2. Ketua Klub Dance

627 106 10
                                    

❤️🧡💛💚💙💜🖤

Happy reading
______________________________

Tok tok tok

Lily mengetuk pintu kayu kelas 12 IPA 4 setelah sebelumnya mengganti celana training dengan rok abu-abu di toilet sekolah.

Saat suara "masuk " terdengar dari dalam, Lily masuk ke dalam.

"Selamat pagi Pak? Maaf, saya terlambat," ucap Lily pada guru pria paruh baya yang beragama kristiani.

"Ya, silahkan duduk. Besok jangan sampai telat lagi."

"Baik Pak."

"Tumben?" tanya Disya begitu Lily duduk di sebelahnya.

"Heum, lagi apes gue."

"Pasti lo kecapean kemarin makanya jadi kesiangan."

Lily hanya mengulas senyum tipis lalu fokus mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh guru di depan. Dalam hati Lily berjanji, cukup di kelas 11 saja ia bermain-main. Di kelas 12 ia harus lebih serius dan rajin belajar jika tidak ingin kesulitan saat menghadapi ujian kelulusan nanti.

🚲🚲🚲🚲🚲

"Gue ke perpustakaan dulu yah, mau pinjam buku. Lo berdua ke kantin duluan aja nanti gue nyusul kalo udah selesai." Pamit Lily pada Crystal dan Disya sambil berjalan keluar kelas.

Crystal mengangguk. "Ya udah, lo hati-hati, Ly. Jangan lupa nyusul, ok?"

Lily mengacungkan tanda ok dengan jarinya. Ketiganya berjalan terpisah dengan arah berbeda di persimpangan koridor. Lily yang berbelok ke arah kanan menuju perpustakaan sementara Disya dan Crystal berbelok ke arah kiri menuju kantin.

Terpaksa Lily harus berbohong pada Crystal dan Disya karena ia nanti tidak akan menyusul kedua temannya itu di kantin. Hari ini ia sengaja tidak membawa uang. Hal ini ia lakukan agar lima hari kedepan bisa makan malam dengan ditemani lauk. Gajinya sebagai waiters akan keluar lima hari lagi. Jikalau hari ini ia jajan di kantin bisa dipastikan beberapa hari kedepan ia hanya akan makan nasi saja tanpa lauk.

Lily bisa saja berkata jujur pada Crystal dan Disya jika ia tidak membawa uang saku. Kedua temannya itu pasti akan langsung membantunya dan tanpa pikir panjang akan mentraktirnya makan.
Tapi ia tidak sepicik itu dengan memanfaatkan kebaikan teman-temannya untuk kepentingan pribadi. Ini masalahnya dan ia pasti bisa melewatinya sendiri. Lagi pula tidak jajan di kantin satu hari atau selama seminggu tidak akan membuatnya mati jika yang kuasa belum berkehendak.

Pergi ke perpustakaan menjadi alasan terbaik bagi Lily karena hanya di gedung itulah ia tidak akan melihat orang makan. Lain halnya jika ia menghabiskan waktu istirahat di kelas, disana teman-temanya ada yang membawa bekal dan ketika ia tak sengaja melihat pasti perut keroncongannya akan berbuyi.

"Hai Kak Lily?"

"Hai juga," sapanya balik sambil melempar senyum pada adik kelasnya.

Saat Lily berjalan di koridor tak sedikit adik kelas maupun teman seangkatan yang menyapanya. Perangai Lily yang humble dan ceria membuatnya disukai oleh semua orang termasuk guru-guru, namun ada juga yang kurang suka karena sikapnya di anggap sebagai orang munafik oleh beberapa orang.

Sekedar informasi, Lily itu termasuk siswi populer di sekolah bahkan tingkat kepopulerannya melebihi siswa lainnya yang mengaku sebagai anak populer. Dari kalangan penjaga sekolah, kalangan guru, adik kelas, teman seangkatan, mantan alumni sampai penjaga kantin, semua orang tahu gadis itu. Iya, Lily seterkenal itu.

LIDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang