Surat

40.1K 4.6K 571
                                    

Kageyama mengetikkan 'penyakit kupu-kupu ungu' pada mesin pencarian di internet.

Dia membaca informasi yang muncul dengan seksama.

Lupus.

Itulah penyakit Hinata yang sebenarnya.

Penyakit radang yang disebabkan ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri.

"Lupus (SLE) dapat mempengaruhi sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru," gumamnya membaca salah satu artikel.

Dia menggeser mouse kebawah, matanya membelak.

Meskipun lupus belum ada obatnya, penanganan berfokus pada peningkatan kualitas hidup dengan mengendalikan gejala dan meminimalkan kekambuhan, dimulai dengan mengubah gaya hidup, termasuk pola makan dan perlindungan terhadap matahari. Manajemen penyakit lebih lanjut berupa obat-obatan, seperti antiinflamasi dan steroid.

Penyakit ini tidak memiliki obat. Hinata pasti sudah tau lebih awal tentang ini. Dia pasti tahu penyakitnya tak bisa sembuh.

Ah, Hinata juga bilang dia akan mati tak lama lagi. Lagipula dia juga masuk jurusan farmasi. Dia pasti lebih tau tentang penyakitnya sendiri.

Tapi kenapa dia masih tersenyum seringan itu?

"Haaah..." Kageyama menghela, dia ingin menghubungi Hinata, namun sayangnya lelaki itu tak memiliki ponsel. Kageyama juga heran bagaimana dia bisa kuliah tanpa email? dia menggunakan email orang lain?

Dia menyender, mengusap wajahnya.

Bagaimana cara menghubungi seseorang tanpa ponsel?

Apakah Kageyama harus ke kelas Hinata?

Tidak, mungkin saja kelas Hinata saat ini ada dosennya.

"Apa... ya?" Kageyama bergumam.

Kageyama memejamkan matanya sejenak. Sebelum ada ponsel, apa yang manusia gunakan untuk saling berhubungan?

Ah, Kageyama ingat!

Dengan cepat, lelaki bersurai gelap itu menyobek bukunya. Dia mengambil pulpen, menulis disana,

'Hinata-san, hari ini aku ada latihan voli, jadi aku tidak bisa menemanimu di perpustakaan seperti biasa.

Tapi aku ingin menemuimu, ada hal yang ingin kusampaikan. Bisakah kau menungguku ditempat biasa?'

Kageyama tersenyum puas dengan apa yang dia tulis. Kemudian dia melipat kertas itu, menaruhnya di kantong sebelum dosennya datang, meminta maaf karena telat.

Setelah melalui kelas yang membosankan, Kageyama mengisi waktu luang dengan duduk di pinggiran kampus. Dia memilih duduk dibawah pohon sambil memakan roti melon.

Sebenarnya dia menunggu seseorang.

"Kageyama!"

Lihat, orang yang dia tunggu datang.

Iwaizumi melambaikan tangannya. Kageyama membalas lambaian itu.

"Kenapa kau memintaku kesini?" tanya Iwaizumi. Dia duduk disamping Kageyama sambil mengamatinya.

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang