Seatap

9 2 0
                                    

Jangan lupa tingggal kan jejak yah guys.

Happy reading.

*****

"hanya karena ia tertawa lepas bukan berarti ia bahagia"

*****

Mentari diam sambil menunduk ketika ia berdiri di depan Pak sudiro dan bu mayang. Mereka adalah Kakek dan Nenek zayan yang juga pemilik kafe serta kebun kopi. Pasangan yang telah berpuluh tahun menikah tersebut terpaut tiga tahun. Kakek Sudiro berumur enam puluh tahun dan nenek mayang berumur lima puluh tujuh tahun. Namun tenaga mereka masih kuat.

Sudiro melirik mayang sejenak lalu membuka obrolan.

"duduk aja nak! " pinta sudiro.

Mentari pun tersenyum dan langsung duduk di hadapan keduanya.

"jadi kamu adalah pelayan di kafe kami? " tanya nenek mayang.

"iya nek. Eh salah, iya bu" jawab elsa dengan mengangkat pandangannya melihat mereka.

Sudiro dan Mayang pun tersenyum melihat mentari yang begitu gugup.

"panggil kakek dan nenek saja! Lagian kenapa gugup seperti itu sih? " tanya nenek mayang dengan lembut pada mentari.

Gadis itu hanya menunjukkan cengirannya.

"tapi kok liana tidak memberitahu kita yah bu? " tanya kakek pada nenek yang duduk di sampingnya.

"mungkin saja sebentar malam liana akan datang ke rumah ini. Siapa tahu ia ingin berbicara secara langsung tapi sedang sibuk di sana. Makanya dia meminta mentari untuk datang lebih dulu! " jelas nenek Mayang panjang lebar.

Mentari hanya diam menyaksikan keduanya. Sementara kakek Sudiro manggut-manggut mendengar ucapan Sang istri.

"sudah lah. Mentari, kamu tinggal di sini saja bersama kami. Tugas kamu tiap hari mengikuti zayan kemana pun ia pergi! Biar robin tidak lagi mengganggunya! " pinta nenek Mayang.

Mentari sedikit terkejut dengan perintah nenek Mayang. Bukankah liana hanya memintanya untuk menjadi petani kebun? Bukan menjadi body guard lelaki itu.

Eh, tapi tunggu dulu. Zayan? Mentari berpikir keras ketika mendengar nama zayan.

"oh nama dia zayan" batin mentari.

"ohiya. Kakek juga minta kamu selalu mengawasi zayan. Kalau bisa, kamu bantu dia untuk melupakan masa lalunya! " imbuh kakek Sudiro.

Mentari pun angkat bicara.

"tapi kek, nek. Bos liana hanya meminta saya menjadi petani kebun. Bukan menjadi-

Nenek Mayang pun langsung saja memotong ucapannya dengan penuh harap mentari akan mengerti padanya.

"iya nak. Tapi, kebetulan ada kamu. Lagian gak masalah kalau kamu gak menjadi petani. Cukup menjadi teman yang selalu menjaga dan mengawasi zayan sudah cukup!"

Sudiro pun mendapat ide untuk membujuk gadis itu.

"ohiya. Gaji kamu juga akan kami naikkan. Sebulan kamu mendapat sepuluh juta. Asal kamu selalu menemani dan mengawasi zayan. Dan kami akan memberikan bonus jika kamu bisa masuk ke dalam hidup zayan. Maksudnya, kamu bisa mengupas secara dalam tentang masa lalu yang membuat zayan menjadi temperamental seperti itu. Juga, kamu bisa menuntunnya untuk keluar dari masa lalu! " jelas kakek Sudiro dengan serius.

Mayang menambahkan. Hal itu membuat mentari pusing karena mereka punya banyak mau.

"ohiya satu lagi. Perlahan kamu juga harus bisa membujuk zayan untuk menjadi pewaris kafe. Karena, dia adalah pewaris resmi kafe yang telah lama kami pilih. Makanya sampai saat ini kafe itu masih belum mempunyai nama. Nenek ingin zayan menjadi pewaris. Kamu bujuk dia yah! " ucap nenek Mayang dengan menunjukkan kesedihannya agar mentari merasa iba.

Hi, Mr CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang