Syal Biru

30.9K 4K 886
                                    

Kageyama membuka mata. Dan, wajah Hinata adalah yang pertama kali menyapa paginya.

Ya, setelah kejadian mimpi buruk kala itu, Hinata selalu memohon pada Kageyama agar tidak menjauh darinya. Hinata selalu ketakutan. Dia tampak berbeda dengan Hinata yang dulu.

Terkadang, sifat Hinata begitu paranoid. Dia sering tak bergerak dan menatap ruang kosong dengan pandangan takut.

Ya, delusi.

Kageyama mendapat email dari Akaashi, mengatakan bahwa setelah kejadian mimpi buruk, Hinata mengalami delusi.

Penyakit Lupus yang dideritanya sudah sampai ke pikirannya.

Kageyama mendengus. Dia bangkit dari ranjang yang seharusnya hanya untuk seorang saja. Dua hari dia menginap tanpa pulang.

Kakaknya terus menspam-nya ratusan kali dengan panggilan. Ushiwaka, sepupunya entah kenapa juga ikut menspam dirinya.

Mau tak mau karena terus diganggu, Kageyama akan pulang sebentar. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan segera kembali menemani Hinata sebelum lelaki itu bangun dan mencarinya.

.
.
.

"Kau kemana saja?!" Kageyama pura-pura tuli ketika sang kakak mulai mengoceh. Dia fokus mengeringkan rambutnya sehabis mandi.

Persetan tentang kakaknya, setelah makan nanti dia akan langsung ke rumah sakit.

"Hey jawab aku, dua malam kau kemana?!"

"Rumah teman."

"Kau punya teman? jangan bercanda."

Kageyama berdecak. Dia mengambil sumpit sambil duduk dan mengaduk nasi dengan telur diatasnya.

"Aku serius, dia temanku namanya Hinata kalau kau mau tau." Dimakannya dengan lahap.

"Hee pasti dia cantik." Miwa tersenyum menggoda.

Kageyama mendengus. "Dia laki-laki."

Miwa sedikit terkejut. "Ah, ya ada juga laki-laki bernama Hinata." Dia lalu duduk dihadapan adiknya.

Kageyama ingin menyuapkan makanan kemulutnya. Namun, kantung celananya bergetar. Ponselnya ada disana. Menyala. Ada panggilan masuk.

Kageyama tak suka diganggu ketika makan.

Namun, dia tetap harus mengangkat panggilan itu.

Dan betapa terkejutnya dia melihat nama disana.

Hinata shoyo.

Kageyama bangkit dari kursinya. Kursi itu terdorong, Miwa Kaget mendengarnya.

"Halo Hinata-san?"

"Kageyama..."

Suara disana memelan, ketakutan dan bergetar.

"Aku disini." Kageyama berusaha membuat suaranya lembut, menelan ludah dan menenangkan dirinya sendiri.

"Aku... aku takut... mereka mendekat..."

Suara Hinata semakin bergetar disana. Kageyama buru-buru mengambil jaketnya, dia berlari menerjang salju kala itu. Kakaknya memanggil, menyuruhnya memakai syal, namun tak dihiraukan karena Kageyama telah menaiki sebuah bus dengan nafas tak beraturan.

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang