Bab 10 REVISI

74.6K 943 5
                                    

"Wanita itu, kenapa tidak ada di kantin?" kata Chris di dalam hati.

Emosi Chris mulai perlahan naik kembali. Seolah-olah ia akan memuntahkan semua lahar panasnya kepada para penghuni kantin untuk melegakan perasaan yang semakin membara.

Makan siang hampir sudah selesai, beberapa karyawan kembali ke kantor. Duduk di posisi masing-masing untuk melanjutkan per kerjaannya. Beberapa karyawan juga ada yang kembali ke divisi 2 dan melihat Lily masih sibuk mengerjakan pekerjaan serta melihat banyak berkas yang sudah selesai.

"Li, kantin sudah mau tutup loh. Yakin tidak mau makan siang." kata Jane mengingatkan Lily.

"Iya, aku akan segera ke sana. Terima kasih sudah mengingatkan," jawab Lily cepat.

Jane melihat berkas yang sudah selesai dan menimbulkan ide untuk membantu Lily mengantar ke ruang CEO. Dengan begitu, dirinya bisa memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan perhatian CEO Chris.

"Kubantu menyerahkan berkas ini ke kantor CEO?" tawar Jane dengan maksud di hatinya.

"Terima kasih. Aku sungguh terbantu," balas Lily yang menyerahkan berapa berkas kepada Jane.

Jane menerimanya dengan hati berbunga, karena ia bisa mendekati CEO Chris hari ini.

Lily berusaha berdiri menggunakan kayu penyangga tubuh di sebelah kanan. Melihat kondisi Lily, Jane tersenyum puas dalam hati berkata, "semoga cacat aja seumur hidup."

Lily berjalan tertatih-tatih ke arah lift untuk turun ke lantai dasar, Nelson Jong yang ada di dalam lift terkejut melihat keadaan Lily.

"Lily, kenapa kakimu?" tanya Nelson cemas.

Lily menoleh ke arah suara dan melihat siapa yang ada di sampingnya, ternyata orang itu adalah Nelson Jong.

"Saya jatuh kemarin," jawab Lily singkat.

Nelson melihat ke bawah dan mendapatkan pergelangan kaki Lily terbungkus perban serta memar kemerahan juga nampak sampai ke atas pergelangan kakinya.

"Sudah periksa ke dokter?" lanjut Nelson bertanya.

"Sudah, terima kasih atas perhatian Wakil CEO. Saya sudah baikkan sekarang," balas Lily sungkan.

Pintu lift terbuka, Lily segera keluar dan Nelson Jong memperlambat langkah kaki untuk mengikuti Lily di sampingnya agar beriringan.

"Wakil CEO, kenapa mengikuti saya?" kata Lily yang bingung.

"Kita satu arah, saya mau ke kantin. Dari tadi saya belum makan siang," jawab Nelson cepat.

"Maaf."

Dengan wajah malu, Lily menunduk melihat kedua telapak kakinya. Nampak kantin yang sudah sepi. Lily mencari tempat duduk yang tidak jauh dari pintu. Nelson Jong menawarkan Lily untuk mengambil makanan dan meminta Lily untuk duduk berjaga di tempat.

Dengan cepat, Nelson Jong sudah mengambil beberapa menu makanan dan meletakkan di meja.

"Aku tidak tahu apa yang kamu suka. Jadi, aku ambilkan semua yang masih ada stock saja. Semoga saja kamu suka," kata Nelsonn sambil meletakkan makanan ke meja.

"Anda telalu baik. Saya tidak memilih makanan. Asal masih di makan itu sudah cukyp," sahut Lily tak enak hati.

"Hahaha ... makan yang kamu suka. Jika tak habis, akan kubantu?" ucap Nelson tersenyum.

Lily hanya tersenyum memandangi wajah Nelson. Seketika itu, Nelson Jong merasa malu dengan tatapan Lily.

Di lain pihak, Chris yang kebetulan selesai makan berjalan ke arah pintu. Ketika dia melihat Nelson Jong dan Lily makan dengan satu meja, darah langsung naik ke atas otak. dengan langkah cepat Chris berjalan ke arah mereka berdua dan berdiri tepat di depan mereka dengan pandangan tajam.

"Tuan CEO Chris," sapa Lily dengan nada datar.

"Wah kebetulan anda di sini. Mau duduk?" tawar Nelson Jong dengan wajah sumringahnya.

Nelson Jong menawarin Chris untuk duduk di sebelahnya. Tanpa sungkan dan malu, Chris langsung duduk di samping Nelson Jong dan berhadapan dengan Lily.

Chris memandangi Lily dengan tajam dan penuh emosi seakan akan ingin memakan tubuh Lily sampai habis. Lily merasa Chris memandangi dirinya dengan tajam berusaha bersikap biasa dengan melanjutkan makan. Ketiganya diam dalam waktu lama, sampai bel berbunyi dan menandakan waktu istirahat sudah selesai.

"Jangan panik, Lily. Makan saja bagian ini dan yang itu biar aku yang habiskan," ucap Nelson santai.

Nelson memberikan sup ayam kepada Lily dan Chris mengamati setiap gerakkan keduanya tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Hatinya sangat pedih, marah. Diam-diam Chris mengepalkan tangan dengan erat. Dia bersumpah dalam hati, dirinya tidak akan melepaskan Lily pada waktu malam hari. Dengan cepat, Lily menghabiskan sup ayam dan melap bibir yang masih sedikit pucat.

"Maaf. Saya permisi duluan," pamit Lily undur diri dan bangkit dari duduknya.

Lily mengambil tongkat penyangga tubuh dan berdiri. Dia berjalan tertatih-tatih meningalkan kedua pria itu. Sekali-kali melihat jam tangan di tangan kirinya, Chris memandangi tubuh Lily yang menjauh dengan tatapan rumit.

"Ayo!" Nelson Jong mengajak Chris keluar dari kantin.

Chris hanya menganggukkan kepala dan mengikuti langkah kaki Nelson Jong di sampingnya.

Sepanjang jalan, Chris hanya diam. Mereka berjalan menuju ke dalam ruangan kerja masing-masing. sedangkan Jane berjalan berlenggak-lenggok ke arah kantor CEO Chris. Melihat ke datangan Jane, Nana menghalanginya untuk masuk dan memaksa Jane menyerahkan berkas pada dirinya.

"Nana, ini berkas penting dan laporan ini harus diserahkan hari ini juga. Memangnya kau bisa?" tanya Jane ketus.

Nana sangat marah dan masih menahan Jane. Jane juga tidak ingin kalah, maka langsung mendorong tubuh Nana menjauh. Dengan langkah cepat, Jane langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

Chris mendongkakan kepala dan melihat wanita yang masuk ke dalam ruangannya.

"CEO Chris, ini ada berkas dari devisi 2 yang harus anda periksa. Apakah ada kesalahan atau tidak," kata Jane sambil meletakan berkas di meja dan melirik Chris yang diam tanpa kata.

"Saya permisi," ucap Jane lagi dan berjalan keluar dari ruangan Chris.

Dengan hati kecewa di dalam hati dan tapi tidak ditampilakan di wajah. Jane berjalan keluar dari ruangan dengansenyuman riang untuk menampakkan kebahagiannya di depan mata Nana.

"Saingan baru tuh," ucap Kirana mengejek Nana.

"Diam kau," bentak Nana kesal dengan sindiran Kirana.

"Ok ... oke," gumam Kirana dengan senyuman geli melihat Nana yang cemburuan terhadap Jane.

Melihat berkas di meja, Chris mengepalkan kedua tangan. Dia memukul meja dengan keras, sehingga suara meja yang dipukul terdengar sampai keluar ruangan. Kedua seketaris itu terkejut dan saling memandang satu sama lain.

"Apa yang terjadi?" Nana bertanya dengan gaya bodohnya pada Kirana yang diam dan sibuk.

"Tidak tahu," balas Kirana yang ikutan kaget.

Nana tidak memilih untuk mencari tahu. Ia sibuk mengerjakan tugasnya, begitu juga dengan Kirana yang mengerjakan berapa dokumen penting yang harus di gunakan untuk rapat hari ini.

WANITA SIMPANAN (NOVELME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang