bagian duapuluh dua

613 93 31
                                    

Happy Reading~~~~




Kondisi Jaejoong sudah lebih baik dari kemarin, ia sudah tidak memerlukan peralatan medis untuk menunjang kesehatan tubuhnya.

Jaejoong tengah merapikan ranjang rawatnya saat pintu ruangannya terbuka dari luar, menampilkan sosok ayah dan adik kembarnya yang datang mengunjunginya pagi itu.

" Hyung, kau baik-baik saja?" Jaejoon menyerbu saudara kembarnya dengan pertanyaan penuh kecemasan.

Jaejoong tersenyum lebar, mengangguk semangat. " Aku sudah sehat sekarang." Jawabnya senang.

Tidak banyak kenangan yang ia ingat tentang adik kembarnya karena memang keduanya berpisah sejak berumur lima tahun tepat di hari dimana kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai.

Han Kyung menghampiri anak sulungnya yang terlihat lebih baik. " Sudah appa bilang jangan temui dia!" Ujarnya tegas.

Jaejoong dan jaejoon paham siapa yang di maksud ayahnya, hanya saja menurut mereka berdua ayahnya terlalu keterlaluan, bagaimanapun orang itu adalah ibu mereka bagaimana mungkin mereka berdua tidak menemui ibunya sendiri. Itu mustahil. Batin si kembar dalam diam.

Jaejoong menggoyang-goyangkan lengan ayahnya, doe caramelnya memancar ceria. " Gwenchana, aku juga merindukan eomma." Kilahnya yang tak ingin membuat ayahnya semakin membenci ibunya meskipun hingga detik ini Jaejoong tidak pernah tahu alasan di balik perpisahan kedua orang tuanya yang sangat menyakitkan baginya.

" Aku juga rindu eomma, dia ibuku kan." Jaejoon membenarkan kalimat saudara kembarnya, meski tidak di rawat oleh ibunya sejak kecil ia juga sedikit ingat sosok Heechul ibunya meski tidak banyak hal yang di ingatnya tentang sosok ibunya yang tinggal berdua dengan hyungnya di korea.

Han Kyung mendengus kesal, anak kembarnya mulai sulit di atur dan itu semua karena kehadiran mantan istrinya.

" Terserah apa kata kalian berdua." Ujarnya angkuh sebelum memutuskan untuk keluar ruang rawat Jaejoong, bisa ia pastikan kamar itu akan menimbulkan kegaduhan sesaat setelah dirinya keluar. Jaejoon sangat cerewet dan heboh dalam hal apapun.

Pintu tertutup dari luar, jaejoon menyeringai menatap saudara kembarnya yang langsung di balas seringaian pula oleh Jaejoong saudara kembarnya.

" Yeay!!" Kedua anak kembar itu bersorak kegirangan, keduanya berjingkrak senang entah karena apa.

" Appa tidak membenci eomma sebenarnya." Ujar jaejoon yang kini sudah merebahkan tubuhnya diatas ranjang rawat Jaejoong yang baru saja di rapikan.

Jaejoon menghela nafasnya sejenak sebelum mendudukkan tubuhnya di sisi Jaejoon yang memandangi langit-langit kamar rawat saudara kembarnya.

" Appa sakit hati bukan benci pada eomma." Timpal Jaejoong yang mendapatkan tatapan bingung sekaligus tidak mengerti dari jaejoon di sampingnya.

" Kenapa bisa?" Oh ayolah jaejoon mulai penasaran dengan kisah masa lalu kedua orang tuanya yang sama sekali belum pernah ia ketahui selama ini.

Jaejoong memainkan anak rambut jaejoon yang berwarna almond, manik bulat caramelnya menatap saudara kembarnya yang tampak sangat penasaran.

" Aku tidak ingat karena apa, tapi waktu itu hari sudah larut saat aku mendengar appa dan eomma bertengkar di ruang tamu." Ujar jaejoon mencoba mengingat kejadian yang membuatnya harus hidup terpisah dari ayah dan adik kembarnya selama puluhan tahun.

" Kenapa aku tidak tahu Hyung?" Jaejoon menatap polos kakaknya yang tersenyum hambar.

" Kau sudah tidur waktu itu, aku tidak sengaja mendengar mereka bertengkar hanya saja suara eomma dan appa terlalu keras malam itu." Lanjutnya dengan sedih. Anak mana yang tidak sedih jika melihat orang tuanya bertengkar hebat dan berakhir memilih hidupnya masing-masing, bagaimanapun dia pula yang jadi korban keegoisan kedua orang tuanya.

Red RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang