[[ Mengakuinya ]]

6.3K 353 17
                                    

^Aalona Brielle^
______________________________________

Menjelang malam, Aalona dan Louis baru sampai di apartemen. Aalona langsung membongkar belanjaannya, mencuci, dan menyusun semuanya di kulkas dengan rapi.

Sementara Louis, laki-laki itu langsung masuk ke kamar. Sejak di pasar dia selalu mengomel, membuat Aalona sedikit kesal. Hanya karena kakinya terkena sedikit becek, ia sudah rewel seperti anak kecil.

Alhasil, setelah sampai apartemen, laki-laki bertubuh semampai itu segera membersihkan dirinya.

Aalona yang selesai mengerjakan pekerjaannya, kemudian duduk di kursi pantry, menunggu Louis keluar dari kamar.

Sekelebat terlintas dipikiran Aalona jika ia ingin kabur dari apartemen Louis. Namun, dipikirannya juga terlintas apa dampak yang akan terjadi jika kabur begitu saja.

Disatu sisi, ia ingin pergi segera dari apartemen itu. Tetapi disisi lain, hal kemudian yang akan terjadi membuat Aalona harus mengurungkan niatnya.

Aalona tidak boleh memancing emosi Louis. Aalona tidak mau apa yang sudah ia dapatkan, malah bertambah lebih dari itu.

Beberapa menit menunggu, Aalona heran mengapa Louis tak kunjung keluar kamar atau memanggil dirinya. Apa Louis ketiduran akibat menemani Aalona belanja? Haruskah Aalona masuk ke kamar dan memeriksa Louis?

Sebenarnya pintu kamar tidak tertutup rapat. Bisa saja Aalona mengintip dan melihat sedang apa laki-laki itu. Namun, Aalona takut nanti melihat yang tidak-tidak disana. Ya... Walaupun mungkin Aalona sudah melihatnya, tetap saja Aalona tidak mau.

Aalona pun memutuskan untuk menunggu beberapa menit lagi. Sambil bersenandung kecil dan melihat-melihat sekeliling apartemen Louis yang cukup mewah.

Aalona sudah sangat pasrah sekarang.
Biarlah laki-laki itu melakukan apapun yang dia mau. Aalona lelah melawan.

"Louis kok nggak keluar atau manggil aku, ya?"

Aalona bingung karena ini seperti tidak biasanya. Biasanya Louis akan segera menarik Aalona dan melakukan tindakan rendahan itu, namun ini tidak.

Aalona pun memutuskan untuk mengintip saja. Ia capek menunggu, lama sekali laki-laki keluar.

Kening Aalona mengkerut kala melihat Louis yang sudah berganti pakaian sedang belajar di meja. Aalona kemudian menggeser sedikit pintu kamar Louis dan mengetuknya.

"Louis!" Panggil Aalona, Louis menoleh. "Uhm... Kamu...—?"

"Hari ini nggak. Gue lagi males."

Louis memotong kalimat Aalona karena tahu maksud perempuan itu apa.

Aalona yang mendengar itu pun terkejut, "serius?" Ucap Aalona memastikan kembali pendengarannya seraya berjalan masuk mendekati Louis.

"Iya. Kenapa? Lo pengen?" Balas Louis yang langsung membuat Aalona menggeleng dengan mata yang membulat.

"Gue lagi pusing ngerjain ini. Lo udah siap ini?" Tanya Louis memijat keningnya yang mendadak terasa sakit.

"Oh, PR fisika. Aku udah siap. Sebelum kesini aku kerjain dulu tadi." Jawab Aalona melihat buku tulis Louis.

"Bantu gue, gue pusing!" Ucap Louis mengambil kursi di sebelahnya dan memberikannya pada Aalona.

"Yang mana kamu nggak ngerti?" Tanya Aalona duduk di kursi yang Louis ambilkan itu.

"Nih, nomor 6, 11, 15, sama 20." Tunjuk Lois.

"Uhm... soal ini tuh gini..."

Aalona mulai menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan soal-soal fisika yang kurang dipahami oleh Louis. Dengan fokus, Louis mendengarkan dan memperhatikan semua yang Aalona jelaskan.

Aalona [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang