Orang Baik

31.9K 4.1K 1.4K
                                    

Kageyama mengetuk-ngetuk meja kampusnya tak tenang.

Hari ini, dia harus berangkat ke kampus meski dia tak mau.

Kageyama sudah sering membolos. Semalam, dia mendapat email peringatan dari sekolah. Mengancamnya mengulang semester jika tak berangkat di hari terakhir sebelum libur musim dingin. Hari ini.

"Kau kenapa?" Ushiwaka berbisik. Dia risih dengan suara ketukan jari Kageyama. Membuatnya tak fokus pada kelas.

"Tidak... tak usah dipikirkan." Kageyama menggigit ujung pulpen. Kakinya ikut mengetuk-ngetuk lantai.

Semalam, Hinata ketakutan karena mimpi buruk. Dia sampai menangis.

Dulu, Hinata pernah menangis, dan setelah itu Hinata dibawa ke rumah sakit.

Kageyama khawatir.

Sangat khawatir kondisi Hinata saat ini.

"Sial!" diacaknya rambut frustasi.

"Kenapa Hinata-san tidak punya ponsel..."

Ya, andaikan Hinata memiliki ponsel, Kageyama pasti akan menspam dengan ribuan pesan, bertanya tentang kondisinya.

.
.
.

Kageyama mempercepat langkahnya dilorong-lorong rumah sakit itu. Dia panik.

Ini sudah sore.

Hampir malam tepatnya, karena di musim dingin, malam datang lebih cepat.

Dieratkannya syal hijau agar tak menggigil.

Sepatu Kageyama berdecit ketika berhenti. Dia menatap orang yang tak asing tengah duduk di kursi tunggu. Akaashi Keiji.

"Akaashi-san?" Kageyama sedikit terkejut dengan sosok itu. Dia pikir, Akaashi tak akan pernah mengunjungi Hinata lagi seperti Kenma.

"Kageyama." Akaashi menengok, dia menyapa Kageyama.

Kageyama mendekat dengan canggung. Dia melirik pintu kamar inap Hinata dengan khawatir sebelum duduk disamping Akaashi.

"Kenapa Akaashi-san ada disini?" tanyanya kemudian. Dia agak canggung. Tentu saja karena mereka tidak terlalu akrab. Apalagi Kageyama makhluk penyendiri. Dia tak terlalu baik dalam bersosialisasi.

Akaashi tersenyum. Dia tampak lebih besar dengan jaket tebalnya.

"Aku hanya mewakili orang tua Hinata," jawabnya.

Kageyama mengernyit heran.

"Jika kau belum tau, orang tua Hinata bekerja di luar negeri, aku kurang paham pekerjaan mereka, tapi kau tahu sendiri bukan penyakit Hinata ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Apalagi ketika kambuh," jelas Akaashi.

Kageyama bergumam mengerti. Dia agak sungkan bertanya hal terlalu privasi pada Hinata. Jadi, meski dia penasaran, dia tak pernah bertanya kemana orang tuanya. Karena Kageyama yakin, suatu hari nanti, orang tua Hinata akan datang menjenguk anaknya.

Tapi setelah mendengar penjelasan Akaashi, Kageyama sekarang tahu kenapa orang tua Hinata tak pernah terlihat ketika anaknya sakit.

"Apakah Akaashi-san saudara Hinata-san?" Kageyama bertanya lagi. Tadi Akaashi bilang bahwa dia perwakilan wali Hinata. Jadi, bukankah dia memiliki hubungan darah dengan lelaki hujannya?

TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang