"Lo gila?"
Suara yang harusnya bernada tinggi itu kini nyatanya tetap rendah dan datar. Suara dari cewek dengan rambut hitam lurus sepundak dan pupil yang sedikit keunguan ditambah bulu mata lentik, alis terbentuk serta kulit putih bersih. Cantik.
Si Natasha.. wakil ketua OSIS yang sudah menjadi primadona sejak dia pertama kali menginjakkan kaki di SMA BUNGA BANGSA ini.
"Gue waras."
Nada yang sama terdengar dari orang yang berbeda. Dia seorang cowok. Tinggi, rambut diponi semata rapi namun tak sampai mengganggu pandangannya. Alis tebal dengan badan yang kekar. Tampan.
Ini Angga.. si ketua OSIS. Idaman kaum hawa dan adam disana. Sudah dikenal masyarakat di seluruh Nusantara.
"Lo gila Ngga!"
"Gue waras Sha."
"Harusnya lo nggak numpahin tinta ke proposalnya kalau lo emang waras." Natasha menunjuk beberapa lembar kertas di mejanya yang kini telah basah menyerap isi ulang tinta spidol papan.
Angga hanya menatap datar kertas-kertas itu dan Natasha yang tengah mengomel didepan sana.
"Bukan gue yang numpahin.""Terus?"
"Tangan gue."
Natasha mengambil napas gusar. Mengacak rambutnya yang kemudian langsung kembali rapi. Pasalnya.. proposal untuk rangakaian acara yang akan dilangsungkan pada hari jadi sekolah minggu depan itu tidak ada salinannya.
Seluruh pengurus OSIS sudah sibuk mengurus banyak hal hingga enam puluh siswa-siswi terpilih itu tidak dapat membantu Natasha. Sebenarnya bisa saja mereka membantu namun.. proposal yang dihasilkan akan sangat berantakan. Apalagi sekertaris satu sedang pergi keluar negara bersama keluarganya. Sekertaris dua sudah tidak masuk satu minggu karena baru saja menjalani operasi usus buntu.
Beberapa menit lalu Natasha harus membuat proposal secara mendadak karena para guru sudah mempertanyakan proposal yang dibuat sedangkan proposal sama sekali belum disiapkan.
Para guru juga mengancam bahwa jika proposal belum siap hari ini juga maka tidak ada acara yang akan dilangsungkan pada hari jadi SMA BUNGA BANGSA ini seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Gak ada salinannya?"
"Ya nggak lah! gue bikinnya dadakan dan itu tulis tangan."
Dahi Angga berkerut sedikit..
"Kenapa nggak di laptop aja?""Bu Nadya nyuruhnya tulis tangan."
Helaan napas panjang lolos dari hidung mancung Angga.
"Yaudah tulis lagi-""Ya susah gue lup-"
"Gue bantuin." Angga memotong cepat ucapan Natasha yang belum selesai.
Natasha terdiam sejenak, menatap kedua manik legam itu dengan penuh amarah.
"Gue doain bola mata lo keluar." Kata Angga setelah tangannya berhasil meraih kertas HVS dan pulpen dari sebuah almari transparan yang ada di ruangan ketua dan wakil ketua OSIS itu.
Natasha berkedip. Bahkan dia tidak melotot sama sekali dan laki-laki didepannya ini? mendoakan bola matanya keluar? haha tidak tidak. Tidak bisa dibiarkan.
"Gue gak-"
"Diem. Ayo bikin proposalnya lagi."
"Jangan ngomel terus lo Sha."
"Lo yang bikin gue ngomel-ngomel kaya anjing keracunan!"
"Emang anjing kalo keracunan bisa ngomel?" Polos sekali.
"Bisa lah."
"Sejak kapan?"
Rahang Natasha mengeras. Sebenarnya cowok ini memang polos, berpura-pura polos, atau memang sengaja menggodanya?
"Kemarin."
"Lo lihat? dimana?"
"Di mimpi gue."
❄️❄️❄️
Setelah proposal istimewa karena ditulis dengan tangan.. bukan ketikan komputer itu selesai Natasha ingin keluar dari ruangan bernuansa putih dan biru laut itu.
Perdebatan dalam membuat proposal bersama seorang Angga membuat cacing di perutnya berdemo meminta asupan gizi. Natasha kini memegang gagang pintu memutarnya perlahan, pintu pun terbuka.
"Mau kemana lo?" Tanya Angga tanpa menatap Natasha. Ia masih terpaku pada benda hitam mengkilap di tangannya.
"Keluar."
"Tunggu gue."
Natasha menghela napas gusar.
Dia mematung di depan pintu menunggu Angga. Dalam hati ia tengah membodoh-bodohkan dirinya sendiri. Setelah yang terjadi hari ini ia masih mau mematuhi Angga?Tak lama kemudian Angga mematikan ponselnya lalu berjalan mendekati Natasha.
"Ayo." Katanya.Mereka berjalan beriringan dengan Angga yang memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana.
"Lo bodoh Sha lo gila! tinggalin aja Angga. Ngapain lo mau diginiin? emang dia raja?" Batin seorang Natasha yang mencaci dirinya sendiri.
Detik berikutnya langkah mereka terhenti ketika ada seorang gadis yang menghalangi jalan mereka.
"Ngapain lo?" Tanya Natasha cold. Allah.. jangan membuat mood Natasha makin jelek dengan hadirnya cewek aneh didepannya ini. Sekali saja jangan.
"Kutub Utara, Kutub Selatan kalian dipanggil Pak Arif untuk menuju ke gedung samping perpustakaan." Kata Naura gadis yang humoris, banyak protes dan satu satunya gadis di SMA BUNGA BANGSA yang pandai memberi julukan pada seseorang. Ia juga teman sekelas Natasha yang membuat Natasha sakit kepala sekaligus naik darah setiap dia berulah ataupun berkata-kata.
Sedangkan dua orang didepan Naura ini hanya diam tak mengerti perkataannya barusan 'Kutub Utara, Kutub Selatan' Apa maksud di balik nama julukan itu?
Naura yang mengerti akan kebingungan dua orang itu hanya menghela napas sebelum kembali berucap..
"Gini ya Angga lo adalah Kutub Utara dan Natasha lo adalah Kutub Selatan you two understand?"Natasha dan Angga masih diam mereka tidak mengerti kenapa mereka dipanggil seperti itu. Sesekali mereka saling menatap namun akhirnya tatapan keduanya tetap jatuh pada Naura. Sedangkan cewek yang ditatap keduanya itu tampak menghela napas. Sepertinya dia akan memberikan penjelasan.
"Kalian berdua itu kan dingin, cuek dan bungkam banget saking dinginnya kalian itu kayak Kutub Utara dan Kutub Selatan bahkan melebihi kedinginan daerah yang jarang terkena sinar matahari itu." Jelas Naura sejelas-jelasnya dengan nada yang sedikit ngegas dan dengan durasi bicaranya yang cepat, sangat cepat.
Natasha tersenyum sinis.
"Bego!" Ia langsung melewati Naura, berjalan menuju gedung di samping perpustakaan.Disusul dengan Angga yang hanya diam membisu.
Sesungguhnya mereka tidak sedingin itu. Entahlah..
"Dasar lu berdua!"
"Makasih kek udah di kasih tau malah nyelonong gitu aja! bener-bener ya Kutub Utara dan Kutub Selatan!"
Haii ini revisi ulang yaa
part selanjutnya dan seterusnya masih belum
Insyaallah nyusul revisinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutub Utara Dan Kutub Selatan [PROSES REVISI]
Teen FictionDua insan yang sama dinginnya sama cueknya dan sama memiliki gengsi yang tinggi pada akhirnya dipertemukan- Seolah alam menghendaki dan takdir telah berpihak pada mereka. Suatu tali rasa mengikat mereka dalam balutan asmara. Cinta, cinta dan cinta y...