[[ Mempertanggungjawabkan ]]

4.7K 269 5
                                    

^Aalona Brielle^
_________________________________

"Masuk."

Singkat, Aalona berlalu begitu saja setelah membukakan pintu untuk Louis yang baru saja datang. Louis kemudian berjalan masuk mengikuti Aalona didepannya.

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Louis duduk di bangku dengan Aalona yang berada di hadapannya. Perasaannya kian tidak tenang kala melihat Jihan yang duduk di sofa depannya.

Louis bisa melihat ada rasa benci dan marah di mata Jihan. Wanita itu memandangnya lekat-lekat, sangat nyalang, membuat nyali Louis seketika ciut.

Louis terkekeh kecil dalam hatinya, merasa lucu dengan keadaan ini. Dunia sudah berbalik. Kemarin Louis yang bersikap dingin, marah, dan dipenuhi kebencian pada Aalona. Namun kini sebaliknya, Aalona membencinya, sangat marah padanya, bahkan bersikap lebih dingin daripada dirinya.

Tidak hanya Aalona, semua orang juga berlaku seperti padanya Louis.
Ini memang ganjarannya. Bahkan Louis pantas mendapatkan lebih daripada ini.

"Umm, ini gue bawain cream puff," Louis menaruh sebungkus plastik berisi makanan diatas meja.

"Langsung aja. Mulai dari pelajaran apa sekarang?"

Louis sedikit tercekat. Aalona sama sekali tidak mengindahkan ucapan Louis tadi. Sedikit sedih, tapi tak apa.

"Eeee.. Terserah lo aja,"

"Yaudah, fisika."
.
.
.

Satu jam berlalu, Aalona selesai mempelajari semua materi pelajaran fisika yang tertinggal. Aalona memahami dengan sungguh-sungguh dan mengerjakan semua soal-soal dengan baik.

Aalona mengakui, Louis sangat baik dalam menerangkan materi-materi tentang fisika itu. Laki-laki itu benar-benar menjelaskan dengan lugas, sehingga Aalona bisa memahaminya.

"Mau lanjut pelajaran yang lain?" tanya Louis hendak mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Enggak. Aku pusing, mual." jawab Aalona seraya menyusun buku-bukunya dan beranjak, pergi menuju kamarnya.

Louis terdiam sesaat. Ia kemudian mengumpulkan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Sembari itu, Louis memandangi sebungkus makanan yang ia bawa tadi sedikit pun tidak disentuh oleh Aalona.

Setelah itu, Louis beranjak, berjalan keluar rumah sesudah berpamitan dengan Jihan yang baru saja keluar dari dapur.

Saat ia baru saja membuka pintu, sebuah suara menghentikan langkahnya. Ia menoleh, melihat Jihan yang berjalan mendekatinya.

"Nih, ketinggalan." ucap Jihan memberikan bungkusan makanan yang Louis bawa tadi.

"Ini... buat Aalona sama Tante saya bawain," ucap Louis.

"Nggak perlu."

Jihan memberikan bungkusan itu seraya mendorong pelan Louis keluar rumah. Setelah itu, tanpa kata, Jihan langsung menutup pintu.

Louis meringis. Ia memandangi pintu yang tertutup itu dengan pandangan sendu. Tidak pernah ia bayangkan dirinya merasakan apa yang Aalona rasakan. Bahkan tidak pernah ia sangka jika ia diperlakukan sebenci ini.

Aalona [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang