa menghukumku. Aku yakin aku bisa membiayai hidupku." Ucap Aletha melepaskan tangan aleca, lalu ia berjalan ke arah pintu.
"Tidurlah, aku akan pergi ke sofa. Walaupun tak nyaman coba saja, karena tak semua yang kau inginkan bisa kau dapatkan. Masalah tadi tak perlu kau ungkit, keep calm end enjoy, kita harus profesional dalam menjalankan misi" lanjutnya lalu pergi.
Aletha duduk dikasur kecil. Ia seharusnya sudah menyangka jawaban Aletha seperti apa. Aletha benar, ia sangat mudah terbawa emosi.
Tbc
Baru sadar kalo ini part panjang betul:v
So, jangan lupa like, komen en subrek. Eh maksudnya jangan lupa vote, komen en follow!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletha Queenza (End)
Action[Sequel Red Angle] Buat yang belum baca, aku saranin baca dulu biar nyambung sama alur cerita ini. Cerita ini dibuat dari hasil sequel cerita tentang,Kaniata Miselia William/Johan,yang memiliki banyak masalah,ntah pada dunia manusia atau dunia yang...