Ruam

33.6K 4.8K 485
                                    

Suhu mulai turun di bulan November.

Kageyama duduk di halte menggunakan jaket tebal.

Semalam, Akaashi mengirimi sebuah alamat rumah sakit padanya.

Kageyama tak peduli bahwa ada jadwal kuliah hari ini. Bahwa dosen killer akan mengajar hari ini.

Yang hanya ingin dia lalukan hanyalah bertemu dengan Hinata.

Si lelaki mungil, si lelaki yang dia temui ketika hujan.

Setelah menunggu selama setengah jam, bus akhirnya datang.

Kageyama duduk pada jok paling belakang. Dia hanya diam. Tak banyak penumpang hari itu.

Lokasi rumah sakit dengan halte berjarak sekiranya satu jam.

Kageyama turun. Dia kembali berjalan untuk benar-benar sampai di rumah sakit. Sekitar lima menit. Kurang mungkin.

Bau obat menyapanya ketika dia berjalan di lorong-lorong rumah sakit.  Mata tajamnya enggan melirik kesana-kemari. Memilih menatap kedepan.

"Aku ingin menjenguk pasien bernama Hinata Shoyo," Kageyama berujar pada resepsionis. Resepsionis perempuan mengangguk. Dia membuka beberapa berkas dan mengatakan sebuah kamar inap pada Kageyama. Setelah mengangguk dan berterimakasih, Kageyama berjalan ke lantai dua, mengikuti petunjuk yang diberikan beberapa suster dan sampailah dia disebuah kamar inap.

Kageyama melirik sekitar.

Tidak ada orang lain disekitarnya. Tempat itu sepi. Lorong itu sepi.

Kageyama mengetuk pintu itu.

Terdengar sahutan dari dalam dengan suara tidak terlalu besar.

Suara yang agak sumbang.

Dengan hati terberat, Kageyama membuka pintu itu.

Mata cokelat keemasan dibalik kacamata membelak ketika surai hitam mendekat. Tangan ringkih yang merajut syal biru langsung berhenti. Dengan gerakan kilat, Hinata menutup wajahnya dengan syal setengah jadi.

"Hinata-san?" Kageyama memanggil, dia semakin mendekat hingga, lelaki oranye yang dicarinya selama ini berada tepat dihadapannya.

Namun, lelaki itu enggan mengangkat wajahnya. Dia malah menunduk, menutup wajahnya dengan syal setengah jadi.

"Kenapa kau ada disini?" suara Hinata hampir tak terdengar, terendam oleh syal yang menutup wajahnya.

"Karena aku mencarimu," jawabnya datar.

"Kau jangan mencariku!" Hinata masih dalam posisinya.

"Kenapa?" Kageyama bertanya tak mengerti. Kenapa dia justru dimarahi ketika menjenguk?

"Aku sedang sangat buruk." Suara Hinata masih terendam.

"Apanya?" Kageyama mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Wajahku," cicit Hinata kecil.

Kageyama terdiam. Dia melirik lelaki yang terduduk di ranjang rumah sakit. Dia bertambah kurus. Namun, telinganya yang tak tertutup sedikit memerah ketika mencicit.

Kageyama menghela, "karena itu kau menutup wajahmu?"

Hinata mengangguk kecil.

Kageyama menarik kursi, menempatkannya di samping ranjang Hinata dan menggenggam tangan lelaki itu.

"Turunkan."

Hinata menggeleng keras. Menolak memperlihatkan wajahnya.

Kageyama menghela, "tak apa, turunkan saja."  Tangan Kageyama masih menggenggam tangan Hinata.

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang