REVISI 8

85.6K 1K 12
                                    

Suara tawa terkakak terkikih. Semakin membuat Nana semakin memanas. Ia menoleh ke arah sumber suara yang merupakan suara Kirana.

"Apanya yang lucu?" kata Nana kesal.

"Kau yang lucu dan kau salah sasaran dengan mengincar Wakil CEO SAG!" jawab Kirana sambil terkekeh geli.

Sebelum Nana membalas perkataan Kirana, Chris berjalan ke depan mereka berdua dengan wajah tak enak dipandang. Perasaan Chris masih kesal, niat untuk menemani Lily malah diganggu oleh tugas perusahan di saat yang tidak tepat.

"Ini kantor dan bukan tempat gosip!" kata Chris penuh penekanan menatap keduanya bergantian.

Kedua seketaris itu langsung pucat pasih melihat Chris berjalan masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan, nampak Nelson Jong yang mondar mandir di depan meja.

"Kali ini benaran kau yang masuk," ucap Nelson lega dan melirik penampilan Chris yang sedikit letih dengan wajah kusutnya. bahkan penampilannya terlihat acak-acakkan.

"Kau minum lagi?" lanjut Nelson Jong dengan pertanyaan.

"Begitulah. Ayo!" pungkas Chris.

"Kau ini kalau ada masalah selalu dilampiaskan ke minuman," gerutu Nelson Jong geram.

"Hanya sedikit ," sanggah Chris melirik pelan pada Nelson.

"Kebiasaanmu burukmu harus diperbaiki, bukan lanjut seperti ini!" timpal Nelson menasihati.

"Iya, akan ku ubah nanti jika ingat!" jawab Chris lagi.

Chris mengambil dokumen dan keluar dari ruangan. Nelson Jong mengikuti dan terus berceramah seperti seorang pastor tanpa jeda membuat kepala Chris semakin pusing.

"Ceramahnya lanjut nanti saja," kata Chris tajam.

Chris menutup mulut Nelson dengan kertas dokumen dan Nelson mengambil dokumen tersebut dengan perasaan kesal. Keduanya masuk ke dalam ruangan rapat.

Beberapa ketua devisi yang melihat Chris dan Nelson langsung memberi hormat kepada mereka berdua. Rapat dimulai, semua ketua devisi melaporkan masalah, dan keuangan perusahaan sebulan ini.

Namun, ada hal yang membuat Chris terkejut. Laporan hasil penjualan di bagian devisi 2. Penjualan yang dikerjakan oleh Lily melebihi target perusahan. Setelah mendengar semua laporan, rapat bubar dan Nelson bernyanyi dengan bahagia.

"Apa yang membuat dirimu senang?" tanya Chris yang binggung karena selama ini dirinya tahu jika Nelson bukan tipe yang akan senang tanpa sesuatu yang jelas.

"Aku mau traktir Lily makan malam. Aku ternyata bisa kalah taruhan dengan dia," sahut Nelson dengan wajah sumringah.

Mendengar kata makan malam dengan Lily dari mulut Nelson, mendadak wajah Chris langsung hitam dan emosi yang siap meledak detik ini juga.

"Wanita itu. Ternyata dia?" gumam Chris pelan yang mulai salah paham.

"Kenapa! Apa yang kamu katakan tadi?" kata Nelson memastikan pendengarannya.

"Tidak ada!" sahut Chris menyangkal.

"Hahaha ... kamu cemburu? Tapi kayaknya tidak mungkin deh! Tipemu seperti Nana dan bukan wanita seperti Lily!" kata Nelson sambil tertawa nyaring yang tanpa di sadari Nelson Jong. Api di tubuh Chris sudah sampai ujung kepala dan siap meletus saat ini juga.

Nelson Jong bernyanyi dengan senang dan kembali ke ruangan. Sedangkan Chris malah kabur dari perusahan untuk kembali ke rumah sakit dan bukan mendapat sambutan dari Lily. tapi, Lily sudah kabur entah kemana.

"Sial, dia kabur lagi!" maki Chris dengan rahang mengerasnya,

Chris yang emosi langsung menedang pintu kamar. Bahkan, hampir mengangkat dan melempar ranjang pasien ke luar jendela karena emosi tinggi di hatinya sampai ke atas kepala sudah menghadapi sikap Lily yang berani kabur darinya.

***

Di rumah sakit, tempat James Holland bekerja.

"Kamu ini, kenapa bisa sampai keseleo si!?" James semakin berceramah seperti nenek-nenek.

"Hehehe ... jalan tak hati-hati!" jawab Lily dengan memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"Lain kali kalau jalan yang benar. Mata jangan taruh di pantat!" kata James lagi.

"Aduh! Pelan-pelan sedikit," rajuk Lili kesakitan.

"Ini sudah pelan, sabar sedikit sebentar lagi selesai!" kata James.

Selesai memberi perban pada kaki Lily, James mencari berapa obat di laci dan memasukan ke kantong.

"Aku antar kau pulang. Pakaian mu ini malah mengundang orang untuk berbuat yang tidak-tidak!" ucap James menatap aneh pada Lily.

"Iya iya, aku jenguk ibunda dulu sebentar!" sahut Lily cepat.

"Aku tak yakin kau bisa jalan!" ucap James yang memapah Lily berjalan ke ruangan pasien dan membantu Lily duduk di kursi.

"Aku akan kembali 30 menit lagi," pamit James meninggalkan Lily kini di dalam ruangan pasien.

James menutup pintu dan keluar dari ruangan. Lily memegang telapak tangan ibunda dan melekatkan ke wajahnya.

"Bu, aku kangen. Kapan ibu bangun?"

Lily menahan air mata untuk tidak keluar. tapi tetap berjatuhan dari kedua mata yang besar nan indah.

"Bu, aku dimarahi oleh James! Dia bilang, Mata jangan taruh di pantat! Makin lama, sikapnya makin mirip nenek-nenek cerewet!" adu Lily pada ibunda yang masih memejamkan matanya. Sebanyak apapun Lily bercerita, ibunda Lily tidak bersuara sama sekali dan tetap tertidur dengan wajah tenangnya.

Di lain pihak, setelah menghancurkan ruangan pasien di rumah sakit. Chris kembali ke kantor mencari catatan tempat tinggal para karyawan. Kebanyakan para karyawan mengisi dengan alamat yang jelas dan lengkap. sedangkan punya Lily tidak ada alamat sama sekali.

"Yang benar saja" gumam Chris tak percaya melihat data di tangannya.

Chris yang marah melemparkan isi berkas dengan sembarangan dan menghubungi Lily dengan hp. tapi hp Lily tidak aktif sama sekali. Emosi makin memuncak dengan perasaan marah. Nana yang masuk untuk menyerahkan berkas langsung terkena pelampisan Chris.

"Sial banget hari ini. Sudah ditegur Wakil CEO, sekarang kena bentak CEO Chris!" keluh Nana dengan wajah kesalnya kepada Kirana.

"Wah, sial banget kamu!" ucap Kirana seolah menertawakannya.

Melihat Kirana yang seakan menekan kata sial memabuat Nana sangat marah dan melotot menatapnya.

"Lebih baik kembali kerja daripada kena marah sama CEO lagi!" kata Kirana santai.

Suara Kirana menasehati Nana yang masih menatap tajam pada dirinya. Nana yang awalnya akan melanjutkan curhat kesalnya, dikejutkan oleh suara di dalam ruangan. Keduanya saling pandang. Mereka sudah tahu, jika Chris sudah kembali mengamuk dan menghancurkan semua barang di dalam ruangannya.

"Lily sialan, aku akan balas rasa sakit hatiku!" Chris berkata dalam hati, membanting mejanya ke arah pintu.

"Lihat saja, aku akan membuatmu mendesah tiada henti!" lanjutnya lagi dengan rahang mengeras dan kedua tangan mengepal kuat penuh ancaman mengerikan yang akan ia praktekkan kepada Lily yang benar-benar menaiki emosinya.

Puas merusak semua barang di dalam kantor, Chris keluar lagi dengan wajah super hitam untuk kembali mencari Lily di jalan. Dirinya sangat yakin, jika Lily tidak akan bisa pergi jauh darinya.

Beberapa kali Chris memutarkan mobilnya di berapa jalan untuk mengamati kanan dan kiri. Semua halte bus didatangi dan dipandangi dengan tajam, sampai ke halte bus yang dekat rumah sakit.

WANITA SIMPANAN (NOVELME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang