[[ Retak, Rusak, Hancur ]]

9.8K 358 13
                                    

^Aalona Brielle^
___________________________________

Tidak tahu mengapa, pagi-pagi sekali gadis itu sudah berada di sekolah yang masih dalam keadaan sepi. Pukul 06.20 sekarang, tidak biasa perempuan itu datang sepagi ini. Biasanya dia baru sampai sekolah pukul 06.45, tapi kali ini tidak.

Entahlah, dari dalam dirinya seolah menggerakkannya untuk berangkat ke sekolah lebih cepat. Tidak ada yang ingin ia kejar, tidak ada yang ingin ia temui segera, Aalona hanya ingin berada di sekolah lebih awal dari biasanya.

Perempuan dengan seragam putih abu-abu dan sebuah pita biru yang mengikat rambutnya, saat ini sedang duduk sendirian di taman sekolah—menunggu pintu kelas dibuka oleh penjaga sekolah. Entahlah, mungkin sudah dibuka. Aalona malas untuk ke kelasnya saat ini.

Sendiri, Aalona merasakan kesepian. Ia menatap dedaunan yang bergerak diterpa angin pagi sejuk.

Langit sedang mendung, ada awan hitam dan angin yang cukup kencang. Sepertinya akan turun hujan sebentar lagi.

Aalona tersenyum sekilas, ia berpikir langit sepertinya merasakan apa yang Aalona rasakan saat ini. Langit seolah ikut bersedih bersama kesedihan yang melanda Aalona saat ini. Aalona tersenyum miris.

Bersama dengan senyum itu, tiba-tiba air matanya luruh. Isakan tangis mulai terdengar. Bahu yang tadi tegap, kini jatuh seiring dengan tangisan yang semakin kencang.

Tak disangka rintik hujan mulai turun dari langit. Satu persatu tetes bening air hujan itu mulai berjatuhan.

Aalona yang merasakan rintik hujan itu di tangannya menengadahkan kepalanya ke atas, melihat hujan yang mulai gerimis.

Aalona tersenyum—kemudian menangis kembali. Tangis itu kian kencang. Ia meremas seragamnya, menahan sakit yang dirinya rasakan.

Aalona sangat sedih, menyadari dirinya sudah tidak seperti semula. Vas itu sudah retak, bahkan rusak. Aalona sangat merasakan perih mengetahui fakta menyakitkan itu. Bagaimana dia bisa menjalani hari-harinya? Menahan kepedihan ini, Aalona tidak sanggup. Bagaimana ia akan menghadapi dunia? Apa yang harus Aalona lakukan? Mengapa harus dirinya?

"Kenapa?"

****

"Dari mana saja, Aalona? Tumben kamu terlambat. Biasanya hujan badai pun kamu tidak pernah terlambat."

Aalona menantap seorang wanita paruh baya yang ada di hadapannya saat ini dengan sendu. Ia kemudian sedikit menunduk pada wanita yang merupakan gurunya itu. Meminta maaf karena terlambat masuk kelas.

"Maaf, Bu. Saya terjebak hujan tadi." Aalona menjawab seraya menoleh pada kedua sahabatnya yang memandangnya heran.

"Ya sudah, silakan duduk."

Aalona mengangguk lalu berjalan memasuki ruang kelas. Semua teman-teman kelasnya memandanginya, termasuk Louis. Aalona tidak menghiraukan pandangan itu, karena ia tahu mengapa dirinya dipandang.

"Na, kok seragam lo basah? Kehujanan?" Tanya Lisa berbisik dari belakang saat Aalona menghadap ke belakang untuk mengambil buku pelajarannya.
Mengangguk, Aalona menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

Setelah mengambil bukunya, Aalona terdiam sebentar. Memikirkan pertanyaan barusan. Tidak, Aalona tidak kehujanan sebenarnya.

Saat di taman tadi, Aalona sengaja membiarkan dirinya terkena hujan. Entah apa yang dipikirannya membiarkan seragamnya basah karena hujan, tapi yang jelas, Aalona sedikit merasa tenang ketika hujan itu menimpa tubuhnya. Dan beberapa saat sebelum hujan semakin deras, barulah Aalona berlari menuju gedung sekolah.

Aalona [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang