17. Ketakutan Lily

313 80 3
                                    

Assalamualaikum?!

Allahamdulillah, setelah bermilyar-milyar detik ku menghilang dari jagad perwatpadan akhirnya bisa up juga.

Nggak tau deh, dari kemaren kemarennya lagi kemaren pengin bgt nulis bab 17 tapi eh tapi mendadak mood nulis hilang karena kecapean kayaknya.

Semoga kalian suka deh sama bab ini. Nano-nano milky pas nulis gue.

Buat pembaca semua please lah jangan pelit tekan tombol 🌟 kadang heran gue, di mintain yg paling mudah buat tekan bintang aja kayak alot bgt pdhl tinggal klik looh apalagi yang ngetik komen.

Kl takut paketan abis, pas kalian baca cerita ini trs lg off tinggal di klik aja bintangnya, nggak perlu khawatir nggak ke kirim soalnya pas kalian online nanti juga di proses.

Sedekah nggak cuma uang atau barang, bikin author seneng dengan sekali klik + tambah komentar juga pahala, insyaalah d doain malah.

                     Thank you.

Vote dan Komen jangan lupa ye😁🤗

Happy Reading

*
*

"Hati-hati di jalan, jangan ngebut!" teriak Raya dari depan pintu rumah.

Lily yang duduk dibelakang jok motor Diego langsung menoleh dan membalas teriakan mertuanya itu. "Iya Ma!"

Duduk bersama di atas jok motor bersama Diego sekarang membuat Lily merasa bukan di bonceng oleh suami tapi serasa di bonceng oleh tukang ojek online. Kenapa? Kalian tahu sendiri 'kan jika di sepanjang jalan hanya ada keheningan? Suara napas keduanya pun tak terdengar, hanya ada suara kendaraan bermotor yang suka sekali menyalakan klakson di tengah keramaian jalan pagi ini.

Seperti biasa, Diego menurunkan istrinya itu di depan kafe miliknya. Masih di atas motor, Lily sedikit ragu untuk turun, tapi beberapa detik kemudian ia akhirnya berdiri tegak di atas tanah. Diego menunggu Lily melepas helm tanpa melihat ke arah istrinya. Kepalanya bahkan seperti orang yang sedang berbaris di tengah lapangan—lurus ke depan, bedanya sekarang keduanya sedang berada di depan kafe.

"Di-,"

"Helmnya cepet lepas, gue mau ke Busur dulu," sela Diego cepat.

Lily menghela napas pelan, ia kemudian melepas helmnya lalu memberikannya pada Diego yang langsung saja di cantelkan cowok itu di stang motor.

Lily masih berdiri sampai Diego meninggalkannya sendiri. Tanpa pesan, tanpa salam, tanpa senyum jahil seperti biasanya.

Lily menghembuskan napas kasar. Kenapa juga gue harus ngerasa kehilangan?

🚲🚲🚲🚲🚲

"Anjir, lo kaya wedus Han! Mrongos terus dari tadi," ujar Johan dengan kurang ajarnya mengatai Farhan seperti kambing.

Farhan yang di caci seakan tuli dengan makian Johan. Cowok itu malah sekarang senyum-senyum sendiri saking tak bisa menahan diri.

"GILA! SI FARHAN SEKARANG UDAH GILA!"

"Heh! Jo, diem deh, pagi-pagi udah kayak di pasar. Biarin aja lah, dia itu lagi happy gara-gara kemarin abis ketemuan sama Mba Boy," beber Rayhan yang kemudian melahap lontong dan bakwan kembali.

Diego yang sedang menyeruput kopi susunya jelas mendengar itu, tak pelak membuat air kopi yang ada di mulutnya muncrat keluar karena tersedak.

LIDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang