Lelaki Hujan

54.9K 5.8K 1K
                                    

Kageyama ingin bolos kuliah hari ini.

Setelah kejadian menunggu di halte dengan pakaian basah kuyup kemarin, dia terserang flu dengan migrain pada kepalanya.

Namun, kakaknya yang cerewet selalu datang menggedor pintu kamarnya setiap lima menit sekali.

Kageyama sudah berteriak bahwa dia sakit, namun karena kakaknya sudah pernah dia bohongi, dia tak percaya.

Puncaknya adalah ketika sepupunya datang mengajak pergi ngampus bareng seperti biasa.

Jadilah dia berangkat kuliah hari ini dengan hidung meler dan merah.

Sepupunya Ushiwaka berjalan disampingnya. Dia diam seperti tembok berjalan.

Ketika Kageyama bersin berkali-kali bukannya ditanya tentang kesehatannya, Ushiwaka justru mundur takut tertular.

"Ayolah ini bukan virus mematikan!" Kageyama membentak Ushiwaka, padahal gegara lelaki itu kini dia berangkat kuliah hari ini.

"Aku tak tahu kau sedang sakit." Ushiwaka masih menjaga jarak, dia berjalan dua langkah lebih jauh dari Kageyama.

"Mana mungkin kau tahu! kau itu tembok berjalan!" Kageyama mengelap hidungnya.

Tak ada balasan dari Ushiwaka.

Kageyama melirik jamnya, lima menit lagi kelasnya dimulai.

"Bergegaslah, kelas kita mau dimulai!" Kageyama mempercepat langkahnya, Ushiwaka mengikuti.

.
.
.

Kageyama melirik awan mendung diatasnya. Tak diragukan lagi, sebentar lagi pasti turun hujan.

Sebenarnya hari ini ada latihan klub voli, namun karena kurang sehat, Kageyama disuruh pulang oleh sang ketua.

Apalagi ketuanya sangat anti kuman.

Dengan langkah terburu, dia menuju halte.

Dan tepat ketika masuk kesana, hujan gerimis mengguyur yang semakin lama menjadi hujan lebat.

Kageyama hanya sendiri disana untuk beberapa menit, sebelum,

"Tiba lebih awal?" Kageyama mengangkat wajah ketika seorang lelaki pendek dengan payung berdiri dihadapannya sambil tersenyum lebar.

Kageyama tersenyum tipis.

"Kalau membawa payung sebaiknya langsung pulang."

Lelaki itu tertawa kecil, melipat payungnya dan duduk disamping Kageyama.

"Terserah aku bukan jika mau pulang sekarang atau menemani orang pilek ini dulu."

Kageyama memutar mata.

Lelaki itu mengeluarkan sekotak permen karet, dia membuka salah satunya kemudian memakannya.

"Kau mau?" Lelaki bersurai oranye menawarkan satu permen karet. Kageyama menggeleng. Dia sedikit melirik tangan kanan lelaki itu, ada ruam merah disana. Ya mungkin dia lupa memakai lotion anti nyamuk.

"Hey lelaki hujan, apa kau kuliah disini?" tanya Kageyama. Pasalnya, hampir empat semester dia disini, Kageyama belum pernah melihat lelaki ini.

Apakah dia junior yang baru datang?

"Yap, aku sekolah disini, jurusan farmasi."

"Kau pasti pintar."

"Haha... apa karena aku bisa masuk ke Universitas Tokyo dengan jurusan farmasi?"

"Begitulah."

Lelaki itu kembali tertawa. Dia menaikan kacamatanya yang sedikit melorot.

Kageyama memperhatikan.

"Lelaki hujan--"

"Namaku Hinata Shoyo, berhenti memanggilku lelaki hujan."

Lelaki itu memberi tahukan namanya.

Mulut Kageyama terkantup. Namun kemudian terbuka lagi.

"Kageyama Tobio."

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang