25.

718 41 10
                                    

Mentari telah menyinari bumi, Cio lebih dulu bangun. Karena panggilan alam yang sudah harus dikeluarkan, tanpa babibu lagi Cio melangkahi Gavin yang sedang tertidur, membuat sang empu terganggu dan membuka matanya.

"Heh, kenapa sih?" Tanya Gavin

"Hah? Duh, kebelet" jawab Cio yang masih linglung karna bangun tidur

Dengan mata yang masih sedikit tertutup, Cio berlari dan tanpa sengaja menabrak pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.

Bruk...

"AAAWWWW!" Ringis Cio

Gavin yang tergejolak kaget, langsung bangun dan menuju sumber arah suara. Disana terlihat Cio yang memegangi kepalanya, dan meringis kesakitan.

Cio mengelus kepalanya pelan, ia melepaskan telapak tangannya dari jidat. Ada bercak darah yang keluar dari jidat cio.

"Jidat lo!" Panik gavin

"D-darah..."

"Aduuuh... bukannya pelan-pelan sih, jadi gini kan!"

"Mana sempat, keburu ngompol!" Ucap cio sambil masuk kedalam kamar mandi

"Sin..." belum saja Gavin melanjutkan pembicaraannya, ia melihat cio tak ada ditempatnya. Gavin beralih untuk mengambil kotak p3k untuk mengobati luka cio.

Tak cukup waktu lama, Cio telah menuntaskan panggilan alamnya. Gavin sudah standby di depan pintu kamar mandi, membuat Cio terkejut dengan kehadiran suaminya itu.

"Astaga, ngagetin aja lo!"

"Lo masih inget gue kan ci? Lo ga lupa ingatan kan? Itu jidat lo berdarah, mau kerumah sakit? Kita iz..."

"BISA GAK GAUSAH BERISIK?! Gue cuma kejedot, bukan Amnesia Gavin Mahardika!"

"Syukurlah, lo masih inget gue. Lagian kan gue takut aja lo lupa ingatan gitu, suaranya juga keras banget ci, sampe kamar kedengeran."

"Masa sih? Tapi kepala gue pusing banget"

"Yaudah sini obatin dulu"

•••

Gavin dan Cio berjalan menelusuri kooridor sekolah bersama, banyak tatapan yang memandang iri ke arah mereka. Terlebih, Cio saat ini menjadi sorotan karena plaster dibagian jidatnya.

Gavin mengantarkan Cio sampai didepan kelas, sebenarnya Cio tak mau, ia takut anak anak kelas mereka menjadi curiga. Tetapi, bukan Gavin namanya jika tidak keras kepala.

"Kalo masih pusing, kabarin gue. Nanti kita izin pulang, kalo butuh apa-apa kabarin gue! Ngerti?" Ucap Gavin didepan kelas

Cio memutar bola matanya malas, sedari tadi lelaki itu sudah mengatakan hal yang sama beberapa kali. "Iya, daritadi lo udah ngomong. Gue ga bonge vin!"

"Lo emang ga bonge, tapi gamau ngedenger apa kata gue! Udah sana masuk, belajar yang bener. Kalo udah bell pulang tunggu gue diparkiran!"

Cio menurut, ia masuk ke kelas dipenuhi tatapan tanda tanya oleh semua murid. "Kenapa?" Semua diam, dan kembali ke pekerjaannya masing-masing. Ntahlah mereka terlalu takut untuk menanyakan sesuatu pada cio, tapi tidak untuk Adam.

"Duh, kayanya mulai ada aroma-aroma jadian nih" celetuk Adam

"Jadian pala lo,Asal omong aja lo dam!"

"Siapa tau kan ci, eh btw jidat lo kenapa?"

"Sudah kuduga...kejedot pintu"

"Pppffttt...HAHAHAHA" seketika tawa Adam pecah mendengar jawaban cio

"Haduuuh cio-cio, pintu aja lo ajak ribut. Gila ya lo hahaha"

"Bukannya gitu, itu pintu ngalangin gue mau ke wc. Jadi...ya mau ga mau, jidat gue nyium tu pintu"

"Masih mending di cium gue, ya ga?"

"Idiiih...gila lo!"

•••

Kedua temannya baru saja memasuki kelas, dan melihat ada yang aneh dengan wajah Cio.

"CIO JID..." belum saja Gadis melanjutkan pembicaraannya sudah dipotong lebih dulu oleh Cio sendiri

"Kejedot pintu, stop nanya-nanya lagi! Pala gue puyeng, gue mau tidur kalo ada guru bangunin gue!"

"Yeee...jangan tidur dulu dong ci, gue kan pengen tau kronologinya jidat lo nyium pintu gimana?" Tanya Aliya

"Sudah cukup Miskah..." jawab Cio

"Miskah bukannya yang buat roti itu ya?" Tiba-tiba saja Gadis melontarkan tebakan garingnya

Cio tak menanggapinya, Aliya memutar bola matanya malas. Gadis mengerucutkan bibirnya, tak ada satupun dari mereka yang menjawab tebakannya.

Dilain tempat, seperti biasa Gavin berada di Ruang Osis bersama anggota lainnya. Masih membahas seputaran acara nanti disekolahnya, mereka hanya rapat sebentar karna bell sudah berbunyi nyaring.

Gavin melangkah menuju kelasnya, tanpa disangka sangka Cintia mengikutinya dari belakang dengan gaya centilnya.

"Lo ngapain sih ngikutin gue segala?!" Tanya gavin

"Nggak, gue cuma mau tanya sesuatu aja sama lo. Lo ada hubungan apa sama si cewe centil itu?!"

"Cewe centil?"

"Iya, tadi pagi berangkat sama lo. Terus deket-deket sama lo, gue gak terima ya vin! Lo itu punya gue!"

Oh, Gavin mengerti kemana arah pembicaraan ini. Yang dimaksud Cintia adalah cio, istrinya. "Bukan urusan lo, mau dia pacar gue kek, istri gue kek. Ga ada hubungannya sama lo, gue mau berangkat sama dia kek, sama yang lain kek, ga ada urusannya juga sama lo. Jadi stop urusin kehidupan gue!" Gavin sengaja melontarkan kata-kata menyakitkan, agar wanita itu sadar diri.

Gavin melangkahkan kakinya meninggalkan Cintia yang terdiam, tiba-tiba ia teringat sesuatu dan akhinya ia membalikan badan. "Oh iya, satu lagi. Cio itu bukan cewe centil, yang centil itu ELO!"

Skakmat

•••

Bersambung...

Hallo semua, dari aku pribadi mau minta maaf, bcs ga up selama beberapa hari ini. Mungkin ada hampir seminggu bahkan sebulan, maybee wkwk. Aku mau ngucapin makasih sama kalian yang tetep setia nunggu, Love bgt sama kalian❤️🤩.

Ada alasan kenapa aku ga up, karna tugasku beberapa hari ini lagi numpuk man temen, aku minta pengertiannya dan kerja samanya ya sama kalian. Terimakasih🥰

Ketos Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang