Mata

44.1K 5.2K 943
                                    

"Kageyama?"

"Hinata-san?"

Baik mata Kageyama maupun Hinata sama-sama terbuka lebar.

Saling menatap, saling terdiam.

"Ah Hinata-san!" Kageyama kembali memanggil nama Hinata. Suaranya bergema didalam ruangan sepi penuh buku itu.

Hinata tersenyum seperti biasa. Dia menopang dagunya dengan tangan kanan menatap Kageyama.

"Jadi?" Hinata bertanya. Kageyama mendekat, dia menarik kursi untuk duduk dihadapan Hinata.

"Apakah tadi kau yang bersiul?" tanya Kageyama akhirnya. Dia menaruh tasnya dibawah, disamping kakinya.

Hinata mengangguk. Dia menutup buku, mengambil buku lain ditumpukkan buku mejanya.

"Ya begitulah." Hinata mengangkat bahu. Dibukanya buku kemudian membacanya.

"Kupikir kita tidak boleh bersuara di perpustakaan." Kageyama memperhatikan lelaki itu. Dia masih memakai hoodie, namun kali ini warnanya bukan putih, melainkan biru tua dengan oranye didalamnya.

Ruam merah ditangan kanan lelaki itu belum hilang. Dan justru bertambah?

"Ya kalau perpustakaannya ramai memang tidak boleh, tapi kalau hanya sendiri beda lagi ceritanya." Hinata tak menurunkan senyumnya ketika bicara.

Kageyama terdiam.

Benar juga, apalagi di perpustakaan ini tidak ada pengawasnya.

"Ngomong-omong kenapa tahu aku disini?" Hinata membaca bukunya sambil bertanya.

Kageyama menatap lelaki itu.

"Hanya menebak."

"Bohong sekali."

Kageyama berdecak.

"Bertanya pada Iwa-san," jawab Kageyama jujur akhirnya.

"Ah Iwaizumi." Hinata mengangguk-angguk diliriknya ke tas Kageyama. Disana ada juga tas olahraga.

"Kau mengikuti klub olahraga?"

Kageyama berkedip sebelum dia mengangguk. "Begitulah."

"Olahraga apa?" Hinata mulai terlihat tertarik, dia bahkan menutup bukunya.

"Voli."

Mata Hinata dipenuhi cahaya.

"Benarkah?!" tanyanya antusias. Kageyama mengangguk, dia mengambil tas olahraganya dan memperlihatkan sepatu olahraga pada Hinata.

"Woah beneran!" Hinata menatap kagum.

Kageyama merasa tersanjung. Dia tersenyum bangga.

"Aku pemain inti loh." Hidungnya bahkan kembang-kempis, tanda bahwa dia bangga ketika mengucapkannya.

Hinata menatap kagum.

"Apa posisimu?" tanyanya lagi.

"Setter."

"Benarkah?! beri aku tos!"

Kageyama terdiam.

Dia menatap bingung Hinata.

"Memberimu tos?" tanyanya bingung.

Hinata mengangguk antusias. Matanya berbinar-binar.

"Benar! dulu aku main voli!"

Mata Kageyama terbelak, menatap lurus mata Hinata yang terang, berkilau, seperti bola voli yang diterangi cahaya.

Mata si gila Voli.

Seperti dirinya.

Sekarang, Kageyama tahu kenapa lelaki pendek ini menarik perhatiannya.

Karena lelaki ini sama sepertinya, maniak voli.

"Kau? main voli? jadi libero?" tanya Kageyama.

Hinata cemberut.

"Bukan! aku middle blocker!"

Kageyama menatap tak percaya.

"Jangan buat aku tertawa."

"Aku serius!"

Mata Hinata memincing. Dia menarik tubuhnya lagi, menaikan kacamatanya dan menatap arah lain.

Kageyama menghela, dia tersenyum sambil mengacak rambut oranye Hinata.

"Gomen senpai, aku percaya kok."

Hinata tersenyum.

"Jadi mau memberiku tos?" tanyanya.

"Tentu, tapi bukan sekarang tentunya." Kageyama tersenyum lebar, tangannya masih berada di rambut Hinata.

"YOSHA!!!"

Dan Hinata tak dapat menahan perasaan bahagianya.

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang