Hujan

95.1K 7.8K 1.7K
                                    

Kageyama berlari menerjang hujan. Tepat setelah kelas terakhirnya selesai, dia berlari, tak ingin ketinggalan acara pertandingan bola voli di tv.

Kemejanya basah kuyup. Diusianya yang hampir menginjak dua puluh tahun ini, dia belum diizinkan untuk membeli kendaraan sendiri.

Tentunya dengan alasan klasik rumahnya yang tak terlalu jauh.

Sedikit menambah kecepatan berlarinya, Kageyama menghampiri sebuah halte.

Ditariknya nafas panjang ketika hujan tak lagi membasahinya. Suara berisiknya rintik hujan dengan atap seng halte tak mengganggunya.

Kageyama mengusap rambutnya yang basah, kemudian duduk. Menunggu bus yang akan membawanya pulang kerumah.

"Menunggu bus?"

Kageyama terkaget, dia langsung menengok kesamping.

Seorang lelaki berambut oranye ada disana. Manik cokelat keemasannya berkedip dibalik kacamata yang dia pakai. Tangan kanannya memegang sebuah buku.

Mata Kageyama melirik dari atas kebawah. Hoodie jumper putihnya tak terkena air sama sekali. Masih kering. Tanda bahwa lelaki itu ada disini sebelum hujan turun.

"Ya." Kageyama mengangguk. Lelaki itu tak berkata lagi. Dia tersenyum kemudian melanjutkan membaca buku.

Kageyama juga memilih diam. Dia menatap lurus ke depan. Dimana ribuan rintik air jatuh dengan derasnya.

Lama hening, Kageyama melirik lelaki itu lagi.

Dia pendek. Mungil. Seperti anak SMP.

Biasanya, Kageyama akan cuek. Dia tidak akan menyapa orang atau apa.

Namun,

"Sudah berapa lama kau disini?"

Untuk pertama kali, Kageyama membuka pembicaraan pada orang asing.

Anehnya, Kageyama tak merasa canggung atau malu. Perasaannya santai. Seperti mengobrol dengan seseorang yang akrab.

Lelaki itu menatap Kageyama.

Dia menutup bukunya. Dan tersenyum lebar.

"Sejak aku selesai kelas."

Kening Kageyama mengerut.

"Kelas?"

Lelaki itu mengangguk antusias.

"Ya, kelas kuliah, sekitar setengah jam yang lalu berarti."

Kageyama berkedip.

Tunggu, tingginya tidak seperti mahasiswa!

"Kau sudah kuliah?" Kageyama menatap tak percaya pada lelaki itu, yang kemudian tatapannya itu dibalas kerucutan bibir dari lawan bicaranya.

"Jangan hanya karena aku pendek kau mengira aku anak SMP."

Si rambut oranye bahkan dibuat berkacak pinggang.

Kageyama menaikan satu aslisnya.

"Kau memang pendek."

"Berhenti, aku sadar diri."

Kageyama tersenyum tipis ketika lelaki itu semakin mengerucutkan bibirnya, kakinya menghentak-hentak kebawah dengan kesal.

Kageyama sedikit melirik kesamping lelaki itu.

Ada payung lipat disana.

"Kau bawa payung."

"Hm, memang."

Kageyama semakin tak mengerti, jika benar dia membawa payung, kenapa tak bergegas pulang saja?

"Aku ingin berada diluar lebih lama saja," jawabnya.

Kageyama memperhatikan. Lelaki itu tampak menatap hujan ketika menjawab pertanyaannya tadi.

"Kau bisa berada diluar selama yang kau mau seperti biasa, bukan hanya hari ini," Kageyama berkomentar.

"Hari ini hujan, aku yakin hujannya akan lama, kusarankan kau pulang cepat selagi punya payung." Kageyama melipat tangannya. Dia melirik kejalan raya. Belum ada satupun bus lewat. Sementara hujan semakin lebat.

"Aku tidak bisa keluar sesukaku." Lelaki itu menarik lengan hoodie-nya. sehingga setengah jarinya tertutup. Tanda dia kedinginan.

Kageyama akhirnya memilih diam setelah mendengar jawaban si surai oranye.

Kesannya pada orang disampingnya adalah aneh.

Hanya itu.

Namun, ada sesuatu yang sedikit menariknya.

Entah kenapa, Kageyama tertarik dan ingin mengenalnya lebih jauh.

"Apa makanan kesukaanmu?" Pertanyaan tiba-tiba keluar dari mulut Kageyama.

Udara disekitar mereka semakin dingin.

"Tamago kake gohan."

"Jadi kau suka telur."

Kageyama kembali melirik kesamping, lelaki itu juga meliriknya.

Dan akhirnya, sebuah bus terhenti. Kageyama bangkit, langsung berjalan kedalamnya. Dia melirik lelaki itu dari jendela.

Lelaki itu tersenyum lebar, dia melambaikan tangannya seakan berkata 'good bye'

Ah, Kageyama belum bertanya siapa namanya!

Dia ingin berteriak, namun bus sudah berjalan semakin jauh.

"Lelaki hujan..." dia bergumam.

Ya, sementara ini lelaki hujan mungkin cocok untuknya.

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang