6. Tok... Tok... We're a Legal Partner in Crime

224 28 2
                                    

El merasa kesialan selalu membuntutinya seharian ini. Entah karena dia telah menanggung dosa yang amat besar─sampai-sampai Tuhan langsung menjatuhkan hukuman padanya─atau mungkin karena memang sudah waktunya saja dia terkena sial. Tapi anehnya kenapa harus bertubi-tubi dalam satu hari. Mungkin setelah ini dia perlu mengunjungi Bapa dan minta di jampi-jampi agar mahluk halus─yang barangkali saja mengikutinya─segera di musnakan atau kalau perlu El mau melakukan ritual pembersihan menggunakan air suci. Apapun itu akan El lakukan asal ia terbebas dari nasib sial.

Setelah mencapai kesepakatan bersama─antara ia dan Jeffrey─mereka pun sama-sama legowo dengan nasib yang menimpa mereka dan bertekad bahwa pengalaman ini cukup memberi pelajaran berharga bagi keduanya. Sesuai yang di janjikan Jeffrey, ia pun diantar pulang dan bonus mendapat makan siang gratis by VIP service.

"Gomawo. Pulanglah dengan hati-hati." Ucap El tulus sebagai bentuk terimakasihnya pada Jeffrey yang sudah repot-repot mengantarnya pulang.

Dia keluar dari mobil Jeffrey dan langsung di sambut oleh satpam rumahnya.

"Mbak El... anu... itu... cowoknya di suruh masuk sama ibu."

"Memangnya ada apa?" tanya El penasaran. Biasanya tidak seperti ini. Berulang kali El diantar teman prianya tapi tidak pernah ada orang rumah yang sekepo ini sampai-sampai harus tahu siapa yang mengantar El. Lagipula Jeffrey bukan cowoknya. Dia hanya orang asing yang kebetulan mengenal ibunya.

"Maaf mbak El saya nggak tahu tapi... sepertinya penting." El tambah makin mengkerutkan kening. Dia merasa heran sepenting apa urusan Jeffrey dan keluarganya sampai-sampai wajib menemui pemilik tanah nomor 21B ini. Tapi otak cantiknya kemudian berpositif thinking ria mengatakan, oh paling-paling ibunya hanya ingin berbasa-basi karena beliau mengenal nyonya Kim aka ibunda Jeffrey. El pun langsung bertatapan dengan Jeffrey yang belum juga meninggalkan kediamannya.

"Mampirlah dulu orang tuaku ingin bertemu denganmu."

Jeffrey yang sudah akan menginjak gear merasa bingung mendapat undangan dadakan dari El. "Ada apa?"

"Entahlah. Mungkin ibuku hanya ingin menitip salam pada ibumu." Jawab El sambil lalu.

Dengan begitu Jeffrey gagal menyalakan mesin dan malah ikut turun memasuki gerbang kediaman keluarga Young.

Hal pertama yang menyambut El serta Jeffrey sesaat mereka tiba di ruang tamu adalah kepala keluarga Young, yakni Min Jae Young yang tengah bersedekap dan di sisinya terdapat sang istri yang menampilkan raut cemas dan takut. Baik El maupun Jeffrey sama sama kebingungan dengan situasi yang ada.

"Duduklah." Ucap ayah El dengan nada tegas sarat akan perintah.

Keduanya pun duduk berdampingan seperti sepasang pengantin sambil berhadapan dengan pasangan keluarga Young.

"Kalian tahu apa yang sudah kalian lakukan?" tanya ayah El masih tidak mengendurkan suaranya. Masih terdapat intonasi tegas di dalamnya.

"Apa? Kami melakukan apa memangnya?" tanya El heran sekaligus berani karena dia memang merasa tidak memiliki salah apapun. Memangnya aku anak kecil apa pake di sidang segala, benak El bertanya-tanya.

"Tidur layaknya suami istri juga bukan hal yang salah?"

Baik El maupun Jeffrey sama-sama terkejut. Bagaimana bisa ayah tahu perihal masalah ini? tanya El merasa cemas setelah masalah yang menurutnya sudah terselesaikan justru malah semakin rumit dengan orang tuanya yang ikut-ikut tahu perihal ini.

Jeffrey sendiri sudah akan mati duduk kalau saja dia tidak segera menyadarkan jiwanya bahwa saat ini mati bukanlah hal yang harus dilakukannya. Rasanya baru beberapa saat yang lalu ia sudah lega karena El tidak mempermasalahkan atau menuntut apapun tapi kini sepertinya lain cerita karena orang tua El yang tiba-tiba tahu dan mencampuri masalah mereka. Kepalanya seakan ingin pecah karena banyaknya tanda tanya memenuhi isi otaknya. Kecemasannya meningkat mengakhibatkan ia banyak memproduksi keringat dingin. Dia tidak tahu akhir seperti apa yang akan di tanggungnya tapi yang jelas dugaan dan prasangka akan masa mudanya yang segera berakhir mulai membayang-bayangi. Sial, rutuknya dalam hati.

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang