Hilang

33.6K 4.2K 1K
                                    

Sepanjang musim gugur, Kageyama tak pernah melihat sang senior mungil itu lagi.

Hanya sekali, ketika Kageyama menemaninya berobat diawal musim. Hanya itu.

Kageyama selalu mencari Hinata. Dia selalu pergi ke perpustakaan, menunggu di halte dan mengecek kelas Hinata untuk memastikan lelaki itu ada dan baik-baik saja.

Namun, hingga akhir Oktober, Hinata tidak terlihat sama sekali.

Kageyama khawatir, dia takut. Dia bahkan sampai mendobrak pintu ruang musik, bertanya dengan nafas memburu pada Iwaizumi. Namun, lelaki yang satu fakultas dengan Hinata itu menggeleng, dia mengatakan bahwa Hinata benar-benar tidak hadir di kelas selama satu bulan ini.

Tak ada alasan jelas mengapa dia tidak hadir.

Kageyama menyender lesu di tembok gimnasium setelah mendengar fakta itu.

"Apakah dia mati?"

Kageyama ingin membuang prasangka buruknya itu. Namun hilangnya si lelaki oranye terus membuatnya berfikir demikian.

Di latihan kali ini, Kageyama hanya duduk. Dia menolak untuk memberi tos terlalu banyak.

Bokuto yang menyadari hal aneh pada juniornya mendekat. Dia duduk disamping Kageyama.

"Hey hey hey, Kageyama-kun, ada apa kau terlihat murung?" tanya Bokuto.

"Tidak, aku hanya kelelahan." Kageyama berusaha mengelak. Dia tidak mau menjelaskan ke khawatirannya pada siapapun.

"Jangan bohong begitu." Bokuto menekan agar Kageyama jujur. Lelaki burung hantu ini tahu ada yang disembunyikan dari lelaki bermata biru dongker.

Kageyama tak menjawab.

Dia tak berminat.

"Apakah kau merindukan seseorang?" Bokuto bertanya seenaknya.

Kageyama menatap Bokuto kaget.

"Apa yang kau katakan Bokuto-san?" tanyanya tak mengerti.

"Hey hey, aku selalu murung ketika rindu seseorang, seperti ketika aku rindu dua kakakku." Bokuto tertawa. "mungkin kau sedang rindu seseorang." Kemudian, Bokuto bersandar di tembok, seperti Kageyama tadi.

Rindu ya?

Tidak, Kageyama hanyalah khawatir.

Hanya itu.

Ya, mungkin saja sedikit rindu.

Atau sangat rindu?

Kageyama tersenyum miris. Dia menghela. Menutup wajahnya dengan lengan-lengannya.

Tunggu, Kageyama ingat sesuatu.

"Bokuto-san punya nomor Akaashi-san?"

Ya, Kageyama baru ingat ini.

Selain Iwaizumi, Akaashi juga berada di fakultas yang sama dengan Hinata.

Farmasi, tahun ke lima.

"Hah?! untuk apa kau meminta nomer Akaashi?!" Bokuto bertanya dengan sedikit tidak suka.

"Tidak, begini aku hanya ingin bertanya tentang Hinata-san." Kageyama buru-buru menjelaskan sebelum lelaki itu salah paham.

Bokuto memicingkan matanya.

"Hanya itu?"

Kageyama mengangguk. Bokuto mendengus, dia kemudian merogoh kantong celananya, mengeluarkan ponsel.

"Kuberi alamat email Akaashi padamu, tapi ingat jangan macam-macam padanya."

Dan Kageyama tak dapat menahan senyumnya.

.
.
.

Kageyama mengetuk-ketuk jarinya di meja belajar. Dia menatap alamat email yang baru dia dapatkan sore tadi di kampus.

Nomor email Akaashi.

Sebenarnya Kageyama agak ragu bertanya pada salah satu seniornya itu.

Selain dia tak begitu mengenal Akaashi, Kageyama agak ragu email-nya nanti akan terbaca.

Karena Bokuto bilang padanya bahwa Akaashi jarang memegang ponsel.

Namun, Kageyama harus tau kemana Hinata pergi.

Dia harus bertanya pada seseorang.

Akaashi adalah salah satunya.

Setelah menghela nafas, Kageyama membuka ponselnya. Dia mengisi alamat tujuan email, mengetik beberapa kata dan mengirimnya.

Lama sekali Kageyama menunggu belum ada balasan.

Hingga, akhirnya ada sebuah notifikasi masuk.

Anda:
Aku Kageyama Tobio, salah satu junior tahun ketiga. Maaf mengganggu, aku salah satu kenalan Hinata Shoyo, kalau boleh tau kemana Hinata-san selama ini?

Akaashi Keiji-san:
Oh, Kageyama, aku tahu kau kenalan Hinata. Maaf baru membalas. Tentang Hinata, dia memang tidak berangkat sejak awal bulan.

Anda:
Ya, aku tahu soal itu. Tapi aku ingin tahu kenapa dia tidak berangkat?

Akaashi Keiji-san:
Kau tidak tahu?

Kageyama mengerutkan keningnya. Bagaimana dia bisa tahu?

Hinata menghilang begitu saja tanpa bilang apa-apa padanya.

Anda:
Sama sekali tidak

Cukup lama Kageyama tak mendapat jawaban lagi. Hingga di menit ke lima belas, sebuah pesan masuk.

Akaashi Keiji-san:
Dia sedang dirawat

Kageyama tercengung. Dia terdiam. Membaca baik-baik kata per kata yang dikirim Akaashi padanya.

Dirawat?

Sejak awal bulan?

Apakah sejak saat mereka pulang dari gimnasium?

Kalau benar, bukankah itu salahnya?

Kageyama buru-buru mengetik balasan.

Anda:
Bisakah Akaashi-san memberi tahuku dimana Hinata-san dirawat?

Jika benar begitu, Kageyama harusnya ada disampingnya. Seperti janjinya kepada lelaki itu.

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang